Keesokan paginya, sinar matahari yang menembus tirai jendela membangunkan Keyra dari tidurnya. Dengan malas, ia meraih ponsel dan melihat waktu yang sudah menunjukkan pukul enam pagi. Gadis itu segera bangkit, bersiap untuk mandi.Keyra meraih botol air minum yang ada di atas meja. Perutnya terasa tak nyaman dari tadi malam. Minggu ini sudah masuk siklus rutin bulanannya. Dia selalu sulit tidur apabila tamu bulanannya datang. Makanya Keyra bangun kesiangan.Setelah mengumpulkan niat, Keyra segera bangkit untuk mandi. Tak lama kemudian, gadis itu sudah keluar dengan kondisi lebih segar.Setelah berganti, Keyra mengambil tas sekolahnya dan segera keluar kamar. Dia sedikit bersenandung riang saat berjalan menuju teras.Namun, langkahnya terhenti ketika mendengar suara gaduh dari arah dapur. Keningnya berkerut heran. Siapa yang ada di dapur sepagi ini?Dengan rasa penasaran, ia melangkah ke dapur dan langsung membelalakkan mata. Di sana, Abizar tengah sibuk berusaha memasak sesuatu di at
Sepulang sekolah, Keyra tidak langsung meninggalkan parkiran. Dia masih duduk di atas motornya. Satu hal yang harus dia lakukan terlebih dahulu sebelum ke Kafe tempatnya bekerja.[Awas jika kau muncul di Kafe! Teman-temanku mulai curiga tentangmu. Jangan mengacau lagi!]Keyra mengirimkan pesan itu ke Abizar yang saat ini masih belum kelihatan di parkiran. Setelah memastikan pesan itu centang dua, Keyra segera menggunakan helmnya dan meninggalkan sekolah.Gadis itu tak menunggu pesan dibaca oleh Abizar. Yang pasti, jika Abizar berani datang, dia akan memberikan perhitungan. Begitu tiba di Kafe, Keyra langsung turun dari motor. Sudah banyak pelanggan yang datang, jadi dia harus segera bersiap.Dia berjalan lurus menuju ruang pegawai. Akan tetapi, belum sempat dia menyentuh gagang pintu, Kak Devina menghampirinya dengan wajah sedikit cemas."Keyra, ada seseorang yang menunggumu sejak tadi," kata Kak Devina.Keyra mengernyit heran. Siapa yang mencarinya? Kak Devina menunjuk ke salah satu
Lampu-lampu bagian Kafe sudah dimatikan. Tulisan ‘Close’ tergantung di pintu. Meja dan kursi mulai di atur dengan rapi. Keyra bertugas untuk membersihkan meja dan merapikan kursi-kurisnya. Gadis itu melakukannya dengan sedikit bersenandung ringan.Setengah bulan berjalan sejak dia masuk kerja di Kafe milik ibu Kevin ini. Keyra mulai terbiasa dengan berbagai tugas yang harus dikerjakan. Dia juga sudah akrab dengan semua pegawai yang totalnya hanya 4 orang saja. Hanya saja dua lainnya Shift siang, Keyra dan Kak Devina Shift malam.“Beres! Sekarang, meja berikutnya!” seru Keyra saat dia telah menyelesaikan satu meja.Gadis itu bergeser ke meja terdekat. Dia kembali bersenandung dengan nada acak agar tidak terlalu bosan dalam menyelesaikan tugasnya.“Ra, belum mau pulang?” tanya Kevin yang baru keluar dari ruang pegawai.Pemuda itu menghampiri Keyra yang masih mengelap meja. Kafe sudah tutup sejak 15 menit yang lalu. Makanya Kevin terkejut masih Keyra masih ada di sana.“Dikit lagi, Vin.
Abizar melangkah mendekati Keyra. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyum sinis, tetapi matanya menatap tajam.“Romantis sekali, ya? Diantar pulang dengan penuh perhatian oleh Kevin. Aku jadi iri,” cibir Abizar.Keyra yang awalnya hanya ingin segera masuk kamar, kini menegang. Keningnya mengernyit saat menangkap nada sarkas dalam suara Abizar.“Jangan mulai deh, Abizar!” Keyra memutar tubuhnya, menatap pemuda itu dengan tatapan tajam. “Kevin cuma nganterin aku pulang karena udah malam. Lagian, kamu ngapain di sini?”Alih-alih menjawab, Abizar justru melipat tangan di depan dada, ekspresinya santai namun tajam. “Harusnya aku yang nanya. Kamu betah banget ya, jalan-jalan sama Kevin? Sampai-sampai lupa kalau punya suami yang nunggu di rumah.”Seketika, Keyra merasakan darahnya mendidih. “Suami?” Ia tertawa pendek, penuh sarkas. “Sejak kapan kamu benar-benar bersikap seperti suami?”Tatapan Abizar berubah sekilas, tapi dengan cepat dia menyembunyikannya di balik seringai kecil.“Pokokny
Pagi Harinya...Kepala Keyra menyembul dari pintu kamarnya yang sedikit terbuka. Gadis itu menajamkan telinganya untuk mendeteksi keberadaan Abizar. Tidak ada yang menandakan kehadiran pemuda itu.‘Dia udah pergi sekolah, kan?’ harap Keyra sepenuh hati.PRANGGG!Baru saja akan menghela napas lega, Keyra mendengar suara gaduh dari dapur. Teringat kejadian kemarin saat Abizar hampir membakar dapur. Keyra tergegas ke dapur untuk memeriksa keadaan.Keyra bersiap akan berteriak dengan frekuensi tinggi namun tak jadi karena melihat pemandangan Abizar seperti ini. Mulutnya menganga tak percaya.Pemuda itu berdiri di depan kompor dengan celemek Doraemon yang entah dari mana dia dapatkan, sementara wajahnya terlihat serius saat membolak-balikkan sesuatu di wajan.Keyra bergidik. Ada sesuatu yang sangat salah dengan pagi ini. Pemandangan Abizar dengan celemek bermotif lucu itu membuatnya merinding sekujur badan."Kamu kena santet, Zar?" tanya Keyra dengan tatapan penuh curiga.Abizar menoleh sek
Keyra tercekat di ambang pintu yang separuh terbuka. Seorang pria dengan jas rapi dan berdasi tersenyum ke arahnya. Di belakang pemuda itu ada sebuah mobil berwarna putih yang terparkir tepat di tengah halaman."Kak Rangga?!" lirih Keyra nyaris tak terdengar karena tenggorokannya mendadak kering.Dia tak menyangka akan kedatangan tamu tak terduga seperti Kak Rangga. Apalagi sebelum dirinya pindah beberap hari yang lalu, Kak Rangga masih di luar kota karena urusan pekerjaan. Kapan pria itu pulang?"Pagi, Keyra. Boleh aku masuk?" pinta Kak Rangga dengan tersenyum tipis.“Kakak, kapan pulang?” tanya Keyra.“Baru subuh tadi. Tapi Kakak masih mampir ke beberapa tempat sebelum ke sini. Kenapa?” tanya Kak Rangga.Keyra tak langsung menjawab. Dia menatap Kak Rangga dengan seksama. Dari raut wajah Kak Rangga, sepertinya Pria itu belum tahu jika Abizar juga pindah bersamanya.Lalu mata Keyra beralih ke kantong plastik yang tidak tahu berisi apa. Kak Rangga mengikuti arah pandang Keyra. Lalu dia
Aku menggerutu di dalam kamar dengan kaki yang mondar mandir memberesi barang-barangku ke dalam ransel untuk kabur. Sejak awal aku merasa ada yang tidak beres ketika Ayah dan Kembaran ku datang ke desa untuk menjemputku dengan alasan ingin menyekolahkanku di sekolah Elit di kota. Mereka bahkan membujuk Ibu agar mau melepaskan aku ke kota. Padahal sebelumnya, setelah perceraian mereka saat aku berumur 7 tahun, Ayah yang bilang, “Aku akan mengambil Keyla. Kamu bisa bersama Keyra. Jangan pernah berpikir untuk mengganggu kami lagi!” Sejak waktu itu, aku tidak pernah mendengar kabar Ayah dan Keyla. Lalu, kedatangan mereka yang tiba-tiba ketika aku memasuki kelas 2 SMA. Ayah mengingkari ucapannya dulu karena Ayah lah yang datang mengganggu lebih dulu. “Sialan! Aku harus cepat pergi dari sini!” putusku bulat. Lebih baik aku kembali ke desa. Meski harus sekolah sambil bekerja untuk membantu ibu, itu lebih baik ketimbang aku ditipu oleh mereka. Bodohnya aku sempat berpikir bahwa inilah kese
Aku diseret dari kampung untuk dipaksa menikah, sosok ayah yang selalu aku rindukan berubah menjadi iblis yang mengancam akan menyekap Ibuku. Lalu, lelaki yang kini berstatus suamiku menyalahkan diriku atas segalanya. Sial sekali nasib ini! Emosi hampir saja meledak jika tidak ingat nyawa ibuku yang jadi taruhan. Aku terkekeh menertawakan kemalangan diriku sendiri. Lebih sakit lagi, lelaki yang tidak tahu apa-apa itu melampiaskan kemarahan padaku. Ku tarik dagunya menghadapku. “Abizar Bimantara, itu kan namamu? Dengar ini baik-baik ya Abizar! Kamu pikir aku mau dengan pernikahan konyol ini? Aku juga sama sekali tertarik untuk merusak pertunangan mu dengan Keyla. Dia lah yang memaksa ku untuk menggantikan dirinya. Jika mau menyalahkan, jangan salahkan aku. Karena kita sama-sama korban di sini!” tegasku padanya. Lantas aku mendorong Abizar. Ku tinggalkan begitu saja ‘Suamiku’ yang masih terbengong di sana. Sialan! Siapa juga yang mau dengan pernikahan ini, Bajingan?! Aku melangkahkan
Keyra tercekat di ambang pintu yang separuh terbuka. Seorang pria dengan jas rapi dan berdasi tersenyum ke arahnya. Di belakang pemuda itu ada sebuah mobil berwarna putih yang terparkir tepat di tengah halaman."Kak Rangga?!" lirih Keyra nyaris tak terdengar karena tenggorokannya mendadak kering.Dia tak menyangka akan kedatangan tamu tak terduga seperti Kak Rangga. Apalagi sebelum dirinya pindah beberap hari yang lalu, Kak Rangga masih di luar kota karena urusan pekerjaan. Kapan pria itu pulang?"Pagi, Keyra. Boleh aku masuk?" pinta Kak Rangga dengan tersenyum tipis.“Kakak, kapan pulang?” tanya Keyra.“Baru subuh tadi. Tapi Kakak masih mampir ke beberapa tempat sebelum ke sini. Kenapa?” tanya Kak Rangga.Keyra tak langsung menjawab. Dia menatap Kak Rangga dengan seksama. Dari raut wajah Kak Rangga, sepertinya Pria itu belum tahu jika Abizar juga pindah bersamanya.Lalu mata Keyra beralih ke kantong plastik yang tidak tahu berisi apa. Kak Rangga mengikuti arah pandang Keyra. Lalu dia
Pagi Harinya...Kepala Keyra menyembul dari pintu kamarnya yang sedikit terbuka. Gadis itu menajamkan telinganya untuk mendeteksi keberadaan Abizar. Tidak ada yang menandakan kehadiran pemuda itu.‘Dia udah pergi sekolah, kan?’ harap Keyra sepenuh hati.PRANGGG!Baru saja akan menghela napas lega, Keyra mendengar suara gaduh dari dapur. Teringat kejadian kemarin saat Abizar hampir membakar dapur. Keyra tergegas ke dapur untuk memeriksa keadaan.Keyra bersiap akan berteriak dengan frekuensi tinggi namun tak jadi karena melihat pemandangan Abizar seperti ini. Mulutnya menganga tak percaya.Pemuda itu berdiri di depan kompor dengan celemek Doraemon yang entah dari mana dia dapatkan, sementara wajahnya terlihat serius saat membolak-balikkan sesuatu di wajan.Keyra bergidik. Ada sesuatu yang sangat salah dengan pagi ini. Pemandangan Abizar dengan celemek bermotif lucu itu membuatnya merinding sekujur badan."Kamu kena santet, Zar?" tanya Keyra dengan tatapan penuh curiga.Abizar menoleh sek
Abizar melangkah mendekati Keyra. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyum sinis, tetapi matanya menatap tajam.“Romantis sekali, ya? Diantar pulang dengan penuh perhatian oleh Kevin. Aku jadi iri,” cibir Abizar.Keyra yang awalnya hanya ingin segera masuk kamar, kini menegang. Keningnya mengernyit saat menangkap nada sarkas dalam suara Abizar.“Jangan mulai deh, Abizar!” Keyra memutar tubuhnya, menatap pemuda itu dengan tatapan tajam. “Kevin cuma nganterin aku pulang karena udah malam. Lagian, kamu ngapain di sini?”Alih-alih menjawab, Abizar justru melipat tangan di depan dada, ekspresinya santai namun tajam. “Harusnya aku yang nanya. Kamu betah banget ya, jalan-jalan sama Kevin? Sampai-sampai lupa kalau punya suami yang nunggu di rumah.”Seketika, Keyra merasakan darahnya mendidih. “Suami?” Ia tertawa pendek, penuh sarkas. “Sejak kapan kamu benar-benar bersikap seperti suami?”Tatapan Abizar berubah sekilas, tapi dengan cepat dia menyembunyikannya di balik seringai kecil.“Pokokny
Lampu-lampu bagian Kafe sudah dimatikan. Tulisan ‘Close’ tergantung di pintu. Meja dan kursi mulai di atur dengan rapi. Keyra bertugas untuk membersihkan meja dan merapikan kursi-kurisnya. Gadis itu melakukannya dengan sedikit bersenandung ringan.Setengah bulan berjalan sejak dia masuk kerja di Kafe milik ibu Kevin ini. Keyra mulai terbiasa dengan berbagai tugas yang harus dikerjakan. Dia juga sudah akrab dengan semua pegawai yang totalnya hanya 4 orang saja. Hanya saja dua lainnya Shift siang, Keyra dan Kak Devina Shift malam.“Beres! Sekarang, meja berikutnya!” seru Keyra saat dia telah menyelesaikan satu meja.Gadis itu bergeser ke meja terdekat. Dia kembali bersenandung dengan nada acak agar tidak terlalu bosan dalam menyelesaikan tugasnya.“Ra, belum mau pulang?” tanya Kevin yang baru keluar dari ruang pegawai.Pemuda itu menghampiri Keyra yang masih mengelap meja. Kafe sudah tutup sejak 15 menit yang lalu. Makanya Kevin terkejut masih Keyra masih ada di sana.“Dikit lagi, Vin.
Sepulang sekolah, Keyra tidak langsung meninggalkan parkiran. Dia masih duduk di atas motornya. Satu hal yang harus dia lakukan terlebih dahulu sebelum ke Kafe tempatnya bekerja.[Awas jika kau muncul di Kafe! Teman-temanku mulai curiga tentangmu. Jangan mengacau lagi!]Keyra mengirimkan pesan itu ke Abizar yang saat ini masih belum kelihatan di parkiran. Setelah memastikan pesan itu centang dua, Keyra segera menggunakan helmnya dan meninggalkan sekolah.Gadis itu tak menunggu pesan dibaca oleh Abizar. Yang pasti, jika Abizar berani datang, dia akan memberikan perhitungan. Begitu tiba di Kafe, Keyra langsung turun dari motor. Sudah banyak pelanggan yang datang, jadi dia harus segera bersiap.Dia berjalan lurus menuju ruang pegawai. Akan tetapi, belum sempat dia menyentuh gagang pintu, Kak Devina menghampirinya dengan wajah sedikit cemas."Keyra, ada seseorang yang menunggumu sejak tadi," kata Kak Devina.Keyra mengernyit heran. Siapa yang mencarinya? Kak Devina menunjuk ke salah satu
Keesokan paginya, sinar matahari yang menembus tirai jendela membangunkan Keyra dari tidurnya. Dengan malas, ia meraih ponsel dan melihat waktu yang sudah menunjukkan pukul enam pagi. Gadis itu segera bangkit, bersiap untuk mandi.Keyra meraih botol air minum yang ada di atas meja. Perutnya terasa tak nyaman dari tadi malam. Minggu ini sudah masuk siklus rutin bulanannya. Dia selalu sulit tidur apabila tamu bulanannya datang. Makanya Keyra bangun kesiangan.Setelah mengumpulkan niat, Keyra segera bangkit untuk mandi. Tak lama kemudian, gadis itu sudah keluar dengan kondisi lebih segar.Setelah berganti, Keyra mengambil tas sekolahnya dan segera keluar kamar. Dia sedikit bersenandung riang saat berjalan menuju teras.Namun, langkahnya terhenti ketika mendengar suara gaduh dari arah dapur. Keningnya berkerut heran. Siapa yang ada di dapur sepagi ini?Dengan rasa penasaran, ia melangkah ke dapur dan langsung membelalakkan mata. Di sana, Abizar tengah sibuk berusaha memasak sesuatu di at
Senja mulai beranjak pergi, meninggalkan jejak warna jingga yang perlahan menggelap di langit. Magrib hampir tiba, dan satu per satu teman-teman Keyra mulai bersiap untuk pulang."Ra, kita pulang dulu, ya. Udah hampir magrib nih," ujar Giselle sambil memasukkan buku ke dalam tasnya."Iya, jangan lupa kunci pintu," timpal Ririn, menyengir usil. "Siapa tahu ada yang menyelinap masuk ke rumah ini. Eh, atau malah ada yang sudah menyelinap dari tadi?" Tatapan mereka langsung tertuju pada Keyra yang sedang membereskan meja. Gadis itu langsung menghela napas panjang, tahu arah pembicaraan mereka."Giselle, Ririn, jangan mulai!" Keyra melotot kesal.Kevin yang sedari tadi diam hanya menggelengkan kepala. "Kalian nggak bosan menggoda Keyra?""Mana bisa? Ini hiburan gratis!" sahut Giselle dengan tawa kecil.Keyra mendengus. "Dengar, ya! Setelah ini, aku bakal langsung usir Abizar. Jadi, berhenti pikir yang aneh-aneh!""Yaelah, Ra. Padahal untung di kamu bisa lihat pemandangan tiap hari. Kita a
Keyra menghela napas panjang, menyadari bahwa ia tidak bisa menghindari pertanyaan teman-temannya lebih lama. Dengan terpaksa, ia mulai menjelaskan hubungannya dengan Abizar."Jadi begini..." Keyra menatap mereka satu per satu, memastikan mereka benar-benar mendengarkan."Nenek Bimantara itu memang neneknya Abizar. Tapi, beliau juga mengenal ibuku sejak lama. Dulu, mereka cukup dekat, dan setelah orang tuaku berpisah, aku merasa nggak bisa tinggal satu rumah dengan Keyla dan ayah. Makanya, Nenek Bimantara menawarkan bantuannya," sambung Keyra.Giselle dan Ririn bertukar pandang, sementara Kevin tetap diam, hanya menatap Keyra dengan ekspresi yang sulit ditebak. Keyra duduk di sofa, berusaha lebih rileks untuk lanjut menjelaskan."Tapi kenapa rumah sebesar ini ditinggali sendirian?" tanya Ririn penasaran.Keyra mengangkat bahu, mencoba bersikap setenang mungkin. "Nenek sebenarnya ingin menempatkan beberapa orang untuk menemani dan menjagaku, tapi aku menolak. Aku lebih suka sendiri. La
Sepulang sekolah, Giselle, Ririn, dan Kevin menuju tempat Keyra. Ketiganya naik mobil Kevin, sementara Keyra dengan motor ninjanya menjadi pengarah jalan.Awalnya mereka merasa daerah tempat tinggal Keyra terbilang jauh dari sekolah. Apalagi saat mereka memasuki sebuah kawasan yang jarang bangunan, membuat tiga tamu itu merinding.“Ini beneran mau ke rumah Keyra, kan?” gumam Giselle, dia sudah memeluk Ririn lantaran takut dengan jalan yang semakin sepi.“Percaya sama Keyra! Dia pasti nggak nge-prank kita,” ujar Kevin yang duduk di kursi kemudi, meski dalam hati dia juga bertanya-tanya. Sejak kapan Keyra tinggal di tempat sesepi ini?Begitu mobil memasuki area rumah Keyra, suasana di dalam mobil berubah menjadi hening. Mata mereka melebar melihat keindahan yang terpampang di sana.Ketiga murid SMA itu bergegas keluar mobil. Keyra menyambut mereka dengan tangan terentang. “Selamat datang di rumahku!” seru Keyra.“Gila…” Giselle berbisik kagum saat melihat rumah yang berdiri di hadapan m