Ansel menelan ludah dan terlihat sangat tidak sabar. "Ada sesuatu di sana,” Ansel tiba-tiba mengernyit. Ansel tiba-tiba merasakan sesuatu yang aneh dari pusat cahaya hijau meskipun dia tidak melihat apa pun. "Ada sesuatu di bawah tanahnya!” Ansel tiba-tiba terkejut. Dia langsung menatap tanah di bawah kakinya dengan mata gugup. Pada saat bersamaan, Michael dan Lado juga tercengang dan terkesiap. Marcus menatap tanah dengan kemarahan yang sulit dibendung. Keanehan apa lagi yang terjadi? Dia yakin apa yang diungkapkan Ansel hanya untuk membodohi dirinya. Marcus pikir sungguh lucu siasat yang dilakukan Lado dan Ansel demi untuk meraih sesuatu yang mereka inginkan. "Aku pikir Ansel ketakutan oleh Michael hingga membuatnya seperti burung ketakutan saat ini,” Marcus menggertakkan gigi dengan meluapkan kemarahannya pada Wiley dan orang-orang di dekatnya. Marcus tidak hanya depresi, tapi juga merasa hampa saat mengetahui dirinya lebih rendah dari Michael. "
"Bergerak? Mark menatap tanah tapi tidak melihat sesuatu terjadi. Sebaliknya, pasukan Paviliun Dewa Pengobatan dan Laut Abadi semakin mendekati mereka dari belakang. "Michael, aku tidak tahu apakah tanah di bawah sana bergerak atau tidak, tapi yang aku tahu kita harus segera pergi. Pasukan di belakang kita siap membunuh,” teriak Mark cepat-cepat. Pasukan yang terdiri dari sepuluh ribu orang datang menyerang. Tapi Michael tidak bergerak sama sekali meskipun mendengar kedatangan mereka. Mark pikir tidak masalah jika harus melawan mereka, tapi setidaknya Michael harus lari terlebih dahulu. Untuk apa terus memandang tanah tanpa bergerak sedikit pun? Mark dan teman-temannya percaya pada Michael, tapi situasi saat ini membuat mereka cemas. Adit dan anak buahnya terlihat khawatir. Mereka pun melaporkan keadaan saat ini pada Lado. Sering kali banyak hal yang terjadi di dunia ini begitu rumit. Tapi ada kalanya juga sederhana. Puncak Gunung Biru sebenarnya sudah tidak sabar unt
Mark dan Spence saling berpandangan. Begitu juga dengan Vivian yang kebingungan. Pasukan Laut Abadi dan Paviliun Dewa Pengobatan yang bersiap menyerang sudah semakin dekat, tapi Michael malah menghitung mundur. Seandainya mereka tidak saling percaya, pasti mereka telah menggertak Michael yang bersikap seperti orang gila. Terlebih lagi sikap Michael semakin lama semakin serius. "Ini waktunya!” tiba-tiba Michael berteriak. Matanya yang terus menerus menatap pusat tempat cahaya hijau keluar dan alisnya terangkat. Tiga orang yang bersama Michael tidak mengerti apa yang terjadi saat tiba-tiba terdengar suara dari dalam tanah. Tidak lama kemudian .... Duaaar! Sebuah suara yang luar biasa keras keluar dari dalam tanah. Lapisan tanah yang hangus juga terangkat. Jika sebelumnya tanah menjadi bergelombang karena gempa bumi, maka ledakan kali ini mengakibatkan tanah menjulang tinggi dengan ketinggian lebih dari sepuluh meter. Bisa digambarkan, peristiwa ini sangat mengeri
Michael tiba-tiba merasa seperti kuda yang berlari melewati rerumputan berlumpur. Mengapa monster itu menatapnya di depan begitu banyak orang? Michael pikir monster tersebut menatapnya karena dirinya berdiri tepat di depannya. Michael pun mengajak Mark dan yang lainnya pindah perlahan. Namun, mata Taotie Iblis terus mengikutinya seiring bergeraknya Michael hingga membuat Michael semakin depresi. "Mungkin aku sebaiknya diam saja. Sialan, mengapa dia masih menatapku?” tanya Michael putus asa."Sepertinya ... sepertinya begitu,” Spence menelan ludah dan mengangguk tanpa sadar. "Michael, apa yang kamu lakukan? Mengapa mata monster itu terus menerus tertuju padamu? Lihat kepalanya, besarnya seluas dua belas lapangan bola! Bagaimana kamu bisa melawannya?” tanya Mark sambil menelan ludah. Monster di hadapan mereka sungguh menakutkan. Hampir semua orang gemetar karena ketakutan. Michael sendiri berkeringat dingin. Meskipun kekuatan Michael luar biasa, tapi dia tidak
"Ya Tuhan!” Adit mendesah berat. Ucapan Lado tidak dapat disangkal. Dan apa yang disampaikan Lado merupakan hal yang paling mungkin terjadi. Monster seperti itu tentu saja tidak mudah dilawan oleh siapa pun. Dan Michael pasti menjadi sasaran karena darah Naga Iblis dalam tubuh Michael. Hanya itu satu-satunya alasan masuk akal. "Kakek, kita akan menyaksikan Michael yang dibunuh oleh monster raksasa ....” ujar Rahel dengan enggan. "Apa kamu memiliki dugaan lain yang lebih baik?” tanya Lado tak berdaya. Lado tidak tahu persis kekuatan monster Taotie ini. Jika dia mengambil keputusan terburu-buru, dia hanya akan membuat masalah besar bagi Puncak Gunung Biru. Sekali saja mereka terjebak dalam masalah besar, itu sama saja dengan kalah sebelum bertanding. Meskipun Michael penting, tapi Lado tidak akan mengorbankan keluarganya hanya untuk menyelamatkan Michael. Kehadiran Michael harus memberi manfaat, bukan malah membuat keluarganya hancur. "Michael, apa yang harus ki
Duaaar! Mulut besar Taotie bagaikan sebuah panci di angkasa yang menelan Michael sekaligus. Meskipun Michael sudah berusaha menghindar, tapi waktunya tidak cukup untuknya melarikan diri. Namun Michael bukan orang yang mudah ditaklukan. Keputusannya tidak mudah diprediksi meskipun dia sudah kehabisan energi. Sayangnya, Michael yang tidak mudah ditaklukan menjadi berbeda kala Michael harus berhadapan dengan mulut Taotie. Tidak ada jalan untuk melarikan diri bagi Michael. Semua jalan sama saja, buntu. Mark, Spence dan Vivian saling berpandangan begitu Michael tiba-tiba ditelan Taotie. "Kita adalah saudara. Dan persaudaraan itu abadi. Tidak ada matinya. Hari ini dia harus memuntahkan saudaraku yang sudah dia telan,” Spence memukul dadanya. Dia mengabaikan ketakutannya dan mencoba membakar semangat teman-temannya saat itu juga sambil mengacungkan kepalan tangan. "Kamu benar. Kita tidak akan melepaskan siapa pun yang berani menelan saudara kita meskipun kekuatan ki
Sekeliling Michael gelap gulita. Namun dalam kegelapan, Michael samar-samar dapat melihat ada gas aneh yang bercampur dengan udara. Michael tidak akan bisa melihatnya sama sekali seandainya dia tidak memperhatikan dengan seksama. Michael memperhatikan baik-baik sekelilingnya dan menemukan tempat dirinya berada saat ini hampir dipenuhi gas tersebut. "Di mana ini? Apakah aku ada di dalam perut Taotie?” Michael mengernyit. Dia mencoba menggunakan energinya dan terbang melihat ke sekitarnya. Tapi Michael tidak bisa terbang hingga ke tepi ruangan ini karena dirinya merasa lelah. "Gila! Sebesar ini kah perut Taotie?” ucap Michael yang terus terbang dengan kecepatan yang sangat kencang meskipun tenaganya sudah mulai berkurang. Hanya dalam waktu yang tidak terlalu lama, Michael memperkirakan dirinya sudah terbang sejauh dua kali luas Lembah Abadi Terperangkap. Tapi di luar perkiraan Michael, dirinya masih belum sampai ke tepian perut Taotie. Michael ingin mencoba terbang l
Tanah di sekitar Taotie hangus dan asap mengepul saat tubuh raksasa Taotie bergerak. Nolan berusaha berdiri tegar. Dengan jari kakinya yang mengencang, dia mengangkat senjata sambil menutup mata. Wuush! Bau yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata tercium dan desiran angin melewati Nolan. Nolan yang sudah pasrah membuka mata untuk melihat apakah Taotie menyerangnya. Tapi yang terlihat hanya bayangan Taotie pada sebagian tanah yang hangus. "Ke mana ... ke mana makhluk rakus itu?” Nolan terlihat panik. Mira dan yang lainnya menggelengkan kepala tak mengerti. Sama seperti semua orang, Mira pun menutup matanya dan pasrah menunggu kematian datang saat Taotie menyerang mereka. Tubuhnya tanpa sadar memasang kuda-kuda penuh dengan ketegaran. Bagaimana mungkin Mira melihat ke mana Taotie pergi dalam saat matanya tertutup? "Makhluk itu hanya meninggalkan suaranya. Jika angsa pasti meninggalkan bulunya, kenapa tubuh Taotie menghilang tanpa jejak dalam sekejap?” ucap Danu