Di vila lereng gunung Yuncheng. Bella bangun pagi-pagi sekali. Perasaannya tidak enak. Dia duduk setelah bangun tidur. Chaterine sudah paham dengan kondisi yang dialami oleh Bella. Sebagai seorang ibu, dia mengerti apa yang dirasakan Bella. Anak perempuannya, Hanna, berada di tangan orang jahat setelah beberapa hari dilahirkan. Jika Chaterine yang mengalaminya, dia tidak bisa menerima hal ini dengan mudah. "Apa kamu merindukan Hanna?" tanya Chaterine. Dia duduk di samping Bella sambil menggenggam tangannya dengan lembut. Bella tersadar. Dia menatap Chaterine sambil menggelengkan kepala, "Bu, katanya naluri seorang perempuan tidak akan salah. Benar, kan?""Ya, tapi kamu jangan terlalu cemas. Hanna akan baik-baik saja," ujar Chaterine.Bella menggelengkan kepalanya lagi "Bukan Hanna, tapi Michael. Aku merasa Michael dalam bahaya."Chaterine terkejut. Dia juga merasakan hal yang sama. Sejak dia bangun, ada perasaan yang mengganjal di hatinya. Barulah saat Bella mengatakannya,
Pada umumnya, butuh waktu berbulan-bulan untuk menyembuhkan diri dari luka parah. Meskipun Michael bisa menyembuhkan diri dalam waktu singkat, tetap saja luka di kakinya butuh waktu yang lama untuk sembuh. Dia berbaring di tempat tidur. Meskipun ada Evie yang merawatnya, Michael tidak bisa melakukan apa-apa. Hal ini membuatnya resah."Bisakah aku berjalan-jalan?""Memangnya kamu mau jalan dengan apa? Kepalamu?""Kalau begitu, aku ingin pergi ke balkon untuk menghirup udara segar.""Aku akan membukakan jendela untukmu.""Aku harus bergerak. Kalau tidak, ototku kaku.""Ayolah, kamu harus istirahat."Evie menolak semua permintaan Michael. Dia ingin Michael cepat sembuh. Lukanya cukup serius. Michael tersenyum masam. Dia tahu Evie melakukan ini untuk kebaikannya tapi Michael tidak bisa berbaring seperti ini 24 jam. "Jangan-jangan kamu ini punya kelainan hiperaktif, ya? Benar-benar tidak bisa diam," Evie memutar bola matanya. "Bisakah kamu memanggil “dia”? Aku ingin tahu le
Sikap Cooper yang berubah ada hubungannya dengan Hank, tapi Michael tidak tahu alasan pastinya. Kenapa Hank menyelamatkannya, dan menyuruh Cooper menjadi anjing peliharaannya?Kalau melihat karakter Cooper, dia tidak akan mengesampingkan rasa dendamnya begitu saja. Hal ini berarti apapun yang diucapkan Hank berdampak sangat besar."Kenapa pamanmu melakukannya?" tanya Michael dengan penasaran. Cooper menggelengkan kepala. Menurutnya, Hank sendirilah yang harus menjelaskan pada Michael. Cooper tidak berhak membicarakannya. Bisa saja dia salah bicara. "Tunggu saja pamanku. Dia pasti akan datang. Aku takut salah bicara. Mulai sekarang, jika kamu membutuhkan sesuatu, kamu bisa bertanya padaku," ujar Cooper. "Di mana pamanmu sekarang?" Sudah beberapa hari ini, Michael tidak melihat keberadaan Hank. Jika dia tidak ada, siapa yang bisa menjelaskan situasinya pada Michael."Dia ada di kediaman Keluarga Han, menjaga peti mati," ujar Cooper.Di kediaman Keluarga Han.Peti mati itu meru
"Menurutmu, kita berhak menangkap Warren? Itu hanya akan membuat Michael semakin marah," ujar Gavin.Tidak menangkap Warren?Danny menatap Gavin dengan curiga. Dia tidak mengerti arah pembicaraan Gavin.Kalau mereka tidak menangkap Warren, buat apa mencarinya?"Apa maksudmu?" tanya Danny.Gavin mendesah dan berkata, "Sekarang kondisimu terjepit. Kamu harus mengalah. Temui Warren untuk berdamai dan memintanya membujuk Michael untuk melepaskan kita.""Itu mustahil!" Pikiran pertama Danny adalah menolaknya. Berdamai? Tidak ada kata itu dalam otaknya.Dulu dia berselisih pendapat dengan Warren, yang akhirnya memaksa Warren untuk berlutut dan meninggalkan Amerika. Hal ini dia lakukan karena posisi Danny berada di atas Warren.Bagi Danny, Warren selalu di bawahnya. Bagaimana bisa dia merendahkan dirinya?"Kenapa tidak? Apa jangan-jangan kamu masih merendahkan Warren?" tanya Gavin. "Di mataku, dia adalah sampah. Sampai kapanpun, hal itu tidak akan berubah. Kamu ingin aku merendah
Ryan tidak mempedulikan ucapan Cooper. Dia juga tidak menyadari panggilan akrab yang diberikan Cooper pada Michael.Ryan tahu bahwa sekarang Michael sudah dalam genggaman Hank. Cooper, walaupun dia adalah keponakan Hank, tidak dapat disandingkan dengan Michael.Ryan menyadari maksud kedatangan Cooper. Sepertinya Cooper ingin memanfaatkannya.“Bro Cooper, aku janji akan melakukan apapun yang kamu minta jika kamu bisa membantuku menyelesaikan masalah ini. Kamu dapat mencetak uang lagi tanpa uang. Tapi jika kamu gagal, mungkin Tuhan juga tak dapat menyelamatkannya,” ujar Ryan.Cooper tersenyum dingin. Apa yang dipikirkan orang bodoh ini? Apa dia tidak dengar sebutannya untuk Michael? Aku bahkan ingin memberinya kesempatan dan dia malah memintanya membantu membalas dendam.“Ryan, kamu benar-benar tak tahu kalau kamu sedang sekarat,” tukas Cooper.“Bro Cooper, apa maksudmu?” tanya Ryan penasaran.“Apa maksudnya?“ tiba-tiba Cooper menarik rambut Ryan dan berteriak marah, “Berani-beran
Cooper menyeret Ryan ke hadapan Michael dan menghajarnya berkali-kali. Tampak sekali Cooper cari muka dihadapan Michael.Sayang sekali apa yang dilakukan Cooper tidak membuat Michael terkesan. Michael tidak pernah sekalipun menganggap Ryan sebagai lawan. Sungguh memalukan membayangkan dirinya melawan orang lemah yang terkencing-kencing dicelana.Apakah harimau peduli pada hidup matinya seekor semut?“Bro Michael, apa yang mau kamu lakukan padanya? Aku akan melakukan apapun yang kamu perintahkan,” tanya Cooper sambil terengah-engah.Michael melirik Ryan yang meringkuk lemah di pojok ruangan. Dia begitu ketakutan dan gemetaran. Dia begitu tak berdaya.“Kamu pikir aku harus berhadapan dengan sampah ini? Kamu mau membalaskan dendamku?” tanya Michael ringan.Apa yang diperbuat Cooper adalah untuk menyenangkan Michael tapi sayangnya Michael tidak terkesan dengan aksinya.“Maksudmu ...”“Maksudku, dia hanyalah seonggok sampah. Dia tak pantas menjadi lawanku. Tak pernah terpikirkan ole
Cooper segera menemui James begitu sampai di Perusahaan Nangong. Sayangnya James masih belum membutuhkan bantuannya. Cooper pun pergi meninggalkan perusahaan setelah sebelumnya membuat kesepakatan lisan.Cooper sedikit kecewa. Dia tak sabar membuktikan kemampuan dirinya agar tercipta hubungan yang akrab dengan Michael. Melihat situasi saat ini, tak ada kesempatan sama sekali untuknya.Cooper yang tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dia pun memutuskan mampir ke vila keluarga Han.Hank sedang berbaring di penutup peti mati. Para pengawal keluarga Han tak berani mendekat peti mati itu selama Hank ada disana.“Paman,”Hank bangkit duduk begitu mendengar suara panggilan dari Cooper. Tampak olehnya wajah Cooper yang depresi. “Apa yang terjadi? Kamu tampak lusuh sekali. Kamu belum menemukan cara untuk membuat Michael terkesan?” tanyanya.Cooper menggelengkan kepala. Otaknya seolah-olah akan meledak. Otaknya mulai buntu.“Ya. Itulah mengapa aku datang padamu. Aku butuh pertolongan,” jaw
Hank menendang pantat Cooper dengan marah.Cooper terpuruk ke tanah. Dia tak mengerti apa yang terjadi.Sambil memandang penuh tanya pada Hank, Cooper bertanya, “Paman, mengapa kau menendangku?”Hank menggertakkan giginya kemudian berkata, “Pergi dari sini. Cepat carikan seseorang untuk melindungi Michael.”Cooper dapat merasakan kemarahan Hank.Tidak menunggu lama, Cooper bangun dan berlari tanpa menghiraukan kotoran yang menempel di badannya.“Dasar bodoh,” gerutu Hank. Dia tak habis pikir mengapa Cooper datang padanya hanya untuk hal mudah.Tidakkah dia punya otak?Danny pergi ke kota Yuncheng untuk menemui Warren. Dia berharap Warren bisa menghentikan Michael menghancurkan keluarga Han di Amerika. Masalahnya sudah begitu jelas tapi Cooper tidak memahaminya.“Kakak, keberhasilan anakmu tergantung pada seberapa bisa dia menyenangkan Michael,” Hank berbisik pada dirinya sendiri.Wajah Danny tampak kusut begitu dia dan Gavin sampai di ruang tunggu VIP bandara. Sejujurnya, dia
“Malam sudah larut. Kembalilah ke pondok dan istirahatlah.”Michael menepuk bahu si trenggiling dan membawanya menuju halaman belakang.Di halaman belakang, Sari sedang duduk dalam keadaan gelisah. Dari sorot matanya yang indah, terlihat perasaan cemas dan kesepian.Ketika Jenny datang dengan penuh kegembiraan mengumumkan kembalinya Michael, mata cantik Sari menjadi berbinar-binar. Meskipun dia adalah seorang perempuan yang terbiasa bersikap anggun, tetap saja Sari tidak bisa menahan diri untuk cepat-cepat menyambut kedatangan Michael. Ketika melihat Michael, mata Sari yang indah menampakkan rasa haru, cemas dan gembira. Bibir merahnya terbuka. Michael tidak bisa menahan diri untuk tidak terkejut. Sebelumnya Michael menjaga jarak dengan Sari. Sekarang Michael tersenyum padanya.Meskipun hanya senyuman, namun makna dari senyuman itu terlihat jelas.Sari memahami senyuman Michael. Dalam hatinya, dia merasa sedih. Namun Sari tetap tersenyum. “Hei, kalian ke mana saja? Tahuk
Parza menghela napas panjang sambil menatap Felix, yang sudah dibawa jauh. Putranya melihat Parza dengan tatapan putus asa. "Dewa Es, aku sudah menghukum anakku. Kalau kamu masih belum puas, aku bersedia menambah hukumannya."“Bukankah besok putramu akan menikah? Itu adalah acara besar Keluarga Fang, bukan? Mengapa kalian melakukan sesuatu yang serius seperti ini?" Michael tertawa. Perlahan-lahan dia berdiri, "Begini saja. Tambahkan hukuman itu ketika dia sudah menikah nanti, atau ketika suasana hatiku sedang buruk. Bagaimana?"Mata Parza melebar. Bagaimana Dewa Es bisa bersikap murah hati seperti ini? Dewa Es membela Felix meskipun dirinya dimasukkan ke dalam Penjara Langit dan diberi hukuman es dan api. Tuan Onn mengerutkan dahi dan memandang Michael dengan aneh.Meskipun sosok laki-laki di depannya masih muda, tapi dia memiliki kebijaksanaan seperti tetua. Tidak jadi menghukum Felix? Apa … apa Dewa Es menyukai Keluarga Fang?Parza tidak tahu pikiran Michael tapi baginya
Felix mengerutkan dahi, "Aku benar-benar bingung dengan sikap kalian. Aku menangkap seorang laki-laki yang menganiaya perempuan tua. Kenapa sikap kalian berlebihan seperti ini?""Orang ini cukup kuat meskipun sudah melakukan kejahatan. Jadi aku memberinya hukuman kecil sekaligus sebagai bentuk peringatan."Felix menatap Michael dengan kejam.Laki-laki sialan ini pasti menceritakan kejadian yang tidak sebenarnya kepada Tuan Onn dan ayahnya, Parza sehingga membuat keduanya marah. Felix ingin menambah hukuman Michael!Hukuman kecil?!Mata Tuan Onn dan Parza melebar. Kaki Dewa Es hitam seperti batu bara. Bagaimana mungkin hukuman yang diberikan kepada Dewa Es ini bisa disebut hukuman kecil?!Parza dan Tuan Onn sudah hidup lama di dunia gurun. Bagaimana mungkin mereka tidak tahu hukuman apa yang digunakan sehingga menyebabkan kaki seseorang menjadi hitam?!Jika Michael adalah orang biasa, mereka tidak akan semarah ini tapi ini Dewa Es! Semakin memikirkannya, Tuan Onn semakin jeng
Felix terlihat bangga. Penerangan Penjara Langit itu relatif gelap. Felix tidak menyadari ekspresi kemarahan di wajah ayahnya. Felix menatap Michael yang ada di dalam sel penjara sambil mendengus. Dari tatapan Felix seolah-olah dia memberi tahu Michael bahwa meskipun ayahnya, Parza datang, itu bukanlah jaminan nyawa Michael bisa diselamatkan. Felix tidak bisa menyembunyikan rasa puasnya ketika melihat bekas pertarungan di sekeliling Penjara Langit. Sepertinya si pembunuh sudah menghajar Michael berkali-kali. Namun, yang membuat Felix senang adalah Michael tetap hidup setelah mengalami penyiksaan seperti itu.Kalau saja Felix mengetahui bahwa Michael adalah Dewa Es, maka semua ini tidak akan terjadi. Tidak seperti Felix, Parza menggertakkan gigi dan ingin meluapkan amarahnya. Jika sebelumnya Felix adalah kebanggaan besar dalam hidupnya, sekarang Parza merasa lebih baik memiliki telur daripada memiliki anak bodoh seperti itu.“Apa jangan-jangan kamu menangkapnya?” tanya Parza
Kacau!Berantakan!Ruangan sel Penjara Langit itu begitu berantakan. Dari situ terlihat bekas pertarungan yang sudah terjadi. “Apa ini?” Tuan Onn terkejut melihat pemandangan di depannya ini. Firasat tidak enak muncul di hatinya. Apa jangan-jangan Dewa Es ….“Parza!” teriak Tuan Onn. Parza tidak berdaya melihat situasi di dalam penjara tersebut. “Keluarga Fang, tunggu saja nasib kalian. Kalian akan dikuburkan bersama-sama,” Tuan Onn menggelengkan kepala. Dia segera bergegas masuk ke dalam penjara.Parza masih berlutut. Matanya kosong. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Setelah melihat Tuan Onn masuk ke dalam penjara, Parza segera tersadar. Buru-buru dia berdiri dan berkata pada salah satu pelayan, "Pergi … pergi jemput anakku yang bodoh itu ke sini.”Pelayan itu mengangguk dan segera pergi. Sejenak Parza menjadi ragu. Dia menghela napas dan menghirupnya. Kemudian bersama pelayannya yang lain, Parza segera masuk menuju Penjara Langit.Penjara itu gelap dan bau. Orang - o
Penjara Langit!Tidak perlu dijelaskan lagi apa makna tempat itu bagi Keluarga Fang, apalagi Tuan Onn. Tidak mungkin!Kaki Parza lemas. Tubuhnya bergoyang hingga menabrak meja di belakangnya. Meja kayu itu mundur beberapa meter.Namun, ketika Parza tidak bisa menahan lagi, para pelayan itu datang membantunya!Penjara Langit adalah tempat dikurungnya orang-orang yang paling keji. Lingkungan penjara itu juga buruk. Jika orang biasa masuk ke dalam Penjara Langit, hal itu biasa saja tapi ini Dewa Es! “Lihat apa yang kamu lakukan!” Tuan Onn menjadi marah. Meskipun Tuan Onn tidak berinteraksi langsung dengan Dewa Es. Namun sebagai manusia gurun, dukungan Dewa Es terukir di tulangnya. Bagaimana mungkin Tuan Onn tidak marah ketika Dewa Es dipenjara di tempat seperti itu?!Parza jadi tambah lemas. Dia terhuyung dan duduk di tanah.Benar. Apa sebenarnya yang dilakukan Keluarga Fang di sini?!"Kenapa kamu masih berdiri di situ? Cepat jemput dia!" Tuan Onn segera membentak dan berge
Jika bukan karena pelayan di belakangnya yang buru-buru membantunya, Parza sudah pasti jatuh lemas duduk di tanah. Itu dia!Ternyata itu dia!Dia adalah teman Dewa Es!Berarti ….Tuan Onn mengerutkan dahi. Memang dia yang memberikan saran untuk pergi ke penjara, tapi tetap saja dia jadi terkejut melihat ucapannya terbukti.“Lihat apa yang telah kamu lakukan!” Tuan Onn mengutuk Parza. Dia mendorong si pengawal dan membungkukkan badan sebagai tanda hormat pada si trenggiling, "Pahlawan Muda, kenapa … kamu ada di sini?"Parza segera tersadar dari rasa terkejutnya ketika dimarahi oleh Tuan Onn. Dia menyadari kesalahannya dan bergegas maju dengan panik. Ketika Tuan Onn menangani trenggiling, Parza segera mengambil tindakan yang diperlukan. Dia menendang pengawal hingga jatuh ke tanah."Berani-beraninya kamu! Berani-beraninya kamu memperlakukan tamu Keluarga Fang seperti ini? Aku ingin kamu mati. Pengawal!" teriak Parza. "Hadir!"“Bawa orang itu pergi. Potong tubuhnya menjadi d
Alis Parza berkerut. Dia berkata dengan nada mendesak, "Tuan Onn, tolong beri tahu aku."“Parza. Jika kamu hanya berambisi menjadi kepala keluarga, kemampuanmu yang sekarang sudah lebih dari cukup. Namun, jika kamu ingin jadi pemimpin masa depan dunia gurun, tentunya kemampuanmu yang sekarang tidaklah cukup."Kalau orang lain membicarakan Parza seperti itu, tentu saja Parza tidak akan senang. Bahkan dia bakal sangat marah.Namun karena ucapannya ini datang dari Tuan Onn, Parza menerimanya dengan rendah hati."Tolong beri aku nasihat, Tuan."“Jika orang itu memiliki ambisi besar di masa depan, dia tidak boleh melupakan hal kecil. Bahkan dia harus bisa kejam," Tuan Onn berdiri dan tersenyum. Dia datang mendekati Parza dan menepuk pundaknya. Tuan Onn menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kalau kamu masih menjaga hatimu seperti ini, kamu tidak akan bisa maju."“Hatiku?” Parza jadi bingung. “Parza, jangan terlalu mempercayai orang lain, terutama orang-orang di sekitarmu,” ujar Tuan
Tuan Onn tidak langsung menjawab pertanyaan Parza. Dia mengerutkan dahi seolah-olah sedang memikirkan sesuatu.Parza sudah tidak sabar, tapi dia tidak berani mengganggu Tuan Onn. Jadi Parza hanya bisa berdiri di sana. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Waktu berlalu. Mungkin dalam suasana hati Parza saat ini, satu menit terasa seperti setahun. Tuan Onn mengerutkan dahi. Perlahan-lahan dia menatap Parza, "Apa menurutmu itu tidak aneh?”“Tuan Onn, apanya yang aneh?”“Maksudku, Dewa Es,” jawab Tuan Onn sambil mengerutkan dahi. “Dewa Es?” Parza jadi lebih bingung."Rumah ini dijaga ketat, apalagi ketika perjamuan besar. Tentunya tidak mudah bagi siapa pun untuk keluar masuk rumah ini tanpa ijin. Bahkan jika Dewa Es memiliki kemampuan luar biasa, tidak mungkin dia bisa menghilang."“Aku juga berpikir seperti itu tapi aku juga tidak memahaminya,” Parza mengira Tuan Onn kepikiran sesuatu tapi ketika mendengarnya, Parza jadi lemas. Selain itu, apa alasan Dewa Es pergi?"Maksud Tua