Seperti kata orang-orang, tidak ada hal yang tidak mungkin asalkan ada kemauan. Jalan di depan Michael terlihat jarang dilewati orang. Michael perlu membuka jalannya sendiri Rumput-rumput yang tinggi membuatnya sulit untuk berjalan. Untungnya Michael pernah mengalami latihan dengan gurunya, Victor. Kalau tidak, dia tidak bisa berjalan seperti sekarang. Setelah berjalan selama sejam, tiba-tiba terlihat lapangan luas. Ini kejadian aneh. Banyak pohon yang patah. Sepertinya patah yang bukan ditebang. "Bagaimana bisa ada pohon sebanyak ini yang patah? Sepertinya bukan kerjaan manusia ...." Michael mengernyitkan dahi, "Sepertinya gara-gara hewan liar. Tapi adakah hewan yang bisa mematahkan pohon seperti ini?"Spence berjalan mendekati salah satu pohon. Meskipun pohonnya tidak terlalu tinggi, tapi patahannya begitu kasar. Seperti kerjaan manusia. "Michael, apa kamu pernah mendengar jurus pemecah angin?" tanya Spence dengan nada serius. "Aku tahu," Michael menganggukkan kepalanya. G
Kalimat itu membuat Michael dan Spence tersenyum masam. Mereka melihat ke arah pohon yang roboh. Jika pohon itu punya daging dan tulang, pasti akan mati seketika. "Jangan cemas, pohon-pohon itu bukan perbuatanku. Aku tidak sekuat itu," kata orang itu dengan jujur. Tapi tetap saja, siapapun yang melakukannya akan menjadi lawan yang sulit dikalahkan. "Namaku Quin. Kalau ada apa-apa, kamu bisa sebutkan namaku di depan guru," Quin tersenyum. Michael menjadi merinding. Orang ini baru saja menunjukkan bahwa dia tipe yang tidak kenal ampun. Dia dan Spence datang ke sini untuk mengundang seorang ahli keluar dari gunung. Jika mereka terluka parah atau mati, perjalanan mereka akan sia-sia. "Kenapa kita tidak taruhan? Jika kami menang, kamu akan mengantarkan kami pada gurumu. Tapi jika kami kalah, kami akan mundur. Bagaimana?" kata Michael.Quin melihat Michael dengan tatapan curiga dan bertanya, "Dengan cara apa?""Aku orang kota. Bagaimana dengan batu, gunting dan kertas?" tanya Mic
"Dia mudah sekali ditipu tapi gurunya pasti tidak sama. Aku harap tujuan kita tercapai," Michael mendesah. Trik ini hanya berlaku pada Quin tapi tidak berlaku di depan Luke.Setelah berjalan selama sepuluh menit, ketiganya berhenti di depan sebuah gua. Gua itu gelap dan tidak kelihatan ujungnya. Saat mereka berhenti, sebuah suara terdengar dari dalam. "Quin, bukannya aku menyuruhmu untuk latihan? Kenapa kamu kembali secepat ini? Dasar pemalas.""Guru, ada dua orang tamu. Aku kalah dari mereka, jadi aku membawa mereka ke sini," kata Quin dengan ragu-ragu. Setelah terdiam beberapa saat, terlihat ada sosok yang keluar dari gua. Sosok itu berwujud pria tua yang jalan membungkuk, seolah-olah dia tidak bisa berdiri tegak.Luke melihat Michael dan Spence, kemudian dia memarahi, "Kamu tidak bisa mengalahkan mereka?"Quin menggelengkan kepala dan berkata, "Aku kalah dari mereka dengan permainan gunting batu kertas."Mendengarnya membuat Luke tersenyum masam. Saat dia melihat Michael da
Pandangan mata Michael menjadi kabur. Dia berusaha melihat ke arah Spence, yang sudah pingsan. Apa dia sekarat?Meskipun Michael ingin berdiri, tapi dia sulit membuka matanya. Akhirnya dia menyerah kalah. Quin berjalan mendekati mereka dan berencana menjatuhkan keduanya ke dalam jurang. Tidak akan ada orang yang bisa menemukan mereka. "Luke, sudah lama aku tidak melihatmu. Tidak kusangka kamu memilih tempat seperti ini."Saat Luke hendak balik ke dalam gua, terdengar olehnya suara familiar yang sudah lama tidak dia dengar. Seketika sikap Luke menjadi waspada. Kemudian dia membalikkan badan untuk melihat sosok yang sudah dia kenal. Dia … bagaimana dia bisa ada di sini!"Ada penyusup yang lain," Quin menyerbu sosok itu tanpa ragu. Luke berteriak, "Quin, hentikan!"Sudah terlambat. Serangan Quin tidak bisa dihentikan. "Kananmu, Quin!" kata sang guru yang melihat gerakan lawan Quin. Sedangkan Quin belum sempat melihat gerakan orang itu. Belum sempat Quin melihatnya, sis
"Bukan tanpa alasan anak muda ini datang ke sini. Aku bisa menyuruh Quin turun gunung untuk melatih mereka," kata Luke.Mendengar hal itu membuat gerakan Victor berhenti. Dia terdiam kemudian menatap Luke.Luke berkeringat dingin. Sorot mata Victor membuatnya seperti rusa yang terjebak di perangkap. "Aku akan menyuruh Quin untuk tidak mengkhianati anak muda itu. Aku yang membesarkan Quin sejak kecil. Dia tunduk padaku. Bahkan jika aku menyuruhnya mati, dia akan melakukannya," kata Luke. "Aku sudah lama tidak melihatmu. Tidakkah kamu ingin bertarung denganku?" Victor tersenyum. "Aku tidak mau," kata Luke tanpa keraguan. Dia sudah tahu jika mereka bertarung, nasibnya akan tamat di tangan Victor. Selama bertahun-tahun ini, Luke tidak membayangkan dia akan bertarung lagi dengan Victor, tapi sekarang, dia malah bertemu Victor. Dia tahu hanya dalam mimpi, dia bisa menang melawan Victor. "Sepertinya kamu belum berubah. Masih tetap sombong," kata Victor.Dulu Luke memang arogan. S
Setelah mendengar penjelasan Luke, Michael tidak mempercayainya. Karena jelas sekali sikap Luke berubah karena sesuatu. Quin berusaha membunuh dirinya dan Spence sebelumnya. Sekarang Quin akan ikut mereka turun gunung. Sungguh aneh. Saat Spence sadar, Michael berusaha mengabaikan rasa sakit di badannya dan mendekati Spence."Michael, apa yang terjadi?" tanya Spence. Saat Quin menyerang, dia pikir hari ini dia akan mati. Tapi ternyata mereka selamat. Spence mengingatnya dengan jelas penolakan Luke saat mereka datang. "Aku pikir juga aneh. Mungkinkah dia memiliki dua kepribadian?" tanya Michael.Spence lah yang mengontak Luke sebelumnya, tapi dia juga tidak mengerti. Dia tidak tahu karakter Luke. "Michael, bagaimana kalau kita segera pergi? Aku takut dia berubah pikiran lagi," kata Spence. Karena Luke mengizinkan mereka pergi, mereka harus memanfaatkan kesempatan ini dengan pergi dari tempat itu. "Dengan kondisimu seperti ini, apa kamu bisa jalan?" Michael juga ingin pergi, t
"Umur berapa kamu naik ke gunung?” tanya Michael penasaran. Mobil adalah alat transportasi yang sudah biasa di zaman modern seperti saat ini. Bahkan orang miskin pun, walaupun mereka belum tentu duduk di dalamnya, mereka paling tidak pasti pernah melihatnya. Tapi Quin belum pernah melihatnya. "Kata Guru, aku pergi ke atas gunung ketika umurku dua atau tiga tahun,” ujar Quin dengan polos. "Dan sejak saat itu kamu tidak pernah turun gunung?” Michael benar-benar terkejut. Kalau begitu, hidup Quin memang benar-benar jauh dari kehidupan masa kini. “Iya,” jawab Quin. “Guru tidak pernah mengajakku turun gunung. Lalu buat apa aku melakukannya? Coba jelaskan padaku, benda apa ini. “Ini namanya mobil. Kita bisa bepergian dengan cepat ketika kita duduk di dalamnya. Kalau kamu mau tahu lebih banyak, coba duduk di dalam dan rasakan sendiri.” Michael membantu Quin membuka pintu mobil. Quin bertubuh besar, tapi akhirnya dia muat duduk di dalam mobil. Michael tersenyum lalu berkata pada Spen
Pemimpin para preman itu lalu melihat ke arah Quin. Kelihatannya memang seperti orang bodoh, karena dari sorot matanya terlihat kebingungan. “Hei orang bodoh, kamu sedang lihat apa?” pemimpin preman bertanya pada Quin. Quin lalu melihat pada pemimpin preman, kemudian bertanya pada Michael, “Apakah dia berbicara padaku?” Michael mengangguk sambil menjawab, “Dia tidak saja sedang berbicara padamu, tapi juga mengejekmu.” Ketika Quin mendengar ucapan Michael, raut wajahnya lalu berubah. Dia kemudian berjalan ke arah pemimpin preman sambil bertanya, “Apa benar kamu mengejekku?” Tubuh Quin sangat tinggi besar. Hanya dengan berdiri di depan para preman itu saja sudah membuat mereka ketakutan. Tapi mereka memang punya kadar kesombongan yang luar biasa. Mereka berpikir Quin tidak akan berani menghadapi mereka. Pemimpin mereka lalu berkata, “Memangnya kenapa kalau aku mengejekmu. Ibumu pasti …"Belum selesai dia berkata, Quin lalu menggenggam kerah bajunya dengan hanya satu tangan
“Malam sudah larut. Kembalilah ke pondok dan istirahatlah.”Michael menepuk bahu si trenggiling dan membawanya menuju halaman belakang.Di halaman belakang, Sari sedang duduk dalam keadaan gelisah. Dari sorot matanya yang indah, terlihat perasaan cemas dan kesepian.Ketika Jenny datang dengan penuh kegembiraan mengumumkan kembalinya Michael, mata cantik Sari menjadi berbinar-binar. Meskipun dia adalah seorang perempuan yang terbiasa bersikap anggun, tetap saja Sari tidak bisa menahan diri untuk cepat-cepat menyambut kedatangan Michael. Ketika melihat Michael, mata Sari yang indah menampakkan rasa haru, cemas dan gembira. Bibir merahnya terbuka. Michael tidak bisa menahan diri untuk tidak terkejut. Sebelumnya Michael menjaga jarak dengan Sari. Sekarang Michael tersenyum padanya.Meskipun hanya senyuman, namun makna dari senyuman itu terlihat jelas.Sari memahami senyuman Michael. Dalam hatinya, dia merasa sedih. Namun Sari tetap tersenyum. “Hei, kalian ke mana saja? Tahuk
Parza menghela napas panjang sambil menatap Felix, yang sudah dibawa jauh. Putranya melihat Parza dengan tatapan putus asa. "Dewa Es, aku sudah menghukum anakku. Kalau kamu masih belum puas, aku bersedia menambah hukumannya."“Bukankah besok putramu akan menikah? Itu adalah acara besar Keluarga Fang, bukan? Mengapa kalian melakukan sesuatu yang serius seperti ini?" Michael tertawa. Perlahan-lahan dia berdiri, "Begini saja. Tambahkan hukuman itu ketika dia sudah menikah nanti, atau ketika suasana hatiku sedang buruk. Bagaimana?"Mata Parza melebar. Bagaimana Dewa Es bisa bersikap murah hati seperti ini? Dewa Es membela Felix meskipun dirinya dimasukkan ke dalam Penjara Langit dan diberi hukuman es dan api. Tuan Onn mengerutkan dahi dan memandang Michael dengan aneh.Meskipun sosok laki-laki di depannya masih muda, tapi dia memiliki kebijaksanaan seperti tetua. Tidak jadi menghukum Felix? Apa … apa Dewa Es menyukai Keluarga Fang?Parza tidak tahu pikiran Michael tapi baginya
Felix mengerutkan dahi, "Aku benar-benar bingung dengan sikap kalian. Aku menangkap seorang laki-laki yang menganiaya perempuan tua. Kenapa sikap kalian berlebihan seperti ini?""Orang ini cukup kuat meskipun sudah melakukan kejahatan. Jadi aku memberinya hukuman kecil sekaligus sebagai bentuk peringatan."Felix menatap Michael dengan kejam.Laki-laki sialan ini pasti menceritakan kejadian yang tidak sebenarnya kepada Tuan Onn dan ayahnya, Parza sehingga membuat keduanya marah. Felix ingin menambah hukuman Michael!Hukuman kecil?!Mata Tuan Onn dan Parza melebar. Kaki Dewa Es hitam seperti batu bara. Bagaimana mungkin hukuman yang diberikan kepada Dewa Es ini bisa disebut hukuman kecil?!Parza dan Tuan Onn sudah hidup lama di dunia gurun. Bagaimana mungkin mereka tidak tahu hukuman apa yang digunakan sehingga menyebabkan kaki seseorang menjadi hitam?!Jika Michael adalah orang biasa, mereka tidak akan semarah ini tapi ini Dewa Es! Semakin memikirkannya, Tuan Onn semakin jeng
Felix terlihat bangga. Penerangan Penjara Langit itu relatif gelap. Felix tidak menyadari ekspresi kemarahan di wajah ayahnya. Felix menatap Michael yang ada di dalam sel penjara sambil mendengus. Dari tatapan Felix seolah-olah dia memberi tahu Michael bahwa meskipun ayahnya, Parza datang, itu bukanlah jaminan nyawa Michael bisa diselamatkan. Felix tidak bisa menyembunyikan rasa puasnya ketika melihat bekas pertarungan di sekeliling Penjara Langit. Sepertinya si pembunuh sudah menghajar Michael berkali-kali. Namun, yang membuat Felix senang adalah Michael tetap hidup setelah mengalami penyiksaan seperti itu.Kalau saja Felix mengetahui bahwa Michael adalah Dewa Es, maka semua ini tidak akan terjadi. Tidak seperti Felix, Parza menggertakkan gigi dan ingin meluapkan amarahnya. Jika sebelumnya Felix adalah kebanggaan besar dalam hidupnya, sekarang Parza merasa lebih baik memiliki telur daripada memiliki anak bodoh seperti itu.“Apa jangan-jangan kamu menangkapnya?” tanya Parza
Kacau!Berantakan!Ruangan sel Penjara Langit itu begitu berantakan. Dari situ terlihat bekas pertarungan yang sudah terjadi. “Apa ini?” Tuan Onn terkejut melihat pemandangan di depannya ini. Firasat tidak enak muncul di hatinya. Apa jangan-jangan Dewa Es ….“Parza!” teriak Tuan Onn. Parza tidak berdaya melihat situasi di dalam penjara tersebut. “Keluarga Fang, tunggu saja nasib kalian. Kalian akan dikuburkan bersama-sama,” Tuan Onn menggelengkan kepala. Dia segera bergegas masuk ke dalam penjara.Parza masih berlutut. Matanya kosong. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Setelah melihat Tuan Onn masuk ke dalam penjara, Parza segera tersadar. Buru-buru dia berdiri dan berkata pada salah satu pelayan, "Pergi … pergi jemput anakku yang bodoh itu ke sini.”Pelayan itu mengangguk dan segera pergi. Sejenak Parza menjadi ragu. Dia menghela napas dan menghirupnya. Kemudian bersama pelayannya yang lain, Parza segera masuk menuju Penjara Langit.Penjara itu gelap dan bau. Orang - o
Penjara Langit!Tidak perlu dijelaskan lagi apa makna tempat itu bagi Keluarga Fang, apalagi Tuan Onn. Tidak mungkin!Kaki Parza lemas. Tubuhnya bergoyang hingga menabrak meja di belakangnya. Meja kayu itu mundur beberapa meter.Namun, ketika Parza tidak bisa menahan lagi, para pelayan itu datang membantunya!Penjara Langit adalah tempat dikurungnya orang-orang yang paling keji. Lingkungan penjara itu juga buruk. Jika orang biasa masuk ke dalam Penjara Langit, hal itu biasa saja tapi ini Dewa Es! “Lihat apa yang kamu lakukan!” Tuan Onn menjadi marah. Meskipun Tuan Onn tidak berinteraksi langsung dengan Dewa Es. Namun sebagai manusia gurun, dukungan Dewa Es terukir di tulangnya. Bagaimana mungkin Tuan Onn tidak marah ketika Dewa Es dipenjara di tempat seperti itu?!Parza jadi tambah lemas. Dia terhuyung dan duduk di tanah.Benar. Apa sebenarnya yang dilakukan Keluarga Fang di sini?!"Kenapa kamu masih berdiri di situ? Cepat jemput dia!" Tuan Onn segera membentak dan berge
Jika bukan karena pelayan di belakangnya yang buru-buru membantunya, Parza sudah pasti jatuh lemas duduk di tanah. Itu dia!Ternyata itu dia!Dia adalah teman Dewa Es!Berarti ….Tuan Onn mengerutkan dahi. Memang dia yang memberikan saran untuk pergi ke penjara, tapi tetap saja dia jadi terkejut melihat ucapannya terbukti.“Lihat apa yang telah kamu lakukan!” Tuan Onn mengutuk Parza. Dia mendorong si pengawal dan membungkukkan badan sebagai tanda hormat pada si trenggiling, "Pahlawan Muda, kenapa … kamu ada di sini?"Parza segera tersadar dari rasa terkejutnya ketika dimarahi oleh Tuan Onn. Dia menyadari kesalahannya dan bergegas maju dengan panik. Ketika Tuan Onn menangani trenggiling, Parza segera mengambil tindakan yang diperlukan. Dia menendang pengawal hingga jatuh ke tanah."Berani-beraninya kamu! Berani-beraninya kamu memperlakukan tamu Keluarga Fang seperti ini? Aku ingin kamu mati. Pengawal!" teriak Parza. "Hadir!"“Bawa orang itu pergi. Potong tubuhnya menjadi d
Alis Parza berkerut. Dia berkata dengan nada mendesak, "Tuan Onn, tolong beri tahu aku."“Parza. Jika kamu hanya berambisi menjadi kepala keluarga, kemampuanmu yang sekarang sudah lebih dari cukup. Namun, jika kamu ingin jadi pemimpin masa depan dunia gurun, tentunya kemampuanmu yang sekarang tidaklah cukup."Kalau orang lain membicarakan Parza seperti itu, tentu saja Parza tidak akan senang. Bahkan dia bakal sangat marah.Namun karena ucapannya ini datang dari Tuan Onn, Parza menerimanya dengan rendah hati."Tolong beri aku nasihat, Tuan."“Jika orang itu memiliki ambisi besar di masa depan, dia tidak boleh melupakan hal kecil. Bahkan dia harus bisa kejam," Tuan Onn berdiri dan tersenyum. Dia datang mendekati Parza dan menepuk pundaknya. Tuan Onn menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kalau kamu masih menjaga hatimu seperti ini, kamu tidak akan bisa maju."“Hatiku?” Parza jadi bingung. “Parza, jangan terlalu mempercayai orang lain, terutama orang-orang di sekitarmu,” ujar Tuan
Tuan Onn tidak langsung menjawab pertanyaan Parza. Dia mengerutkan dahi seolah-olah sedang memikirkan sesuatu.Parza sudah tidak sabar, tapi dia tidak berani mengganggu Tuan Onn. Jadi Parza hanya bisa berdiri di sana. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Waktu berlalu. Mungkin dalam suasana hati Parza saat ini, satu menit terasa seperti setahun. Tuan Onn mengerutkan dahi. Perlahan-lahan dia menatap Parza, "Apa menurutmu itu tidak aneh?”“Tuan Onn, apanya yang aneh?”“Maksudku, Dewa Es,” jawab Tuan Onn sambil mengerutkan dahi. “Dewa Es?” Parza jadi lebih bingung."Rumah ini dijaga ketat, apalagi ketika perjamuan besar. Tentunya tidak mudah bagi siapa pun untuk keluar masuk rumah ini tanpa ijin. Bahkan jika Dewa Es memiliki kemampuan luar biasa, tidak mungkin dia bisa menghilang."“Aku juga berpikir seperti itu tapi aku juga tidak memahaminya,” Parza mengira Tuan Onn kepikiran sesuatu tapi ketika mendengarnya, Parza jadi lemas. Selain itu, apa alasan Dewa Es pergi?"Maksud Tua