Sebelum Richard memberi respon, Hazelle menatap adiknya lagi dengan sorot mata tajam. “Lihat ke arah sana!” Hazelle menuding ke sisi barat daya lalu kembali menatap Richard. “Kita memiliki waktu dua jam sebelum pertandingan, tapi, mereka mengagendakan pengumpulan alat komunikasi saat ini. Itu artinya, tetap saja kau tak mungkin bisa berkoordinasi dengan Rock. Lalu, apa yang membuatmu cukup percaya diri?”Richard menggeleng sembari tersenyum tipis. “Kau keliru, Hazelle. Aku memang optimis, tapi bukan untuk keselamatanku. Semenjak mengetahui orang yang kukasihi sedang diincar oleh Red Skull, satu-satunya yang menjadi kekhawatiranku adalah keselamatannya. Sekarang dia sudah aman bersama Rock. Jika kali ini aku ditakdirkan untuk mati, setidaknya aku telah berhasil menyelamatkan orang yang kukasihi.”Kali itu, Hazelle menelan ludah karena jawaban Richard benar-benar berada di luar dugaannya. Jika seseorang sudah bersiap untuk mati dalam sebuah pertarungan, Hazelle yakin orang tersebut tak
Merupakan sesuatu yang berlebihan jika Red Skull sengaja mempersiapkan rencana sebesar itu hanya untuk menghabisi satu musuh saja. Berkali-kali Richard berpikir tentang skenario terburuk apa yang dimiliki oleh Red Skull sebab ia merasa, nyawanya bahkan terlalu berlebihan jika harus ditukar dengan perjuangan yang dilakukan Red Skull.‘Ayolah… Apa sebenarnya rencana mereka?’ Richard memejamkan mata sembari menarik napas dalam. Satu demi satu hipotesis mulai muncul di kepalanya, tetapi, ia masih meragukan semuanya.Lamunan Richard buyar saat kapal yang ia naiki kini sedang berlabuh di sebuah pulau dengan hamparan pantai yang terbilang luas. Di pantai itu, samar-samar terlihat tiga tank container berwarna biru yang berjajar mencolok di antara hamparan pasir putih pantai.Tak ada yang tahu apa isi dari tank container itu sebelumnya. Hingga ketika tiga ratus peserta turnamen bela diri kini dibariskan oleh panitia, terdapat beberapa panitia yang dengan sigap membagi-bagikan sebuah ransel ber
Membuka isi ransel di pantai bersama dengan ratusan peserta lain adalah tindakan bodoh, andai Richard melakukannya. Mengingat panitia menyebutkan bahwa turnamen telah berlangsung, sudah barang tentu dia akan menjadi sasaran empuk ratusan peserta jika dia tetap berada di sana.Maka, dengan gerakan gesit, Richard lekas-lekas menyelinap dan pergi dari kerumunan peserta yang sibuk mengecek isi ransel. Gerakan Richard yang cepat bahkan lolos dari pantauan Hazelle King. Itu membuat Hazelle King bertanya-tanya, apakah kelincahan adiknya yang meningkat tajam atau kewaspadaannya yang mengalami kemerosotan.“Adik kurang ajar!” Hazelle King mengepalkan dua tangannya, wajahnya kesal tetapi matanya menelisik tajam melihat jauh ke kedalaman hutan. Dengan gerakan yang juga gesit, Hazelle menerobos kegaduhan yang terjadi di pantai.Sementara itu di dalam hutan, Richard tengah duduk tenang di dahan tertinggi pohon Rosewood. Tangannya memegang secarik kertas yang merupakan peta menuju titik lokasi bend
Bulan purnama sedang bertengger di langit, memancarkan cahaya temaram bersama dengan ribuan bintang di sekitarnya. Pancaran cahaya temaram itu menelisik di sela-sela dedaunan pohon Rosewood, menciptakan celah-celah bercahaya di dalam hutan yang seharusnya gelap gulita.Ketika angin menggoyang-goyangkan ranting dan dedaunan, terciptalah pemandangan gelap terang pada beberapa titik lokasi di dalam hutan. Mungkin keadaan itu juga yang akhirnya membuat mata Richard perlahan membuka. Dimulai dengan menyipitkan mata, lalu memicing pelan-pelan, kemudian terbuka sedikit lebar.Kebiasaan berwaspada lantas membuat Richard secara refleks bangun dari posisi terbaring ke posisi duduk. Ia menajamkan indra penglihatan dan pendengarannya secara serempak demi mencerna keadaan yang sempat membuatnya kebingungan.“Boss, syukurlah anda sudah siuman.”Suara seorang wanita lamat-lamat menyentuh telinga Richard, membuatnya mengerjapkan mata demi melihat sosok perempuan yang menghampirinya dengan tergesa-ges
Dalam keadaan yang sulit, orang-orang pada umumnya merasakan bahwa waktu bergerak melambat. Itulah hal yang saat ini dirasakan oleh Wendy Adams. Setiap kali angin malam menyibak ranting-ranting kecil dan memunculkan bebunyian, Wendy Adams akan tergeragap dan terlihat seperti orang yang paranoid.Padahal, sosok yang ditunjuk oleh Rock untuk mengawal Richard seharusnya bukanlah tipe penakut. Bebunyian ranting yang tersapu angin bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti. Untuk sesaat, Richard termenung dan merasakan ada hal yang aneh. Yang membuatnya semakin merasa aneh adalah, ia ternyata juga merasakan sendiri sensasi takut dan gelisah yang sulit dikendalikan.‘Ada hal yang tidak beres di hutan ini!’ Richard menelan ludah lalu mengambil posisi duduk. Penglihatannya yang sudah berangsur normal lantas mengamati sekeliling dengan cepat.“Boss… Anda harus beristirahat, atau…”“Ssstt…” Richard menempelkan jari telunjuknya ke depan mulutnya sendiri, memberi instruksi kepada Wendy untuk diam dan t
Hutan Sangorufu, tengah malam…Ada empat pria dan satu perempuan yang saat ini sedang mengejar rombongan Richard Forger. Mula-mula, kelompok yang berisi lima personel itu sedang melakukan tugas berjaga di sisi sentrum hutan Sangorufu.Namun, tak lama berselang, kelompok tersebut tiba-tiba bergerak cepat ke arah utara dengan tujuan menemukan persembunyian Richard Forger. Dari akurasi pergerakan mereka, tampaknya memang ada seseorang yang telah memberi tahu di mana letak persembunyian Richard yang sedang terluka.Dengan antusiasme tinggi, lima orang itu bergerak cepat memperpendek jarak. Mereka tahu, target mereka saat ini sedang dalam keadaan tidak sehat. Ditambah lagi, mereka memiliki pengetahuan yang mumpuni terkait peta lokasi hutan Sangorufu sementara Richard Forger tidak memilikinya.Merasa sudah semakin dekat dengan keberadaan Richard, si perempuan yang merupakan kapten tim tampak berhenti sejenak lalu menoleh ke belakang dan memekik riang, “Tim kita akan naik pangkat jika bisa m
“Boss, apakah ini perasaan saya saja atau memang mereka terlihat merinding ketakutan?” tanya Wendy Adams kepada Richard setelah ia tak sengaja melihat gelagat ketakutan di wajah para musuh.Richard menajamkan pandangannya ke arah Wendy seolah ia sedang marah kepada perempuan muda itu. “Wendy, jangan berkata demikian. Itu akan membuat mereka malu, kasihanilah mereka.”Tentu saja percakapan Wendy dan Richard membuat rombongan musuh merasa harga diri mereka sedang diinjak-injak. Bagaimanapun, selama ini mereka memiliki image sebagai petarung hebat yang disegani oleh banyak pihak.“Sialan! Aku tak pernah mendapatkan perlakuan buruk semacam ini sebelumnya. Tak akan kubiarkan timku mendapat penghinaan seperti ini!” desis si kapten sembari bersiap melakukan serangan.Empat bawahan si kapten mengangguk bersamaan lalu berseru serentak. “Kami siap menerima perintah!”Segera, Richard mengusapkan tangannya ke udara, membuat gerakan mengusir Wendy agar gadis itu segera mencari tempat yang aman.“S
Kantor Pusat Red Skull. Dini hari.“Anggota elite Red Skull bisa dengan mudah menghabisi nyawa Richard King. Lalu, mengapa turnamen bodoh ini harus dilaksanakan?”Pertanyaan itu diucapkan oleh Loki, anggota Red Skull yang baru bergabung kurang dari dua bulan. Pada waktu itu, Loki mendapatkan tugas untuk menjaga sebuah laboratorium rahasia milik Red Skull. Lokasi laboratorium itu berkisar tiga puluh kilo meter saja dari pulau Sangorufu.Hudson, rekan yang berada di samping Loki balik bertanya. “Loki, Red Skull memiliki kekuatan yang jauh dari cukup untuk menghabisi Richard King. Jika Red Skull bersedia menyelenggarakan turnamen yang merepotkan ini, kau tahu apa artinya?”Loki terdiam untuk memikirkan beberapa kemungkinan. Tiga detik berselang, pria itu menggelengkan kepala dengan senyum masam. “Sial, aku benar-benar penasaran. Kenapa kau membuat hal ini menjadi rumit? Jawab saja pertanyaanku, apa susahnya?”Hudson tersenyum tipis lalu menggaruk telinganya yang tak gatal. “Aku bisa menj