Yeni tiba-tiba ditarik kembali ke dalam kenyataan oleh beberapa kali goncangan. Dia mengangkat kepalanya dan melihat wajah Marcus yang penuh dengan amarah, kekecewaan dan juga ketakutan. Yeni mengarahkan pandangannya lagi pada Michael di udara. Dia menahan napas penuh konsentrasi. Matanya menyala seperti obor. Di mata Yeni, Michael sungguh perkasa! Michael dan Marcus sama-sama pria tapi mengapa perbedaannya jauh sekali?!"Terbuat dari apa tubuhnya?” Lado terus memasang kuda-kuda menyerang sambil menatap Michael dingin. "Anak ini tidak boleh dibiarkan hidup,” Ansel marah sambil menggertakkan gigi. Lado mengangguk dengan penuh kesadaran. Keluarga Lu dan Keluarga Ao bertempur satu sama lain baik secara terbuka maupun sembunyi-sembunyi setelah kejatuhan Keluarga Fu. Namun, mereka tidak pernah bermimpi harus kalah mendapatkan peluang emas di tengah jalan. Mereka akan mendapat masalah besar di masa yang akan datang jika tidak membunuh Michael, karena kemampuan Michael begitu
"Kakekmu tidak pergi?” Huw tercengang. Sorot matanya yang telah mati menyala kembali oleh secercah harapan, “Kamu yakin?” "Benar, Paman Huw. Kakek menyuruh kami cepat kembali karena ada hal penting yang akan dibicarakan,” jawab Aidan jujur sambil mengangguk. "Ayo kita pergi!” Huw tidak ingin menunda-nunda lagi. Dia melambaikan tangannya dan berlari ke arah markas di Lembah Abadi Terperangkap tanpa berhenti sama sekali. Di perjalanan, Huw dan rombongan bertemu dengan Keluarga Fu yang sangat ketakutan. Wajah Cameron sulit dikenali karena berubah-ubah warna dari mulai lebam, merah dan pucat. Baru saja mulut besar Cameron menceritakan mimpi besarnya tentang masa depan di hadapan seluruh Keluarga Ye. Tidak pernah terpikirkan sedikit pun olehnya Michael tiba-tiba berteriak dan berdiri mencuri perhatian. Cameron bagai ditampar dari mimpi di siang bolong. Mental Cameron terjun bebas. Mengapa Michael bisa menghantuinya di mana pun dia berada? Mengapa setiap dirinya membual,
Rauf tidak tahu harus berbuat apa untuk beberapa saat. Dia melirik Michael kemudian mengarahkan pandangannya pada Rahel yang berada di sebelah Michael. Sebagai anak buah Adit, Rauf tidak berani menjalankan perintah dewa karena dia tahu siapa yang akan berkuasa di Puncak Gunung Biru di masa yang akan datang. Rauf pun tidak berani gegabah melaksanakan perintah Lado meskipun Lado adalah seorang dewa. Adit menatap Michael dengan penuh kemarahan. Dia mengangguk pada Rauf dan memintanya melaksanakan perintah Lado. Adit tidak bodoh sama sekali seperti domba hitam Keluarga Ao. Menyentuh alis kakeknya saat ini sama saja dengan mencari masalah. Predikatnya sebagai anak kesayangan kakek akan terancam jika sampai menghalangi perlakuan baik kakeknya pada Michael. Rauf kembali tidak lama kemudian. Dia membawa sebuah kursi tandu mewah yang diangkut oleh enam belas orang. "Ayo Michael, naiklah,” Lado sangat bersemangat dan mengantar Michael berjalan masuk ke dalam kursi pengangkut.
Ansel berjalan ke luar masuk tenda dengan cemas. Keringat bercucuran deras seperti hujan dari tubuh beberapa murid yang berjaga di luar markas karena merasakan tekanan yang luar biasa dari dalam tenda. "Lapor!” Ansel yang berada di dalam tenda tiba-tiba mendengar suara panggilan dari luar tenda. Dia melihat ke luar tenda dan mendapati kakak beradik dari Keluarga Ao datang ditemani Huw, Guru Agung, Marcus dan istrinya yang bergegas masuk. "Kakek.” "Senang bertemu dengan Tuan Ao.” "Senang bertemu dengan Dewa.” Huw dan rombongan berlutut sebagai tanda hormat saat bertemu dengan orang penting seperti Ansel. Marcus bahkan semakin senang saat bertatap muka dengan Ansel. Dia membersihkan tenggorokannya dan memberi hormat dengan sekencang-kencangnya untuk menarik perhatian Ansel. "Bangunlah, semuanya,” ucap Ansel sambil menatap Huw dan rombongan. "Baik,” semua orang mengangguk serempak kemudian berdiri satu per satu. "Kakek, ada urusan penting apa yang membuat kak
Cameron semakin depresi dan pikirannya melayang. Perjalanan yang dilakukannya sia-sia. Wajahnya membengkak dalam sekejap saat dia berpura-pura tak berdaya. Terlebih lagi, Michael masih hidup. Keluarga Yefu pun bersikap sangat dingin padanya. Mengkhianati Michael, membunuh murid-muridnya yang tergabung dalam kelompok Yefu dan berpartisipasi dalam pengepungan Michael sepertinya sudah cukup membunuh Keluarga Ye. Anggota Keluarga Yefu sudah pernah melihat kemampuan Michael. Kedua keluarga terlihat depresi dan juga gugup hingga membuat suasana sangat dingin. "Hehe, sebagian orang pandai sekali bermain petak umpet di belakang kita. Michael juga masih hidup. Aku pikir kita semua tidak akan bisa tidur nyenyak mulai sekarang,” omel seorang tetua Keluarga Ye yang sama-sama semakin lama semakin tertekan. "Apa kalian tidak lihat tadi? Michael menjadi orang terhormat kedua setelah pemimpin di Puncak Gunung Biru. Tapi apa yang telah kita lakukan padanya? Haha, Michael dan kita pernah ber
Semua orang turut bahagia sesaat setelah Cameron berteriak. Dewa Laut Abadi mengirim seseorang untuk mengundangnya secara langsung. Sungguh luar biasa! Ini cara yang Cameron inginkan. Cameron tersenyum bangga saat memikirkannya. Kekuatannya seolah-olah telah kembali pada posisi sebagai dewa keluarga. Cameron menarik kerah bajunya dan berpura-pura ditahan saat melihat banyak para tetua Keluarga Yefu bersiap mengikuti Marcus. Dia mendesah, “Lebih baik kita pulang saja meskipun Ansel mengundang kita.” "Cameron, apa yang kamu lakukan?” tanya salah satu tetua Keluarga Ye dengan buru-buru. "Ya, Dewa Keluarga Ao mengundang kita. Mengapa kita tidak memenuhi undangannya?” "Ya, ya!” Para tetua Keluarga Ye cemas sekaligus curiga. Mereka tidak mengerti mengapa Cameron melepaskan kesempatan emas ini. Bahkan tetua Keluarga Fu pun bertanya-tanya. Cameron berpura-pura mendesah. Dia menggelengkan kepala dan menatap semua orang, “Ansel adalah salah satu dewa terkuat di du
Anggota Keluarga Yefu tidak banyak bertanya meskipun mereka kebingungan dengan sikap Ansel. Mereka lebih memilih menikmati keistimewaan yang sama dengan keistimewaan yang Michael terima di Puncak Gunung Biru. Michael mampu menarik perhatian Puncak Gunung Biru dengan kemampuannya. Apa istimewanya? Keluarga Yefu juga dijamu oleh dewa sejati Laut Abadi. Menurut Keluarga Yefu, mereka jauh lebih beruntung dibanding Michael. Meskipun dilihat dari banyak hal, kekuatan Puncak Gunung Biru merupakan yang terkuat tapi itu masa lalu. Kini, Keluarga Laut Abadi bersatu dengan Paviliun Dewa Pengobatan. Keseimbangan kekuatan pun secara alami berbelok arah. Kekuatan Laut Abadi pun tentu bisa jadi jauh lebih unggul dari Puncak Gunung Biru. Cameron membantu Keluarga Ye untuk melebihi kuat Michael. Anggota Keluarga Yefu cukup puas dengan apa yang mereka dapatkan saat ini, meskipun awalnya mereka tidak terlalu peduli dengan undangan Ansel. Mereka semua masuk ke tenda. Kursi telah ditata berba
"Haha, keadaanku sedang tidak fit. Bagimu, syaratku ini bisa membantu keluargamu dan menambah kehormatanmu,” Ansel tertawa. "Apa maksudmu, Tuan Ansel?” "Aku ingin bertanya langsung padamu,” Ansel tertawa. “Aku yakin ini hanya masalah kecil untuk pemimpin Keluarga Fu. Tapi aku jamin Keluarga Laut Abadi tidak akan memperlakukanmu dengan buruk kalau kamu bisa memenuhi syaratku ini. Satu saat nanti, dunia akan dikuasai oleh Keluarga Laut Abadi yang akan aku bagi menjadi tiga wilayah. Satu wilayah akan dipegang oleh Paviliun Dewa Pengobatan dan satu wilayah lagi akan menjadi milikmu. Bagaimana menurutmu?” Para tetua Keluarga Fu senang bukan kepalang saat mendengar pemaparan Ansel. Kembali meraih puncak kekuasaan menjadi mimpi seluruh anggota keluarga. "Aku tidak tahu orang seperti apa yang diinginkan Tuan Ansel. Tapi aku bukan orang pelit saat membantu keluargaku,” balas Cameron sambil tersenyum. "Michael!” Ansel tertawa. Duaaarrr!!! Cameron merasa otaknya meledak