Ketika Ferry pergi, Chaterine melihat kondisi kuil yang berantakan dengan mata berlinang air mata. Satu hal yang dia lakukan setiap hari adalah berdoa di tempat ini. Tempat ini juga yang menguatkan dirinya selama ini. Dia tidak menyangka Ferry akan menghancurkan segalanya. Tidak ada yang tersisa. Walaupun papan nama leluhur bisa dibuat lagi, tapi penghinaan Ferry pada Keluarga Han tidak bisa dihapus begitu saja. Dia lalu mengambil papan nama Anthony, lalu dengan hati-hati meletakkan serpihan-serpihan itu di tangannya. Anthony adalah satu-satunya orang yang dia cintai di dalam hidupnya. Walaupun sudah meninggal, tapi cintanya pada Anthony tidak pernah padam. Chaterine tidak pernah mau untuk menikah lagi. Walaupun bisa saja dia lakukan, tapi dia tidak pernah mau mengkhianati Keluarga Han. Baginya, Keluarga Han menjadi satu-satunya penyemangat hidupnya. Dia ingin mengembalikan Keluarga Han kepada kejayaannya. "Michael, aku harap kamu bisa membalas dendam mereka,” Chaterine ber
Ferry menggelengkan kepalanya dan berkata, “Kita ke makam Warren dulu. Dulu ayahku sempat menyuruhku untuk mengunjungi makamnya. Dia bilang Warren tidak semudah itu untuk mati dan memintaku mengeceknya.” Kenapa dia mati? Alasannya tidak pernah jelas. Karena ada permintaan itu, dia harus melakukannya. Walaupun Ferry adalah orang yang cukup berkuasa di Keluarga Han, dia tidak berani melawan permintaan orang tuanya. Di makam Yanjing, jarang ada yang datang kecuali untuk sembahyang kubur pada saat Festival Qingming. Yang rutin datang hanya penjaga kuburan. Oleh karena itu ketika Ferry dan pengawalnya muncul, dia merasa aneh. “Mau apa kalian di sini?” tanya penjaga kuburan. "Di mana makam Warren?" tanya Ferry. Warren adalah sosok yang lumayan terkenal di Yanjing, tentu saja dia tahu. Hanya saja dia merasa aneh kenapa dua orang ini tidak tahu di mana makam Warren. "Apakah kamu dari keluarga Han? Kenapa aku belum pernah melihatmu?” tanya penjaga kuburan. Pengawal Ferry lalu
Penjaga kuburan itu ketakutan mendengar ancaman Ferry. Setelah Ferry pergi, dia cepat-cepat memberitahu Chaterine.Saat Chaterine diberitahu kuburan Warren sudah digali oleh Ferry, dia sudah menyangka hal itu akan terjadi. Lagi pula seluruh kuil sudah dihancurkan oleh Ferry. Setelah Chaterine menyuruh penjaga kuburan itu tutup mulut, Chaterine memegang ponselnya. Setelah beberapa saat ragu, Chaterine menelepon Michael.Chaterine mengerti kalau Michael tidak menghormatinya. Meskipun Michael tahu Chaterine terpaksa mengabaikannya karena Florence, tetap saja sulit membuat Michael melihatnya sebagai seorang ibu. "Kenapa?" tanya Michael.Chaterine mendengar nada tidak suka dari suara Michael. Padahal dia putra kandungnya, tapi sikap dia memperlakukan Chaterine tidak berubah. Chaterine tidak bisa menyalahkan Michael. Dia harus menerima akibat dari perbuatan yang sudah dia lakukan. "Ferry, kepala keluarga Han di Amerika sudah tiba di China," kata Chaterine.Sudah tiba di China!
Charles juga merasa khawatir dengan kehadiran Ferry yang tiba-tiba. Bagaimana dia bisa berpikir tenang?"Jangan cemas nona. Kita pikirkan jalan keluarnya," kata Charles. "Jangan cemas?" Teresa menatap Charles dengan pandangan tajam dan berkata, "Kita tidak memiliki banyak waktu. Ayah akan segera datang! Jika dia bertanya soal Penn, bagaimana aku bisa menjelaskan padanya?"Sekelebat rasa putus asa terlihat di mata Charles. Jika bukan karena ide Teresa, sekarang Penn masih hidup. Keadaan mereka akan baik-baik saja. Semua ini gara-gara Teresa, tapi sekarang Teresa menyalahkannya!"Aku peringatkan kamu, Charles. Jika aku mati, kamu juga ikut mati," kata Teresa sambil berjalan ke arah Charles dengan wajah mengerikan.Charles tersenyum dingin dan berkata, "Nona, kamu ingin mengancamku? Menurut nona, tuan besar percaya aku membunuh Penn bukan karena perintah siapa-siapa?"Teresa menggertakkan gigi. Charles tidak memiliki motivasi membunuh Penn. Jelas dia tidak akan disalahkan. Tapi
Penn sudah mati. Tentu saja ponselnya tidak aktif. Jadi Teresa berpura-pura mengernyitkan dahi. "Ayah, ponselnya mati," kata Teresa.Ferry semakin bertambah marah. Teresa berkata, "Ayah, jangan marah. Kita ke hotel dan aku akan mengirimkan orang untuk mencarinya.""Kamu sangat memanjakan adikmu. Jika dimanjakan terus, bukannya dia malah semakin berbuat seenaknya?" tanya Ferry.Teresa tersenyum, "Dia satu-satunya adikku. Jika aku tidak memanjakannya, siapa lagi?"Saat di hotel, Teresa berpura-pura mengirim orang mencari Penn. Ferry bertanya pada Teresa soal Michael.Semut yang bisa dihancurkan dengan mudah, tidak layak mendapat perhatian Ferry."Ayah, jika kamu tidak mengizinkanku membunuhnya, aku terpaksa mencari jalan lain untuk melawannya. Jangan cemas, setengah bisnis Yuncheng sudah ada di tanganku. Michael tidak akan bisa berkutik. Selama aku diberi waktu, dia pasti akan muncul dan berlutut meminta ampun," kata Teresa ..."Alasan dia tidak dibunuh karena ada darah Keluarga
"Aku sudah mendedikasikan hidupku pada Keluarga Han selama bertahun-tahun. Aku tidak bisa disingkirkan begini saja," kata Teresa dengan nada tajam. Teresa merasa tidak adil. Penn tidak berguna, tapi Ferry masih saja membela Penn. Bagi Ferry, peran Teresa hanyalah untuk kawin politik. "Jangan terburu-buru, nona. Jangan perlihatkan kesalahan. Kalau tidak, tuan besar akan menyadarinya dan nasib kita akan tamat," kata Charles.Teresa menjawab, "Kamu tahu aku sudah melalui apa untuk sampai di titik ini? Dia punya anak haram di luar sana dan aku sudah membunuh mereka semua. Aku tidak ingin ada penghalang. Sekarang, aku sudah menyingkirkan adik kandungku sendiri. Namun, dia masih tidak melihat usahaku. Apa karena aku adalah perempuan?"Charles terkejut saat mendengar perkataan Teresa. Dia baru mendengar tentang anak haram itu. Teresa sudah membunuh mereka. Ternyata Teresa ini lebih kejam dibanding yang dia kira. "Meskipun Penn mati, mungkin dia tidak akan menyerahkan posisi penerus K
"Kenapa kamu kembali?" Michael berdiri dari sofa."Aku capek setelah habis berbelanja. Memangnya di mana lagi aku bisa tidur?" tanya Evie sambil menarik kopernya ke kamarnya. Dengan ragu, Michael mengikuti dan melihat Evie. Evie sedang menata baju-bajunya di lemari. "Kamu tidak sadar, situasi di sini semakin berbahaya," kata Michael.Evie terlihat biasa saja. Dia berkata, "Aku tahu. Kamu juga tidak menyukaiku. Mungkin kita bisa mati bersama. Di kehidupan berikutnya, kita bisa bertemu lagi dan saling jatuh cinta."Michael tidak tahu harus mejawab apa. Dia sendiri tidak percaya Tuhan, dan tidak percaya dengan namanya reinkanarsi. Konsep reinkarnasi itu terlalu abstrak. "Aku akan mengikuti kemanapun kamu pergi. Tidak peduli kamu mau atau tidak," kata Evie tetap bersikeras di depan Michael.Michael mendesah. Dia pikir, Evie sudah berubah pikiran. Ternyata tidak semudah yang dia kira. Michael tidak tahu dengan cara apa lagi dia bisa mengusir Evie. Padahal jelas-jelas keadaan i
Saat sedang makan, Michael menerima telepon dari Mark."Michael, temanmu berulah lagi. Dia ditangkap polisi. Masalahnya gara-gara perempuan. Apa kamu ingin membantunya?" tanya Mark dengan putus asa. Padahal masih banyak cara aman untuk bersenang-senang dengan perempuan, tapi selalu saja Stephan memilih cara yang salah. Berulang kali dia terlibat masalah karena perempuan, tetap saja dia tidak jera. Sudah lama Michael tidak mendengar kabar Stephan. Karena Stephan memang seperti itu tingkah lakunya, Michael membiarkan orang itu tingkahnya. Tapi kabar dari Mark hari ini membuat Michael lumayan jengkel dengan sikap Stephan yang masih saja tidak berubah. "Aku sedang makan. Nanti aku ke sana," kata Michael.Setelah menutup telepon, Evie bertanya, "Ada apa?""Hal sepele, kenalanku ditangkap petugas gara-gara masalah perempuan," ujar Michael."Bermasalah lagi?" Evie mengernyitkan dahi, "Sepertinya kenalanmu itu tidak jera juga."Michael mengangguk. Stephan memang tidak berubah. "Sepe
“Malam sudah larut. Kembalilah ke pondok dan istirahatlah.”Michael menepuk bahu si trenggiling dan membawanya menuju halaman belakang.Di halaman belakang, Sari sedang duduk dalam keadaan gelisah. Dari sorot matanya yang indah, terlihat perasaan cemas dan kesepian.Ketika Jenny datang dengan penuh kegembiraan mengumumkan kembalinya Michael, mata cantik Sari menjadi berbinar-binar. Meskipun dia adalah seorang perempuan yang terbiasa bersikap anggun, tetap saja Sari tidak bisa menahan diri untuk cepat-cepat menyambut kedatangan Michael. Ketika melihat Michael, mata Sari yang indah menampakkan rasa haru, cemas dan gembira. Bibir merahnya terbuka. Michael tidak bisa menahan diri untuk tidak terkejut. Sebelumnya Michael menjaga jarak dengan Sari. Sekarang Michael tersenyum padanya.Meskipun hanya senyuman, namun makna dari senyuman itu terlihat jelas.Sari memahami senyuman Michael. Dalam hatinya, dia merasa sedih. Namun Sari tetap tersenyum. “Hei, kalian ke mana saja? Tahuk
Parza menghela napas panjang sambil menatap Felix, yang sudah dibawa jauh. Putranya melihat Parza dengan tatapan putus asa. "Dewa Es, aku sudah menghukum anakku. Kalau kamu masih belum puas, aku bersedia menambah hukumannya."“Bukankah besok putramu akan menikah? Itu adalah acara besar Keluarga Fang, bukan? Mengapa kalian melakukan sesuatu yang serius seperti ini?" Michael tertawa. Perlahan-lahan dia berdiri, "Begini saja. Tambahkan hukuman itu ketika dia sudah menikah nanti, atau ketika suasana hatiku sedang buruk. Bagaimana?"Mata Parza melebar. Bagaimana Dewa Es bisa bersikap murah hati seperti ini? Dewa Es membela Felix meskipun dirinya dimasukkan ke dalam Penjara Langit dan diberi hukuman es dan api. Tuan Onn mengerutkan dahi dan memandang Michael dengan aneh.Meskipun sosok laki-laki di depannya masih muda, tapi dia memiliki kebijaksanaan seperti tetua. Tidak jadi menghukum Felix? Apa … apa Dewa Es menyukai Keluarga Fang?Parza tidak tahu pikiran Michael tapi baginya
Felix mengerutkan dahi, "Aku benar-benar bingung dengan sikap kalian. Aku menangkap seorang laki-laki yang menganiaya perempuan tua. Kenapa sikap kalian berlebihan seperti ini?""Orang ini cukup kuat meskipun sudah melakukan kejahatan. Jadi aku memberinya hukuman kecil sekaligus sebagai bentuk peringatan."Felix menatap Michael dengan kejam.Laki-laki sialan ini pasti menceritakan kejadian yang tidak sebenarnya kepada Tuan Onn dan ayahnya, Parza sehingga membuat keduanya marah. Felix ingin menambah hukuman Michael!Hukuman kecil?!Mata Tuan Onn dan Parza melebar. Kaki Dewa Es hitam seperti batu bara. Bagaimana mungkin hukuman yang diberikan kepada Dewa Es ini bisa disebut hukuman kecil?!Parza dan Tuan Onn sudah hidup lama di dunia gurun. Bagaimana mungkin mereka tidak tahu hukuman apa yang digunakan sehingga menyebabkan kaki seseorang menjadi hitam?!Jika Michael adalah orang biasa, mereka tidak akan semarah ini tapi ini Dewa Es! Semakin memikirkannya, Tuan Onn semakin jeng
Felix terlihat bangga. Penerangan Penjara Langit itu relatif gelap. Felix tidak menyadari ekspresi kemarahan di wajah ayahnya. Felix menatap Michael yang ada di dalam sel penjara sambil mendengus. Dari tatapan Felix seolah-olah dia memberi tahu Michael bahwa meskipun ayahnya, Parza datang, itu bukanlah jaminan nyawa Michael bisa diselamatkan. Felix tidak bisa menyembunyikan rasa puasnya ketika melihat bekas pertarungan di sekeliling Penjara Langit. Sepertinya si pembunuh sudah menghajar Michael berkali-kali. Namun, yang membuat Felix senang adalah Michael tetap hidup setelah mengalami penyiksaan seperti itu.Kalau saja Felix mengetahui bahwa Michael adalah Dewa Es, maka semua ini tidak akan terjadi. Tidak seperti Felix, Parza menggertakkan gigi dan ingin meluapkan amarahnya. Jika sebelumnya Felix adalah kebanggaan besar dalam hidupnya, sekarang Parza merasa lebih baik memiliki telur daripada memiliki anak bodoh seperti itu.“Apa jangan-jangan kamu menangkapnya?” tanya Parza
Kacau!Berantakan!Ruangan sel Penjara Langit itu begitu berantakan. Dari situ terlihat bekas pertarungan yang sudah terjadi. “Apa ini?” Tuan Onn terkejut melihat pemandangan di depannya ini. Firasat tidak enak muncul di hatinya. Apa jangan-jangan Dewa Es ….“Parza!” teriak Tuan Onn. Parza tidak berdaya melihat situasi di dalam penjara tersebut. “Keluarga Fang, tunggu saja nasib kalian. Kalian akan dikuburkan bersama-sama,” Tuan Onn menggelengkan kepala. Dia segera bergegas masuk ke dalam penjara.Parza masih berlutut. Matanya kosong. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Setelah melihat Tuan Onn masuk ke dalam penjara, Parza segera tersadar. Buru-buru dia berdiri dan berkata pada salah satu pelayan, "Pergi … pergi jemput anakku yang bodoh itu ke sini.”Pelayan itu mengangguk dan segera pergi. Sejenak Parza menjadi ragu. Dia menghela napas dan menghirupnya. Kemudian bersama pelayannya yang lain, Parza segera masuk menuju Penjara Langit.Penjara itu gelap dan bau. Orang - o
Penjara Langit!Tidak perlu dijelaskan lagi apa makna tempat itu bagi Keluarga Fang, apalagi Tuan Onn. Tidak mungkin!Kaki Parza lemas. Tubuhnya bergoyang hingga menabrak meja di belakangnya. Meja kayu itu mundur beberapa meter.Namun, ketika Parza tidak bisa menahan lagi, para pelayan itu datang membantunya!Penjara Langit adalah tempat dikurungnya orang-orang yang paling keji. Lingkungan penjara itu juga buruk. Jika orang biasa masuk ke dalam Penjara Langit, hal itu biasa saja tapi ini Dewa Es! “Lihat apa yang kamu lakukan!” Tuan Onn menjadi marah. Meskipun Tuan Onn tidak berinteraksi langsung dengan Dewa Es. Namun sebagai manusia gurun, dukungan Dewa Es terukir di tulangnya. Bagaimana mungkin Tuan Onn tidak marah ketika Dewa Es dipenjara di tempat seperti itu?!Parza jadi tambah lemas. Dia terhuyung dan duduk di tanah.Benar. Apa sebenarnya yang dilakukan Keluarga Fang di sini?!"Kenapa kamu masih berdiri di situ? Cepat jemput dia!" Tuan Onn segera membentak dan berge
Jika bukan karena pelayan di belakangnya yang buru-buru membantunya, Parza sudah pasti jatuh lemas duduk di tanah. Itu dia!Ternyata itu dia!Dia adalah teman Dewa Es!Berarti ….Tuan Onn mengerutkan dahi. Memang dia yang memberikan saran untuk pergi ke penjara, tapi tetap saja dia jadi terkejut melihat ucapannya terbukti.“Lihat apa yang telah kamu lakukan!” Tuan Onn mengutuk Parza. Dia mendorong si pengawal dan membungkukkan badan sebagai tanda hormat pada si trenggiling, "Pahlawan Muda, kenapa … kamu ada di sini?"Parza segera tersadar dari rasa terkejutnya ketika dimarahi oleh Tuan Onn. Dia menyadari kesalahannya dan bergegas maju dengan panik. Ketika Tuan Onn menangani trenggiling, Parza segera mengambil tindakan yang diperlukan. Dia menendang pengawal hingga jatuh ke tanah."Berani-beraninya kamu! Berani-beraninya kamu memperlakukan tamu Keluarga Fang seperti ini? Aku ingin kamu mati. Pengawal!" teriak Parza. "Hadir!"“Bawa orang itu pergi. Potong tubuhnya menjadi d
Alis Parza berkerut. Dia berkata dengan nada mendesak, "Tuan Onn, tolong beri tahu aku."“Parza. Jika kamu hanya berambisi menjadi kepala keluarga, kemampuanmu yang sekarang sudah lebih dari cukup. Namun, jika kamu ingin jadi pemimpin masa depan dunia gurun, tentunya kemampuanmu yang sekarang tidaklah cukup."Kalau orang lain membicarakan Parza seperti itu, tentu saja Parza tidak akan senang. Bahkan dia bakal sangat marah.Namun karena ucapannya ini datang dari Tuan Onn, Parza menerimanya dengan rendah hati."Tolong beri aku nasihat, Tuan."“Jika orang itu memiliki ambisi besar di masa depan, dia tidak boleh melupakan hal kecil. Bahkan dia harus bisa kejam," Tuan Onn berdiri dan tersenyum. Dia datang mendekati Parza dan menepuk pundaknya. Tuan Onn menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kalau kamu masih menjaga hatimu seperti ini, kamu tidak akan bisa maju."“Hatiku?” Parza jadi bingung. “Parza, jangan terlalu mempercayai orang lain, terutama orang-orang di sekitarmu,” ujar Tuan
Tuan Onn tidak langsung menjawab pertanyaan Parza. Dia mengerutkan dahi seolah-olah sedang memikirkan sesuatu.Parza sudah tidak sabar, tapi dia tidak berani mengganggu Tuan Onn. Jadi Parza hanya bisa berdiri di sana. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Waktu berlalu. Mungkin dalam suasana hati Parza saat ini, satu menit terasa seperti setahun. Tuan Onn mengerutkan dahi. Perlahan-lahan dia menatap Parza, "Apa menurutmu itu tidak aneh?”“Tuan Onn, apanya yang aneh?”“Maksudku, Dewa Es,” jawab Tuan Onn sambil mengerutkan dahi. “Dewa Es?” Parza jadi lebih bingung."Rumah ini dijaga ketat, apalagi ketika perjamuan besar. Tentunya tidak mudah bagi siapa pun untuk keluar masuk rumah ini tanpa ijin. Bahkan jika Dewa Es memiliki kemampuan luar biasa, tidak mungkin dia bisa menghilang."“Aku juga berpikir seperti itu tapi aku juga tidak memahaminya,” Parza mengira Tuan Onn kepikiran sesuatu tapi ketika mendengarnya, Parza jadi lemas. Selain itu, apa alasan Dewa Es pergi?"Maksud Tua