Teresa tidak memberitahu Charles tentang apa yang dia bicarakan dengan Michael. Karena Charles sudah lama mengikuti Ferry, jadi awalnya Teresa enggan memberitahu Charles. Tapi siapa lagi yang bisa membantu Teresa kalau bukan Charles. "Charles, kamu harus mengakui bahwa kamu sudah membunuh Penn," perintah Teresa. Charles mengernyitkan dahi. Kenapa Teresa membahas hal ini? "Nona, kamu ingin aku bertanggung jawab?" kata Charles. Teresa menggelengkan kepala. Dia berjalan mendekati Charles, "Aku harus memastikan keselamatan kita, tapi aku masih ingin menjadi pewaris Keluarga Han. Aku akan memberimu posisi lain di Keluarga Han.""Nona, katakan saja apa rencanamu. Di usiaku yang sekarang, kemampuan daya pikirku sudah tidak tajam seperti dulu," kata Charles. Teresa menarik napas, "Jika ayahku meninggal, posisi kepala keluarga akan jatuh ke tanganku. Penyebab kematian ayah tidak boleh diketahui orang lain."Charles terkejut. Pantas saja, sikap Teresa akhir-akhir ini menjadi aneh.
Ferry sedang berdiri di depan jendela kamarnya di Hotel Peninsula. Keberadaan Penn masih belum diketahui. Ferry merasa ada yang tidak biasa dengan sikap Teresa. Ferry tahu putrinya dengan baik. Ada yang disembunyikan oleh putrinya itu. "Denver, apa kamu menyadari sikap putriku beberapa hari ini?" tanya Ferry."Sepertinya ada yang dipikirkan nona, Tuan. Mungkin itu disebabkan oleh kehilangan tuan muda, " jawab Denver. Ferry menghela napas, "Aku tidak ingin hal ini terjadi. Keduanya adalah anak-anakku.""Tuan, berhati-hatilah," kata Denver. Ferry membalikkan badan menghadap Denver, "Apa maksudmu?""Aku tidak ingin ikut campur, namun ambisi nona telalu besar. Mungkin dia menghadapi situasi yang membuatnya akan bertindak di luar kebiasaannya," kata Denver. Dengan berkata seperti itu, dia berharap Ferry mengerti apa maksudnya. Jika kehilangan Penn disebabkan oleh Teresa, penjelasan Denver terasa masuk akal. "Jika memang benar kehilangan tuan muda ada hubungannya dengan nona,
Makanan ini ada racunnya. Sekali dimakan, tamat riwayatmu. "Kenapa? Bukannya makanan ini yang kamu tawarkan padaku?" tanya Ferry. Wajah Teresa menjadi tegang, "Ayah, sebenarnya lambungku ada masalah.""Baiklah," Ferry tersenyum. Teresa merasa lega. Tak lama kemudian, Ferry memanggil pelayan hotel. "Kamu cicipi makanan ini," perintah Ferry pada sang pelayan. Meskipun permintaan Ferry dirasa aneh, tapi pelayan itu menyanggupi. Saat si pelayan hendak mencicipi, tiba-tiba Teresa berkata, "Bawa makanan ini keluar. Aku yakin rasanya tidak enak. Bagaimana sih kerja koki di sini?"Si pelayan menjadi cemas. Dia pernah melihat sikap Teresa pada pelayan lain. Jika dia menolaknya, sudah pasti dia akan diceramahi. Saat si pelayan hendak membawa keluar makanan itu, Ferry berkata, "Jangan dengarkan putriku. Cepat kamu cicipi makanan ini.""Ayah, biarkan mereka menggantinya," kata Teresa dengan nada panik. "Bagaimana sih kamu? Kita harus mencicipi makanan yang sudah dimasak," kata Fer
Apa hubungannya Michael? Ferry tahu bagaimana kemampuan Charles dalam mengawal seseorang, tapi bagaimana bisa Teresa diancam oleh Michael?Sudah pasti dialah yang membunuh Penn supaya menjadi pewaris. Ferry sudah menduga hal itu. "Apa kamu benar-benar berambisi menjadi pewaris? Penn itu saudara kandungmu sendiri," kata Ferry dengan raut muka sedih. Tidak hanya seorang putra, dia sudah kehilangan seorang putri juga. Ferry tidak akan bisa menganggap Teresa sebagai putrinya lagi. Keluarga Han di Amerika juga tidak akan menerima Teresa.Rambut Teresa ditarik dengan kencang. Dia memohon-mohon pada Ferry. Namun dia tahu Ferry tidak akan bisa memaafkannya. "Kenapa kamu harus menyerahkan Keluarga Han ke tangan Penn? Tidakkah kamu memikirkan perasaanku?" teriak Teresa."Peranmu sudah ditentukan sejak kamu lahir. Dengan cara inilah, Keluarga Han bisa dikenal kalangan luas di Amerika. Kalau kamu jadi pewaris, kamu akan ditertawakan orang-orang dan reputasi Keluarga Han akan hancur," kata F
Akhir-akhir ini, Edward belum pernah menghubunginya secara langsung, tapi melalui perusahaannya dia menunjukkan minat untuk bekerja sama dengan perusahaan Keluarga Su. Hal ini membuat Bella merasa aneh. Menurut Bella, pasti ada udang di balik batu. Tidak mungkin Edward berubah sikap begitu saja. "Bella, apa kamu sudah memikirkannya?" tanya Edward. "Edward, apa rencanamu sebenarnya?" Bella bertanya balik. "Aku benar-benar ingin bekerja sama dengan perusahaan Keluarga Su. Kalau kamu tidak percaya, aku akan membagi 50% keuntungan perusahaan untukmu," kata Edward.50% keuntungan.Bella tidak percaya sama sekali. "Aku hanya ingin membuat arwah nenek bangga. Tidak ada hal lain," kata Edward.Tiba-tiba bel pintu rumah berbunyi. Bella berkata, "Ada yang datang. Tunggu sebentar."Di ujung telepon, raut muka Edward berubah. Kalau saja Ray tidak menghilang, bagaimana mungkin Edward menawarkan kerja sama pada Bella?"Bagaimana, apa dia menolak?" tanya Amanda.Edward menggertakkan
Di unit apartemen Michael.Evie melihat bagaimana Michael menerima telepon dengan ekspresi muka yang serius. Perlahan-lahan dia merasakan ada niat membunuh di mata Michael. Evie tahu pasti Teresa sudah melakukan sesuatu. "Teresa gagal?" tanya Evie.Michael berdiri dan menghela napas, "Ferry sedang berada di villa lereng gunung."Mendengar perkataan Michael, Evie menjadi panik, "Apa yang dia lakukan terhadap Bella?"Meskipun Evie menyukai Michael, perasaannya pada Bella tidaklah berubah. Meskipun terkadang dia memikirkan pertemanan dengan Bella akan rusak, tapi tidak sedikitpun terbersit keinginan untuk menyakiti Bella. Michael menggelengkan kepala, "Aku tidak tahu, tapi aku disuruh datang ke sana.""Aku ikut," kata Evie. Dia hendak berganti baju. "Tidak, kamu tunggu di rumah," perintah Michael. Jika dirinya tidak bisa keluar dari villa hidup-hidup dan Evie ada di sana, bisa berbahaya. "Tidak, Bella adalah teman dekatku. Bagaimana bisa aku tidak peduli?" tanya Evie."Mula
Keajaiban?Alfred hanya bisa nyengir. Walaupun itu mustahil, dia berharap hal itu bisa terjadi. "Yuncheng bukanlah tempat ideal bagi Keluarga Tian. Mungkin ini saatnya yang tepat bagi kita untuk pindah," kata Alfred. Padahal kota ini adalah kota tempat leluhur mereka membangun bisnis. "Kita tunggu saja," kata Teddy. Alfred bertanya, "Ayah, apa kamu masih percaya pada Michael?""Aku percaya padanya," kata Ruby tiba-tiba. Saat Ruby mendekati Alfred dan Teddy, Alfred berkata, "Kenapa kamu belum tidur?"Ruby mengabaikan pertanyaan ayahnya, "Aku percaya pada Kakak Michael. Dia pasti bisa menyelesaikan urusannya dengan Ferry."Alfred tersenyum. Dia cukup senang dengan ikatan kakak beradik ini antara Michael dan Ruby. Namun, dengan kondisi sekarang, mungkin hubungan ini tidak bisa dilanjutkan."Ruby, mungkin mulai sekarang jangan panggil dia kakak," kata Alfred.Ruby menatap tajam ke arah ayahnya. Sebelumnya dia tidak pernah berani untuk membalas perkataan ayahnya. Namun sekar
Di villa lereng gunung.Saat Michael muncul, hal pertama yang dilontarkan oleh Ferry padanya adalah perintah untuk berlutut. "Tidak ada yang bisa menyuruhku untuk berlutut selain kakek dan guruku," jawab Michael. Dia tahu Ferry ingin membunuhnya, tapi Michael tidak akan semudah itu dikalahkan. Ferry tersenyum, "Kenapa begitu idealis? Sebentar lagi kamu akan mati."Dicky yang sedang menyandera Bella segera melakukan aksinya. Dia mencekik leher Bella. Melihat Bella seperti itu, Michael berusaha untuk tetap tenang. "Aku beri kamu tiga puluh detik. Nasib Bella berada di tanganmu," kata Ferry.Bella berusaha melepaskan cengkraman tangan Dicky. Tidak sedikitpun dia menoleh ke arah Michael untuk meminta tolong. Sorot matanya tidak menunjukkan ketakutan karena dia percaya pada Michael. "Lepaskan dia," kata Michael sambil mengertakkan gigi, "Beraninya kamu menyakiti Bella.""Aku tidak peduli mau perempuan atau anak-anak. Semua yang menghalangiku akan kusingkirkan," kata Ferry.Wa
“Malam sudah larut. Kembalilah ke pondok dan istirahatlah.”Michael menepuk bahu si trenggiling dan membawanya menuju halaman belakang.Di halaman belakang, Sari sedang duduk dalam keadaan gelisah. Dari sorot matanya yang indah, terlihat perasaan cemas dan kesepian.Ketika Jenny datang dengan penuh kegembiraan mengumumkan kembalinya Michael, mata cantik Sari menjadi berbinar-binar. Meskipun dia adalah seorang perempuan yang terbiasa bersikap anggun, tetap saja Sari tidak bisa menahan diri untuk cepat-cepat menyambut kedatangan Michael. Ketika melihat Michael, mata Sari yang indah menampakkan rasa haru, cemas dan gembira. Bibir merahnya terbuka. Michael tidak bisa menahan diri untuk tidak terkejut. Sebelumnya Michael menjaga jarak dengan Sari. Sekarang Michael tersenyum padanya.Meskipun hanya senyuman, namun makna dari senyuman itu terlihat jelas.Sari memahami senyuman Michael. Dalam hatinya, dia merasa sedih. Namun Sari tetap tersenyum. “Hei, kalian ke mana saja? Tahuk
Parza menghela napas panjang sambil menatap Felix, yang sudah dibawa jauh. Putranya melihat Parza dengan tatapan putus asa. "Dewa Es, aku sudah menghukum anakku. Kalau kamu masih belum puas, aku bersedia menambah hukumannya."“Bukankah besok putramu akan menikah? Itu adalah acara besar Keluarga Fang, bukan? Mengapa kalian melakukan sesuatu yang serius seperti ini?" Michael tertawa. Perlahan-lahan dia berdiri, "Begini saja. Tambahkan hukuman itu ketika dia sudah menikah nanti, atau ketika suasana hatiku sedang buruk. Bagaimana?"Mata Parza melebar. Bagaimana Dewa Es bisa bersikap murah hati seperti ini? Dewa Es membela Felix meskipun dirinya dimasukkan ke dalam Penjara Langit dan diberi hukuman es dan api. Tuan Onn mengerutkan dahi dan memandang Michael dengan aneh.Meskipun sosok laki-laki di depannya masih muda, tapi dia memiliki kebijaksanaan seperti tetua. Tidak jadi menghukum Felix? Apa … apa Dewa Es menyukai Keluarga Fang?Parza tidak tahu pikiran Michael tapi baginya
Felix mengerutkan dahi, "Aku benar-benar bingung dengan sikap kalian. Aku menangkap seorang laki-laki yang menganiaya perempuan tua. Kenapa sikap kalian berlebihan seperti ini?""Orang ini cukup kuat meskipun sudah melakukan kejahatan. Jadi aku memberinya hukuman kecil sekaligus sebagai bentuk peringatan."Felix menatap Michael dengan kejam.Laki-laki sialan ini pasti menceritakan kejadian yang tidak sebenarnya kepada Tuan Onn dan ayahnya, Parza sehingga membuat keduanya marah. Felix ingin menambah hukuman Michael!Hukuman kecil?!Mata Tuan Onn dan Parza melebar. Kaki Dewa Es hitam seperti batu bara. Bagaimana mungkin hukuman yang diberikan kepada Dewa Es ini bisa disebut hukuman kecil?!Parza dan Tuan Onn sudah hidup lama di dunia gurun. Bagaimana mungkin mereka tidak tahu hukuman apa yang digunakan sehingga menyebabkan kaki seseorang menjadi hitam?!Jika Michael adalah orang biasa, mereka tidak akan semarah ini tapi ini Dewa Es! Semakin memikirkannya, Tuan Onn semakin jeng
Felix terlihat bangga. Penerangan Penjara Langit itu relatif gelap. Felix tidak menyadari ekspresi kemarahan di wajah ayahnya. Felix menatap Michael yang ada di dalam sel penjara sambil mendengus. Dari tatapan Felix seolah-olah dia memberi tahu Michael bahwa meskipun ayahnya, Parza datang, itu bukanlah jaminan nyawa Michael bisa diselamatkan. Felix tidak bisa menyembunyikan rasa puasnya ketika melihat bekas pertarungan di sekeliling Penjara Langit. Sepertinya si pembunuh sudah menghajar Michael berkali-kali. Namun, yang membuat Felix senang adalah Michael tetap hidup setelah mengalami penyiksaan seperti itu.Kalau saja Felix mengetahui bahwa Michael adalah Dewa Es, maka semua ini tidak akan terjadi. Tidak seperti Felix, Parza menggertakkan gigi dan ingin meluapkan amarahnya. Jika sebelumnya Felix adalah kebanggaan besar dalam hidupnya, sekarang Parza merasa lebih baik memiliki telur daripada memiliki anak bodoh seperti itu.“Apa jangan-jangan kamu menangkapnya?” tanya Parza
Kacau!Berantakan!Ruangan sel Penjara Langit itu begitu berantakan. Dari situ terlihat bekas pertarungan yang sudah terjadi. “Apa ini?” Tuan Onn terkejut melihat pemandangan di depannya ini. Firasat tidak enak muncul di hatinya. Apa jangan-jangan Dewa Es ….“Parza!” teriak Tuan Onn. Parza tidak berdaya melihat situasi di dalam penjara tersebut. “Keluarga Fang, tunggu saja nasib kalian. Kalian akan dikuburkan bersama-sama,” Tuan Onn menggelengkan kepala. Dia segera bergegas masuk ke dalam penjara.Parza masih berlutut. Matanya kosong. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Setelah melihat Tuan Onn masuk ke dalam penjara, Parza segera tersadar. Buru-buru dia berdiri dan berkata pada salah satu pelayan, "Pergi … pergi jemput anakku yang bodoh itu ke sini.”Pelayan itu mengangguk dan segera pergi. Sejenak Parza menjadi ragu. Dia menghela napas dan menghirupnya. Kemudian bersama pelayannya yang lain, Parza segera masuk menuju Penjara Langit.Penjara itu gelap dan bau. Orang - o
Penjara Langit!Tidak perlu dijelaskan lagi apa makna tempat itu bagi Keluarga Fang, apalagi Tuan Onn. Tidak mungkin!Kaki Parza lemas. Tubuhnya bergoyang hingga menabrak meja di belakangnya. Meja kayu itu mundur beberapa meter.Namun, ketika Parza tidak bisa menahan lagi, para pelayan itu datang membantunya!Penjara Langit adalah tempat dikurungnya orang-orang yang paling keji. Lingkungan penjara itu juga buruk. Jika orang biasa masuk ke dalam Penjara Langit, hal itu biasa saja tapi ini Dewa Es! “Lihat apa yang kamu lakukan!” Tuan Onn menjadi marah. Meskipun Tuan Onn tidak berinteraksi langsung dengan Dewa Es. Namun sebagai manusia gurun, dukungan Dewa Es terukir di tulangnya. Bagaimana mungkin Tuan Onn tidak marah ketika Dewa Es dipenjara di tempat seperti itu?!Parza jadi tambah lemas. Dia terhuyung dan duduk di tanah.Benar. Apa sebenarnya yang dilakukan Keluarga Fang di sini?!"Kenapa kamu masih berdiri di situ? Cepat jemput dia!" Tuan Onn segera membentak dan berge
Jika bukan karena pelayan di belakangnya yang buru-buru membantunya, Parza sudah pasti jatuh lemas duduk di tanah. Itu dia!Ternyata itu dia!Dia adalah teman Dewa Es!Berarti ….Tuan Onn mengerutkan dahi. Memang dia yang memberikan saran untuk pergi ke penjara, tapi tetap saja dia jadi terkejut melihat ucapannya terbukti.“Lihat apa yang telah kamu lakukan!” Tuan Onn mengutuk Parza. Dia mendorong si pengawal dan membungkukkan badan sebagai tanda hormat pada si trenggiling, "Pahlawan Muda, kenapa … kamu ada di sini?"Parza segera tersadar dari rasa terkejutnya ketika dimarahi oleh Tuan Onn. Dia menyadari kesalahannya dan bergegas maju dengan panik. Ketika Tuan Onn menangani trenggiling, Parza segera mengambil tindakan yang diperlukan. Dia menendang pengawal hingga jatuh ke tanah."Berani-beraninya kamu! Berani-beraninya kamu memperlakukan tamu Keluarga Fang seperti ini? Aku ingin kamu mati. Pengawal!" teriak Parza. "Hadir!"“Bawa orang itu pergi. Potong tubuhnya menjadi d
Alis Parza berkerut. Dia berkata dengan nada mendesak, "Tuan Onn, tolong beri tahu aku."“Parza. Jika kamu hanya berambisi menjadi kepala keluarga, kemampuanmu yang sekarang sudah lebih dari cukup. Namun, jika kamu ingin jadi pemimpin masa depan dunia gurun, tentunya kemampuanmu yang sekarang tidaklah cukup."Kalau orang lain membicarakan Parza seperti itu, tentu saja Parza tidak akan senang. Bahkan dia bakal sangat marah.Namun karena ucapannya ini datang dari Tuan Onn, Parza menerimanya dengan rendah hati."Tolong beri aku nasihat, Tuan."“Jika orang itu memiliki ambisi besar di masa depan, dia tidak boleh melupakan hal kecil. Bahkan dia harus bisa kejam," Tuan Onn berdiri dan tersenyum. Dia datang mendekati Parza dan menepuk pundaknya. Tuan Onn menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kalau kamu masih menjaga hatimu seperti ini, kamu tidak akan bisa maju."“Hatiku?” Parza jadi bingung. “Parza, jangan terlalu mempercayai orang lain, terutama orang-orang di sekitarmu,” ujar Tuan
Tuan Onn tidak langsung menjawab pertanyaan Parza. Dia mengerutkan dahi seolah-olah sedang memikirkan sesuatu.Parza sudah tidak sabar, tapi dia tidak berani mengganggu Tuan Onn. Jadi Parza hanya bisa berdiri di sana. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Waktu berlalu. Mungkin dalam suasana hati Parza saat ini, satu menit terasa seperti setahun. Tuan Onn mengerutkan dahi. Perlahan-lahan dia menatap Parza, "Apa menurutmu itu tidak aneh?”“Tuan Onn, apanya yang aneh?”“Maksudku, Dewa Es,” jawab Tuan Onn sambil mengerutkan dahi. “Dewa Es?” Parza jadi lebih bingung."Rumah ini dijaga ketat, apalagi ketika perjamuan besar. Tentunya tidak mudah bagi siapa pun untuk keluar masuk rumah ini tanpa ijin. Bahkan jika Dewa Es memiliki kemampuan luar biasa, tidak mungkin dia bisa menghilang."“Aku juga berpikir seperti itu tapi aku juga tidak memahaminya,” Parza mengira Tuan Onn kepikiran sesuatu tapi ketika mendengarnya, Parza jadi lemas. Selain itu, apa alasan Dewa Es pergi?"Maksud Tua