Di balik kain hitam itu, ada kotak yang berisikan batu kecil. Batu tersebut berwarna hitam pekat. Tidak ada ukiran apa pun di batu itu. Batu itu tampak biasa saja. Di sebelah batu hitam itu tampak sebuah anak kunci. Kunci itu agak tua dan tidak ada bekas karat. Berkebalikan dengan batu itu, kunci tersebut memiliki ukiran indah. Panjang kunci itu sekitar sepuluh sentimeter dan lebar empat atau lima sentimeter. Bulan dan yang lainnya kagum melihat keindahan kunci tersebut. Namun di saat yang sama, mereka bingung.Ini hanya kunci biasa. Kenapa para tetua dan kepala desa menjadi gelisah? Semua orang memandang ke arah Sissy. Mereka juga memandang kepala desa. Si kepala desa itu mengangguk pada Lucky. Dia memberi isyarat untuk menyerahkan kotak tersebut pada Sissy. Lucky ragu-ragu tapi akhirnya dia menyerahkan kotak itu pada Sissy.Sissy tidak memberikan komentar. Dia mengangguk dan mengeluarkan kunci tersebut. “Kunci ini sudah menjadi milik kami. Berarti kami punya hak untuk
"Kepala Desa!" ujar beberapa tetua. "Cukup. Kalian tidak perlu mengatakan apa-apa lagi. Taruhan itu sudah pasti ada yang kalah. Nona, maafkan orang-orang di desa ini. Sikap mereka sudah seperti ini sejak dulu," ujar kepala desa dengan nada meminta maaf.Meskipun Sissy menginginkan sesuatu yang benar-benar di luar dugaan, kepala desa tidak menyalahkan orang lain selain dirinya sendiri. Dirinya lah yang menerima tawaran taruhan tersebut. “Karena aku yang meminta, tentu saja aku akan mendatangi tempat itu,” ujar Sissy tidak kalah tegas. Sissy menatap Bulan yang berdiri di sampingnya, "Bulan, bisakah kamu membantuku?"Bulan mengerutkan dahi dan berkata, "Katakan padaku.""Aku butuh beberapa jagoan untuk membantuku," ujar Sissy."Itu ...." Bulan menjadi bingung. Bukan karena dia tidak mau membantu, tapi Bulan tidak tahu apakah yang dilakukan Sissy ini benar atau salah.Jika ternyata Sissy melakukan kesalahan, bukankah usaha dia dibantu itu percuma saja?!"Bulan, percayalah padak
Kepala desa itu tersenyum. Dia menggelengkan kepalanya dan menghela napas, "Sepertinya kamu mengenal desa kami lebih baik dari yang aku bayangkan.""Baiklah. Karena kalian semua sudah siap, ayo pergi."Si kepala desa melambaikan tangannya yang besar dan berjalan keluar terlebih dahulu. Di belakangnya, ada Lucky dan beberapa tetua yang berjalan beriringan. Sissy mengangguk pada Bulan. Para jagoan yang berjumlah lebih dari dua puluh orang ikut berjalan keluar desa. Di sepanjang perjalanan tidak ada suara lain yang terdengar selain suara langkah kaki dan suara napas orang-orang. Malam itu begitu gelap dan sunyi. Sinar bulan menerangi mereka. Suasana malam itu terasa aneh. Mereka berjalan hingga sampai di sebuah pondok tidak jauh dari situ.Dibandingkan dengan pondok yang lain, pondok itu tampak lebih besar. Bahkan pondok kepala desa tidak ada apa-apanya!Sayangnya meskipun pondok itu tampak besar tapi bangunannya bobrok. Dengan sinar bulan, orang-orang bisa melihat atap pondok i
Di tengah-tengah retakan itu, tampak sebuah tangga turun ke bawah tanah. Debu-debu tebal beterbangan ke udara. Tangga itu selebar dua meter dan tampak tidak ada ujungnya. Ujungnya sendiri begitu gelap. "Ada tangga bawah tanah? Aku tahu. Pantas saja bangunan ini bobrok. Ini pasti gara-gara tangga ini bukan?" tanya Spence terkejut.Mark melihat ke sekelilingnya. Apa yang dikatakan Spence sepertinya benar. Kondisi bangunan itu tidak kokoh, kecuali tangga tersebut. "Kupikir tempat ini sengaja dibuat seperti tidak diurus. Alasannya karena ada tangga ke bawah tanah itu. Dengan begitu orang-orang yang tidak punya kepentingan tidak akan datang ke sini," ujar Bulan. Mark setuju dengan pendapat Bulan. Ini seperti masuk ke gua harimau. Dari luar seperti tidak ada apa-apa. Namun begitu menemukan tulang-tulang di dalam gua, di situlah ada jebakan. Tempat yang paling berbahaya adalah tempat yang tidak diduga kebanyakan orang. Kepala desa menatap Bulan. Dia tidak menjelaskan apa-apa. K
"Benar," kepala desa mengangguk, "Ini pintu besi dan perak. Itu melambangkan hidup dan mati manusia."“Monster langit dan bumi di kedua pintu. Hidup dan mati saja tidak cukup,” ujar Lucky. Orang-orang saling memandang dengan cemas.Apa yang dikatakan kepala desa dan Lucky seolah-olah mempunyai makna lain. Mereka menatap pintu besi dan perak itu seolah-olah kedua monster itu menatap mereka. Pintu apa ini? Apa jangan-jangan ini pintu menuju kerajaan bawah tanah?Beberapa ratus meter di atas tempat ini ada sebuah desa yang kecil. Para penduduk desa memiliki tempat tinggal yang sangat sederhana. Namuan siapa yang menyangka ada pintu aneh di bawah sini?!Sekarang Bulan baru memahami alasan Sissy meminta beberapa jagoan untuk menemaninya datang ke sini. Tanpa membuang banyak waktu, Sissy mengambil kunci di tangannya dan berjalan perlahan ke depan pintu. "Nona, begitu pintu dibuka, hidup dan matimu akan menjadi tidak pasti. Apa kamu benar-benar yakin?" tanya kepala desa. Sissy b
Pintu besi dan perak itu terbuka lebar.Mereka melihat ada cahaya api yang menerangi bagian dalam ruangan tersebut. Di dalam ruangan itu tidak ada monster atau pun roh jahat. Patung. Terdapat begitu banyak patung dengan berbagai macam bentuk. Patung-patung itu memenuhi ruangan yang ukurannya mungkin muat untuk selusin lapangan sepak bola. Ada patung yang sedang bermain catur. Ada patung pedagang yang menjajakan barang dagangannya. Ada patung prajurit yang sedang memimpin patroli. Kalau dilihat-lihat, ada puluhan ribu macam patung.Patung-patung itu seolah-olah berdiri di dalam ruangan yang memiliki bangunan dengan berbagai macam bentuk. Tidaklah berlebihan jika disebut ini adalah kehidupan masyarakat patung. "Ini ..." Mark tercengang, "Ini seperti dunia bawah tanah.""Benar. Meskipun mereka adalah patung, tapi dibentuk dengan sangat detail. Ekspresi mereka terlihat hidup," ujar Bulan. .“Ada penduduk biasa, ada prajurit, ada orang bijak, dan bahkan penyanyi,” Danu meman
Orang-orang tertegun menatap patung itu.Patung itu menunjuk kejauhan dan memimpin ratusan prajurit. Meskipun begitu, penampilannya benar-benar aneh.Wajahnya manusia tapi telinganya menonjol. Matanya menonjol. Mulutnya besar. Hidungnya mancung!“Wajah seperti apa itu?” Spence terkejut."Ini aneh. Aku belum pernah melihat orang dengan wajah seperti itu," Bulan mengerutkan dahi. Danu mengangguk, "Aku sudah melihat banyak orang tapi penampilan seperti itu ...." Danu tidak dapat menahan diri untuk menggelengkan kepalanya.Haikal, Eddy dan yang lainnya juga menggelengkan kepala. Mereka juga belum pernah melihatnya wajah orang seperti itu. "Lihat itu ...." ujar Sissy. Orang-orang mengikuti arah pandangan Sissy. Jauh menjorok ke dalam, ada bangunan seperti kuil. Penampakan kuil tersebut tampak tidak aneh, tapi ada dua patung batu. Mereka adalah patung anak laki-laki dan anak perempuan dengan pakaian yang diukir detail. Keduanya tersenyum. "Ada yang duduk di dalam kuil itu!" ujar
"Ini ....""Apa yang sedang terjadi? Apa kita berpindah tempat?""Ilusi?""Ilusi. Ini pasti ilusi. Mark, pukul aku!" ujar Spence. BUKKK!Mark memukul Spence dengan kencang dan membuat kepala Spence pusing. Namun, tidak ada yang mempedulikan Spence. Mereka saling menatap cemas. "Kenapa kamu memukulku dengan keras?!" Spence memarahi Mark. Kepalanya muncul benjolan. “Apa ini bukan ilusi?” Mark mengerutkan dahi. "Mustahil!" ujar Bulan. Sebelumnya mereka melihat pemandangan patung batu. Sekarang patung-patung itu hidup. Bagaimana mungkin ini bukan ilusi?!“Aku tidak percaya lagi,” Sissy mencabut pedangnya dan berjalan maju. Orang-orang mengikuti jejak Sissy.Yang membuat mereka semakin bingung adalah patung-patung batu itu tampak tidak memperhatikan keberadaan Sissy dan lainnya. Mereka tetap melakukan kegiatannya masing-masing.Sissy dan lainnya tidak ingin menambah masalah. Mereka benar-benar tidak mau membuang waktu. Sissy terus berjalan melewati kerumunan orang-or