Di luar Hotel Peninsula, Mark sudah menunggu. Karena punya pengalaman dihajar habis-habisan saat makan sendirian, Michael ingin lebih berhati-hati kali ini. Dia tidak ingin hal itu terulang lagi. Sekali saja sudah cukup. "Aku tidak menemukan informasi lebih banyak, tapi mereka adalah keluarga berpengaruh dari luar negeri," ujar Mark."Baiklah, coba kita lihat nanti," kata Michael. Dia sudah memperkirakan kemungkinan itu tapi masih belum yakin. Di saat yang bersamaan, seorang perempuan datang menghampiri Michael dengan sikap arogan. Meskipun tinggi tubuhnya tidak melebihi Michael, tapi dari sikapnya menunjukkan dia adalah seorang perempuan yang suka memerintah. "Apa kamu yang bernama Michael?" Nama perempuan itu adalah Amy Han. Meskipun nama terakhirnya adalah Han, tapi dia tidak memiliki darah di keluarga itu. Amy tumbuh besar di Keluarga Han dan bertugas mengurusi kebutuhan Teresa. Pekerjaan utamanya adalah asisten rumah tangga Keluarga Han."Siapa kamu?" tanya Michael. Am
Kebencian Teresa untuk China, yang seolah-olah meresap sampai ke seluruh tulang di tubuhnya, membuat Michael naik pitam. Dia tidak mengerti mengapa Teresa bersikap seperti itu. Michael, yang sebenarnya menghargai negara asing, tidak menyukai sikap Teresa. Meskipun Teresa hidup cukup lama di luar negeri, seharusnya dia bisa lebih menghargai asal usul leluhurnya. "Jadi kamu tidak memandang sejarah keluargamu?" tanya Michael dengan nada tajam. Hampir semua anggota Keluarga Han bersikap sama seperti Teresa. Mereka sangat membenci China. Dia tidak merasa ada yang salah dari ucapannya. Saat mendengar Michael berbicara seperti itu, membuatnya semakin emosi. Punya hak apa Keluarga Han dari Yanjing ini menasehati Keluarga Han dari Amerika? "Kamu menyalahkanku? Lihat dirimu sendiri. Kamu hanya sampah. Saking tidak punya apa-apa, jadi kamu bersikap nasionalis!" Teresa tertawa terbahak-bahak. Michael melihat Teresa dengan sorot mata membara. Dia mengepalkan tangannya hingga jari je
Ray bertemu Matthew di ruang kunjung penjara. Matthew sangat menantikan kesempatan untuk membalas dendam pada Michael. Dia sangat membencinya. Dia ingin membunuh Michael dengan tangannya sendiri. "Bagaimana dengan rencana kita?" tanya Matthew."Seseorang dari perwakilan Keluarga Han dari Amerika sudah datang ke Yuncheng, tapi aku belum tahu apa niat mereka," kata Ray. Dia sudah mempersiapkan lawan yang sepadan untuk Michael, tapi kedatangan Keluarga Han dari Amerika membuatnya menunda rencana itu. "Bisakah kamu mencari cara untuk segera membunuh Michael?" tanya Matthew tak sabar. Dengan keterbatasan yang dimiliki, Ray tidak bisa ikut campur terlalu banyak untuk urusan Keluarga Han. Paling tidak dia sudah berusaha untuk membuat mereka membenci Michael."Matthew, apakah ini sikapmu kepada orang yang akan menolongmu?" tanya Ray dengan nada serius. "Maafkanku Kakek, tapi aku benar-benar tidak sabar. Aku ingin melampiaskan semua dendamku padanya," Matthew menundukkan kepala dan
Michael dan Mark meninggalkan Hotel. Michael menanyakan soal Stephan pada Mark. Dia masih mencurigai Stephan. Apapun yang dia lakukan di Yuncheng, dia tetap meminta Mark untuk memata-matai Stephan."Temanmu itu bukan orang biasa." Setiap kali membicarakan Stephan, Mark selalu tersenyum. "Kenapa memangnya?" tanya Michael tidak mengerti."Bagaimana kamu bisa punya teman seperti itu?" tanya Mark penasaran. "Sebelumnya dia menipu orang dengan berpura-pura menjadi pendeta. Kami kebetulan bertemu. Dia bukan temanku," kata Michael. Alasan Michael menjaga Stephan untuk tetap berada di dekatnya karena dia ingin tahu apa motif pria itu. "Haduh," Mark mendesah dan berkata, "Dia mencoba menjadi pendeta lagi. Sudah tiga kali terjadi. Yang pertama dan kedua, aku hampir tidak memiliki bukti. Dia hampir lepas. Yang ketiga, baru aku bisa memergokinya dan sudah aku ancam dia."Michael terkejut. Meskipun dia tahu Stephan bukan seperti orang yang normal dan suka menggoda wanita, Michael tidak men
"Ada apa?" tanya Michael. Bella menjawab, "Michael, ada temanmu barusan meneleponku. Dia menitipkan pesan padamu kalau dia akan meninggalkan Yuncheng."Teman?Michael teringat. Pasti ini Jimmy. Karena Perusahaan Keluarga Su sudah stabil, Jimmy akan kembali ke Yanjing untuk mengurus perusahaannya sendiri. "Temanku itu juga seorang bos dari sebuah perusahaan. Tugasnya di sini sudah selesai. Kamu ingin dia tetap di sini membantu?" tanya Michael sambil tersenyum."Tapi temanmu sungguh handal. Aku sangat mengaguminya. Aku takut begitu dia pergi, aku tidak bisa mengurus segala sesuatu mengenai kegiatan perusahaan," kata Bella. Bella mengagumi kemampuan Jimmy. Jadi saat Jimmy akan pulang ke Yanjing, Bella tidak bisa begitu saja melepaskannya. Mendengar ucapan Bella, membuat Michael terkejut. Jimmy adalah anak buahnya, dan barusan Bella mengakui kalau dia mengagumi Jimmy. Bagaimana Bella bisa mengagumi pria lain? "Apa karena aku tidak bisa diandalkan?" tanya Michael.Bella tertaw
"Kamu sendiri tidak menolak?" kata Michael sambil tersenyum."Kalau begitu kita tidak pergi," sahut Bella sambil cemberut. Melihat bibir Bella yang cemberut, Michael tanpa sadar menjilat bibirnya dan berkata, "Sepertinya dia punya alasan sendiri. Jika kamu tidak menurutinya, dia akan mengeluh sepanjang hari."Bella tahu ibunya punya agenda tertentu. Mungkin ibunya ingin dia menjauh dari Michael. Kalau memang begitu, Bella semakin malas untuk pergi. Tapi perkataan Michael ada benarnya juga. Jika dia tidak menemani ibunya, Suzy akan mengeluh. Pada saat itu, ponsel Michael berbunyi. Jimmy meneleponnya untuk memberi tahu. Saat telepon itu diangkat, Jimmy berkata, "Michael, aku ingin ....""Pergilah, tidak perlu memberitahuku," ujar Michael. Setelah itu, dia mematikan ponselnya. Jimmy terlihat bingung. Tapi karena dia mendengar nada Michael, sepertinya dia tidak senang. Hal ini membuat Jimmy mengingat-ngingat apa yang sudah dia lakukan. Apakah dia melakukan kesalahan? Set
"Bu, meskipun kita pergi sekarang, pasti belum ada tamu. Orang-orang pasti masih sedang mempersiapkan acaranya. Bukannya kita akan ditertawakan jika datang kepagian?" tanya Michael."Mereka tidak mengadakan acara di hotel, tapi mereka menyewa tempat di sebuah perkebunan. Karena itu kita harus sepagi mungkin pergi ke sana," kata Suzy. Nada yang digunakan Suzy saat menjawab Michael lebih lembut dibandingkan saat menjawab Robert."Ibu tidak akan terlambat," Bella memikirkannya sebentar dan menjawab, "Kemudian saat teman-temanmu datang, mereka akan terpana melihat penampilanmu."Mendengarnya membuat Suzy merasa itu masuk akal. Kalau dia datang saat para tamu sudah datang, pasti mereka terpukau dengan penampilannya. "Baiklah, kita akan pergi sebentar lagi," kata Suzy.Michael dan Bella kembali ke kamar."Aku mandi dulu, kamu ingin bergabung?" tanya Bella.Mendengarnya membuat Michael terkejut. Dia menatap Bella dan terbata-bata menjawab, "Mandi … mandi bareng?""Aku bercanda," kata
"Mungkin kamu akan seperti mereka nanti." Setelah memarkir mobil, Michael melihat teman-teman Suzy. Mereka berpakaian dengan gaya menggoda yang tidak cocok. Karena itu Michael mengingatkan Bella.Bella mencubit lengan Michael, yang membuat Michael menahan napas. "Apa aku seperti itu di matamu?" tanya Bella sambil menggertakkan gigi. Michael, yang menyadari kesalahannya, dengan cepat meralat perkataannya, "Tentu saja tidak. Aku hanya bercanda."Bella mendengus dan berkata, "Lain kali berpikir dulu sebelum berbicara."Michael tersenyum masam. Sungguh dia harus hati-hati berkomentar soal penampilan. Setelah memasuki Rumah Buah, sebagian besar tamu sudah duduk di dalam restoran. Desain acara pernikahannya sangat mewah. Terlihat seorang pemandu acara sedang membawakan acara untuk kedua mempelai pengantin. "Kamu datang telat. Semua kursi dengan posisi strategis sudah diambil orang lain. Duduk di sini saja," kata Derbie sambil mengajak Suzy duduk di kursi yang paling jauh. Posisi i
“Malam sudah larut. Kembalilah ke pondok dan istirahatlah.”Michael menepuk bahu si trenggiling dan membawanya menuju halaman belakang.Di halaman belakang, Sari sedang duduk dalam keadaan gelisah. Dari sorot matanya yang indah, terlihat perasaan cemas dan kesepian.Ketika Jenny datang dengan penuh kegembiraan mengumumkan kembalinya Michael, mata cantik Sari menjadi berbinar-binar. Meskipun dia adalah seorang perempuan yang terbiasa bersikap anggun, tetap saja Sari tidak bisa menahan diri untuk cepat-cepat menyambut kedatangan Michael. Ketika melihat Michael, mata Sari yang indah menampakkan rasa haru, cemas dan gembira. Bibir merahnya terbuka. Michael tidak bisa menahan diri untuk tidak terkejut. Sebelumnya Michael menjaga jarak dengan Sari. Sekarang Michael tersenyum padanya.Meskipun hanya senyuman, namun makna dari senyuman itu terlihat jelas.Sari memahami senyuman Michael. Dalam hatinya, dia merasa sedih. Namun Sari tetap tersenyum. “Hei, kalian ke mana saja? Tahuk
Parza menghela napas panjang sambil menatap Felix, yang sudah dibawa jauh. Putranya melihat Parza dengan tatapan putus asa. "Dewa Es, aku sudah menghukum anakku. Kalau kamu masih belum puas, aku bersedia menambah hukumannya."“Bukankah besok putramu akan menikah? Itu adalah acara besar Keluarga Fang, bukan? Mengapa kalian melakukan sesuatu yang serius seperti ini?" Michael tertawa. Perlahan-lahan dia berdiri, "Begini saja. Tambahkan hukuman itu ketika dia sudah menikah nanti, atau ketika suasana hatiku sedang buruk. Bagaimana?"Mata Parza melebar. Bagaimana Dewa Es bisa bersikap murah hati seperti ini? Dewa Es membela Felix meskipun dirinya dimasukkan ke dalam Penjara Langit dan diberi hukuman es dan api. Tuan Onn mengerutkan dahi dan memandang Michael dengan aneh.Meskipun sosok laki-laki di depannya masih muda, tapi dia memiliki kebijaksanaan seperti tetua. Tidak jadi menghukum Felix? Apa … apa Dewa Es menyukai Keluarga Fang?Parza tidak tahu pikiran Michael tapi baginya
Felix mengerutkan dahi, "Aku benar-benar bingung dengan sikap kalian. Aku menangkap seorang laki-laki yang menganiaya perempuan tua. Kenapa sikap kalian berlebihan seperti ini?""Orang ini cukup kuat meskipun sudah melakukan kejahatan. Jadi aku memberinya hukuman kecil sekaligus sebagai bentuk peringatan."Felix menatap Michael dengan kejam.Laki-laki sialan ini pasti menceritakan kejadian yang tidak sebenarnya kepada Tuan Onn dan ayahnya, Parza sehingga membuat keduanya marah. Felix ingin menambah hukuman Michael!Hukuman kecil?!Mata Tuan Onn dan Parza melebar. Kaki Dewa Es hitam seperti batu bara. Bagaimana mungkin hukuman yang diberikan kepada Dewa Es ini bisa disebut hukuman kecil?!Parza dan Tuan Onn sudah hidup lama di dunia gurun. Bagaimana mungkin mereka tidak tahu hukuman apa yang digunakan sehingga menyebabkan kaki seseorang menjadi hitam?!Jika Michael adalah orang biasa, mereka tidak akan semarah ini tapi ini Dewa Es! Semakin memikirkannya, Tuan Onn semakin jeng
Felix terlihat bangga. Penerangan Penjara Langit itu relatif gelap. Felix tidak menyadari ekspresi kemarahan di wajah ayahnya. Felix menatap Michael yang ada di dalam sel penjara sambil mendengus. Dari tatapan Felix seolah-olah dia memberi tahu Michael bahwa meskipun ayahnya, Parza datang, itu bukanlah jaminan nyawa Michael bisa diselamatkan. Felix tidak bisa menyembunyikan rasa puasnya ketika melihat bekas pertarungan di sekeliling Penjara Langit. Sepertinya si pembunuh sudah menghajar Michael berkali-kali. Namun, yang membuat Felix senang adalah Michael tetap hidup setelah mengalami penyiksaan seperti itu.Kalau saja Felix mengetahui bahwa Michael adalah Dewa Es, maka semua ini tidak akan terjadi. Tidak seperti Felix, Parza menggertakkan gigi dan ingin meluapkan amarahnya. Jika sebelumnya Felix adalah kebanggaan besar dalam hidupnya, sekarang Parza merasa lebih baik memiliki telur daripada memiliki anak bodoh seperti itu.“Apa jangan-jangan kamu menangkapnya?” tanya Parza
Kacau!Berantakan!Ruangan sel Penjara Langit itu begitu berantakan. Dari situ terlihat bekas pertarungan yang sudah terjadi. “Apa ini?” Tuan Onn terkejut melihat pemandangan di depannya ini. Firasat tidak enak muncul di hatinya. Apa jangan-jangan Dewa Es ….“Parza!” teriak Tuan Onn. Parza tidak berdaya melihat situasi di dalam penjara tersebut. “Keluarga Fang, tunggu saja nasib kalian. Kalian akan dikuburkan bersama-sama,” Tuan Onn menggelengkan kepala. Dia segera bergegas masuk ke dalam penjara.Parza masih berlutut. Matanya kosong. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Setelah melihat Tuan Onn masuk ke dalam penjara, Parza segera tersadar. Buru-buru dia berdiri dan berkata pada salah satu pelayan, "Pergi … pergi jemput anakku yang bodoh itu ke sini.”Pelayan itu mengangguk dan segera pergi. Sejenak Parza menjadi ragu. Dia menghela napas dan menghirupnya. Kemudian bersama pelayannya yang lain, Parza segera masuk menuju Penjara Langit.Penjara itu gelap dan bau. Orang - o
Penjara Langit!Tidak perlu dijelaskan lagi apa makna tempat itu bagi Keluarga Fang, apalagi Tuan Onn. Tidak mungkin!Kaki Parza lemas. Tubuhnya bergoyang hingga menabrak meja di belakangnya. Meja kayu itu mundur beberapa meter.Namun, ketika Parza tidak bisa menahan lagi, para pelayan itu datang membantunya!Penjara Langit adalah tempat dikurungnya orang-orang yang paling keji. Lingkungan penjara itu juga buruk. Jika orang biasa masuk ke dalam Penjara Langit, hal itu biasa saja tapi ini Dewa Es! “Lihat apa yang kamu lakukan!” Tuan Onn menjadi marah. Meskipun Tuan Onn tidak berinteraksi langsung dengan Dewa Es. Namun sebagai manusia gurun, dukungan Dewa Es terukir di tulangnya. Bagaimana mungkin Tuan Onn tidak marah ketika Dewa Es dipenjara di tempat seperti itu?!Parza jadi tambah lemas. Dia terhuyung dan duduk di tanah.Benar. Apa sebenarnya yang dilakukan Keluarga Fang di sini?!"Kenapa kamu masih berdiri di situ? Cepat jemput dia!" Tuan Onn segera membentak dan berge
Jika bukan karena pelayan di belakangnya yang buru-buru membantunya, Parza sudah pasti jatuh lemas duduk di tanah. Itu dia!Ternyata itu dia!Dia adalah teman Dewa Es!Berarti ….Tuan Onn mengerutkan dahi. Memang dia yang memberikan saran untuk pergi ke penjara, tapi tetap saja dia jadi terkejut melihat ucapannya terbukti.“Lihat apa yang telah kamu lakukan!” Tuan Onn mengutuk Parza. Dia mendorong si pengawal dan membungkukkan badan sebagai tanda hormat pada si trenggiling, "Pahlawan Muda, kenapa … kamu ada di sini?"Parza segera tersadar dari rasa terkejutnya ketika dimarahi oleh Tuan Onn. Dia menyadari kesalahannya dan bergegas maju dengan panik. Ketika Tuan Onn menangani trenggiling, Parza segera mengambil tindakan yang diperlukan. Dia menendang pengawal hingga jatuh ke tanah."Berani-beraninya kamu! Berani-beraninya kamu memperlakukan tamu Keluarga Fang seperti ini? Aku ingin kamu mati. Pengawal!" teriak Parza. "Hadir!"“Bawa orang itu pergi. Potong tubuhnya menjadi d
Alis Parza berkerut. Dia berkata dengan nada mendesak, "Tuan Onn, tolong beri tahu aku."“Parza. Jika kamu hanya berambisi menjadi kepala keluarga, kemampuanmu yang sekarang sudah lebih dari cukup. Namun, jika kamu ingin jadi pemimpin masa depan dunia gurun, tentunya kemampuanmu yang sekarang tidaklah cukup."Kalau orang lain membicarakan Parza seperti itu, tentu saja Parza tidak akan senang. Bahkan dia bakal sangat marah.Namun karena ucapannya ini datang dari Tuan Onn, Parza menerimanya dengan rendah hati."Tolong beri aku nasihat, Tuan."“Jika orang itu memiliki ambisi besar di masa depan, dia tidak boleh melupakan hal kecil. Bahkan dia harus bisa kejam," Tuan Onn berdiri dan tersenyum. Dia datang mendekati Parza dan menepuk pundaknya. Tuan Onn menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kalau kamu masih menjaga hatimu seperti ini, kamu tidak akan bisa maju."“Hatiku?” Parza jadi bingung. “Parza, jangan terlalu mempercayai orang lain, terutama orang-orang di sekitarmu,” ujar Tuan
Tuan Onn tidak langsung menjawab pertanyaan Parza. Dia mengerutkan dahi seolah-olah sedang memikirkan sesuatu.Parza sudah tidak sabar, tapi dia tidak berani mengganggu Tuan Onn. Jadi Parza hanya bisa berdiri di sana. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Waktu berlalu. Mungkin dalam suasana hati Parza saat ini, satu menit terasa seperti setahun. Tuan Onn mengerutkan dahi. Perlahan-lahan dia menatap Parza, "Apa menurutmu itu tidak aneh?”“Tuan Onn, apanya yang aneh?”“Maksudku, Dewa Es,” jawab Tuan Onn sambil mengerutkan dahi. “Dewa Es?” Parza jadi lebih bingung."Rumah ini dijaga ketat, apalagi ketika perjamuan besar. Tentunya tidak mudah bagi siapa pun untuk keluar masuk rumah ini tanpa ijin. Bahkan jika Dewa Es memiliki kemampuan luar biasa, tidak mungkin dia bisa menghilang."“Aku juga berpikir seperti itu tapi aku juga tidak memahaminya,” Parza mengira Tuan Onn kepikiran sesuatu tapi ketika mendengarnya, Parza jadi lemas. Selain itu, apa alasan Dewa Es pergi?"Maksud Tua