Share

Dihina balik

Penulis: Hafsa Humiara
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

bab 7

"Ardaaan!" teriak seorang perempuan dari lantai atas, suaranya cukup melengking.

"I-iya, Ma!" jawab Ardan sambil berteriak pula.

Kami semua mendongkakkan wajah, tapi belum ada seseorang yang muncul di pandangan.

"Ini sprei kotor kok masih di kamar Mama, bawain donk ke ruang cuci," sahut ia yang sudah pasti mertuanya Ardan.

Kami semua saling memandang merasa heran, kenapa Ardan seperti seorang pembantu di rumah ini? aku yakin Mas Heri dan ibu pun merasakan kejanggalan ini.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (18)
goodnovel comment avatar
Deltha FY SPd
.........lucu sedih jd satu mantap Thor lanjutkan
goodnovel comment avatar
Anna D'Sandong
asyik jalan ceritanya..
goodnovel comment avatar
Ayu fatma
*semangat... ya ampun kok jadi semangka
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Pelajaran untuk ibu

    Bab 8Ibu berdiri memandangi besannya penuh amarah, dadaku berdegup kencang takut jika ibu melakukan perbuatan kekerasan, sedangkan Mas Heri mencoba menyadarkan ibu dengan cara memegang lengannya."Kenapa Bu Besan? saya minta maaf kalau perkataan saya barusan menyinggung hati Anda, tapi gimana lagi ya lama-lama saya juga jengah melihat Ardan yang ga ada kemajuan, kalau bisa Bu Besan tolong nasihati dia supaya mau bekerja, ga minta makan terus sama mertua," ujar Mama Rista.Aku menghela napas, perkataan wanita cantik ini memang halus tapi nyakitin, sama seperti hatiku yang sering sakit saat dihina oleh ibu.Dan sekarang ibu sendiri yang dihina balik oleh besannya, di hadapan orang banyak pula, segala perbuatan pasti akan kembali pada diri sendiri, itu ternyata benar.Aku kok puas ya lihat ibu digituin, ehh."Saya permisi, Bu Besan," ujar ibu.Di luar dugaan ibu malah pergi dari rumah mewah ini,

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Ponselmu untukku

    bab 9Ponselmu untukkuIbu menangis kejer seperti anak kecil, ia duduk di tanah sambil meraung, aku dan Sela saling memandang, merasa heran melihat nenek tua meraung seperti anak kecil."Allah ga ridho kali ya duitnya dirampas paksa sama mertua Mbak, makanya ga lama langsung dicopet," bisik Sela.Kali ini aku setuju dengan pendapatnya."Mau disamperin ga? aku mah ogah mending masuk lagi, panaas," ujar Sela, lalu ia menjauh dari kerumunan.Sebenarnya aku ingin pergi saja dan memilih melaksanakan salat Dzuhur, tapi kasihan juga melihat ibu yang sedang terkena musibah, masa iya kutinggalkan sendirian."Bu, kenapa uangnya bisa dijambret sih? terus jambretnya ketangkep ga?" tanyaku sekaligus pada orang-orang yang berkerumun."Engga, jambretnya naik motor, Neng," jawab seorang bapak tukang parkir."Iya, jambretnya langsung kabur mana bawa motornya secepat kilat kaya

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Balasan datang begitu cepat

    Bab 10Balasan datang begitu cepat"Gimana, Mir? ngalah aja ya, kamu tahu sendiri mana sanggup aku beli hape baru." Mas Heri menatapku iba.Aku mendelikkan mata, sebel juga ngasih nafkah seenaknya, giliran ia yang perlu maksa, suami macam apa coba."Engga! Enak aja main ambil-ambil, hape itu sering dipake Nasya belajar daring," balasku dengan tegas."Sudahlah, ambil aja sana," bisik ibu yang masih bisa kudengar.Dengan sigap Mas Heri menyambar ponselku yang sedang di cas di atas meja, sayangnya tanganku terlambat satu detik untuk meraih dan sudah keduluan sama Mas Heri."Balikin hape aku!" teriakku penuh emosi.Tak menghiraukan teriakkanku gegas lelaki itu berlari keluar."Beli lagi aja kenapa sih, kamu 'kan jualan tiap hari masa hape aja ga kebeli."Lelaki itu naik ke atas motor, tak dipedulikan istrinya yang menjerit memanggil di belakang, aku tak bisa mengejar kar

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 11.A

    Bab 11.ABalasan Telak Untuk Heri dan IbuSempat terdengar ibu memaki dan menghinaku lagi, tapi aku tak peduli dengan hinaannya, gegas menstarter motor dan segera pergi.Semoga saja ponselku tak rusak, yang kukhawatirkan saat ini bukan keselamatan Mas Heri, melainkan ponsel yang harganya lumayan fantastis.Tiba di tujuan kulihat Mas Heri terbaring di ranjang pasien, tangan kanan dan kaki kirinya terbungkus perban, ia meraung kesakitan.Itulah adzab bagi orang yang suka mencuri, batinku berkata-kata.Saat hendak masuk ada seorang bapak-bapak mencegahku."Mbak ini istrinya?"Aku mengangguk."Oh ini dompet sama hape suami Mbak, tadi saya amankan takut ada yang nyuri," ujar lelaki itu dengan ramah.Aku tersenyum senang, akhirnya ponsel ini kembali dalam keadaan utuh, rezeki memang tak kemana."Terima kasih ya, Pak."Lelaki itu mengan

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   11.B

    "Begitulah namanya orang kampung, ga bisa mengendalikan diri, apa lagi dia cuma lulusan SMP, ga berpendidikan beda jauh dengan Tania yang sudah sarjana," celetuk ibu memandangku dengan remeh. Oh, sekarang bahan perbandinganku bukan Rista lagi ternyata tapi sudah ganti jadi Tania, apa ia tak berkaca kedua anaknya juga sama-sama lulusan SMP. Beruntung mulutku tak tajam sepertinya, sehingga sebesar apapun rasa benciku, tak membuat aku mengeluarkan kata-kata tajam yang bisa menyebabkan dosa "Ibu ga mau tahu, pokoknya kamu harus ganti tv ibu dengan yang sama persis kaya gitu!" tegas ibu sambil mengempaskan bokong di sofa. Kini, saatnya aku yang bicara "Cuma tv yang rusak aja kalian heboh, terus gimana dengan hati aku yang setiap hari mendapatkan hinaan dari ibu? padahal jika ibu ga punya uang mintanya sama siapa? ya sama aku bukan sama Rista mantu kesayangan ibu itu." Ibu terlihat mencebikaan mulut sambil mengehela napas. "Tadi juga Ibu ngambil uang hasil jualanku di laci, apa aku m

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 12

    Bab 12 Satu hari kemudian Mas Heri sudah pulang dari klinik, ia menjual ponselnya untuk membayar biaya perawatan selama di klinik, bukannya prihatin justru malah ingin tertawa melihat penderitaannya. "Coba aja waktu itu kamu ga rampas paksa hape-ku pasti kejadiannya ga bakalan begini," cetusku sambil menyeduh susu untuk Nasya. Lelaki itu hanya diam tanpa kata, sepulang dari klinik ia memang berbeda tak lagi mengajakku bicara, mungkin masih marah karena aku meninggalkannya di saat sedang kesusahan. Bukannya aku tega atau bermaksud berbuat durhaka terhadap suami sendiri, melainkan untuk menyadarkannya dari perbuatan dzalim, karena jauh dalam lubuk hati aku sangat menginginkan rumah tangga ini tentram dan damai. "Ayo, Heri makan dulu jangan ngelamun aja," sahut ibu yang baru selesai memasak nasi goreng. Nampaknya nasi goreng itu hanya untuk porsi dua orang, tak apalah mungkin ia masih marah, aku dan Nasya bisa

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 13

    Bagai seekor burung yang terbang tinggi lalu dalam sekejap mata ia terhempas jatuh ke dasar bumi, sakit. Itulah yang dirasa hati ini.Di saat ada secercah harapan untuk merajut asa bersamanya, dan di saat itu pula semua angan beterbangan bak tertiup angin kencang.Aku menganggukkan kepala tanpa kata, apalah daya aku tak bisa memaksanya untuk tetap bersama, jika cinta ingin pergi maka lepaskanlah jangan pernah menahannya."Kamu setuju 'kan, Mir, kalau kita berpisah?" tanya Mas Heri.Lidah ini kelu tak sanggup menjawabnya, hanya bisa diam sambil menahan buliran bening yang mungkin akan mengalir deras."Apa ini semua karena perempuan tadi?" tanyaku dengan tenggorokan tercekat."Bukan, Mir. Aku ... aku cuma pengen kita bahagia aja, selama kita bersama aku ga pernah rasakan itu dan aku juga yakin kamu pun merasakan hal yang sama seperti aku," jelasnya sambil merubah posisi duduk.

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 14

    "Mas, aku hamil," ujarku dengan wajah biasa saja.Mas Heri dan ibu menatapku bersamaan."Ah yang bener? bukannya kamu sering minum pil KB? kok bisa hamil," jawab Mas Heri.Tak ada raut bahagia yang terpancar, hal yang bisa membahagiakannya memang hanya uang dan harta."Sudah pasti kebobolan tuh, kamu sih ga hati-hati," sahut ibu, entah menyalahkanku atau Mas Heri."Kok bisa begitu sih," ujar lelaki yang bergelar suami itu.Aku hanya menelan ludah melihat tanggapannya yang biasa saja, padahal anak itu anugerah dalam pernikahan."Gagal deh rencana kita," bisik ibu tapi masih terdengar oleh telingaku."Rencana apa, Bu?" tanyaku ngegas.Entah mengapa kali ini aku tak bisa bersikap sabar seperti sebelumnya, kehadiran janin ini seolah menambah kekuatan dalam diri."Ga usah kepo!" jawab ibu tak kalah ngegas"Kamu punya rencana apa, Mas

Bab terbaru

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 45.B

    "Aku selalu menelponmu tapi percuma jarang diangkat, sekali pun diangkat cuma sebentar padahal banyak yang ingin aku ceritakan soal Ibu, cerita juga mending kalau kamunya percaya, ya sudah sejak itu aku tak ingin lagi berhubungan denganmu," lanjut Ardan mengungkapkan kekecewaannya.Aku terduduk di bangku plastik miliknya, raga ini lemas mendengar semua kenyataan yang sebenarnya."Aku minta maaf, Ardan. Harus gimana supaya kamu memaafkan," ucapku dengan pasrah.Ia diam sibuk dengan pekerjaannya, haruskah aku berlutut di kakinya?"Ini ada uang buat modal tambahan usahamu, pakailah tadinya uang itu untuk pegangan beberapa bulan ke depan." Aku menyerahkan ATM sekaligus password-nya."Aku ga butuh, lagi pula sekarang bisa cari uang sendiri berikan saja uang itu untuk istrimu," jawab Ardan dengan culas."Ambil aja itu untuk pengobatan ibu kalau kamu ga mau, maafkan aku Ardan, sedikit pun aku ga pernah niat menelantarkanmu dan Ibu, ini semua karena Tania pandai memutar balikkan fakta, dan b*

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 45.A

    (POV HERI)Satu tahun lamanya aku tak pulang ke kampung halaman, sebenarnya enam bulan yang lalu aku hendak pulang, tetapi keadaan tak memungkinkan dan banyak pula hambatan.Sengaja tak memberikan kabar kepulangan ini pada Tania ataupun Ardan, entah kenapa anak itu kini nomornya sudah tak aktif lagi, aku pun bertanya pada Tania katanya Ardan baik-baik saja dan ia sibuk bekerja.Aku turut bersuka cita atas perubahan anak itu, yang dulu ia manja dan lalai terhadap tanggung jawab, kini bisa mandiri dan mencari uang sendiri.Pesawat tiba di Jakarta tepat pukul sembilan pagi, untuk menuju kota kelahiranku dibutuhkan waktu sekitar dua jam lagi.Usai adzan Dzuhur berkumandang, akhirnya aku tiba di halaman rumah Tania, semuanya masih sama hanya warna cat rumah yang memudar.Aku melangkah masuk ke dalam pagar, memencet bel berkali-kali hingga pintu itu terbuka, nampaklah Tania yang berpenampilan berbeda.Rambutnya dipotong sebahu, wajahnya terlihat makin cerah dengan polesan make-up seperti bi

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 44.B

    "Mbak Naya, bisa berhenti di depan?" tanyaku pada supir baru, Mas Satria sengaja memilih seorang wanita agar tidak ada ikhtilat diantara kami berdua saat bersama."Bisa, Bu," sebentar ya." Ia menuruti perintahku."Tolong jagain Hanan sebentar ya, saya mau nemuin orang itu.""Oh iya, Bu, sini Dedek Hanannya."Kuserahkan Hanan yang tertidur lelap ke pangkuan Naya, beruntung anak itu tak menangis.Aku segera berlari menembus kemacetan hingga akhirnya tubuhku sudah ada di hadapan ibu."Bu, kenapa di sini?" tanyaku sedikit berteriak."Ibuu!" teriakku sekali lagi, karena ia tak merespon panggilanku."Ibu, ngapain di sini?" Aku menyentuh pundaknya.Ia menepis dengan kasar lalu memandangku dengan berang."Diam! Aku lagi nunggu mantuku, Amira, dia janji mau ngajak shoping hari ini," jawabnya ngelantur.Tiba-tiba ponselku berdering, ternyata Mas Satria yang menelpon, karena takut ia marah aku segera menjawabnya."Sayang kamu di mana? kok belum nyampe juga?""Iya sebentar lagi nyampe kok, ini se

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 44.A

    (POV AMIRA)Rumah seluas lima belas meter kali kali sepuluh meter menjadi hunian baru untukku dan anak-anak, Mas Satria membelikan hadiah ini sebagai hadiah pernikahan.Ia mengatakan jika rumah ini kurang besar dan mewah maka ia akan merenovasinya, tentu saja menurutku hal itu terlalu berlebihan, karena rumah ini seluas lapangan bola, mungkin jika orang tuaku tinggal di sini rumah ini pun takkan kesempitan.Tak sampai di situ Mas Satria pun mempekerjakan asisten rumah tangga dan seorang supir wanita khusus untuk mengantarku ke mana-mana, ah betapa bahagianya diperlakukan layaknya nyonya.Hari ini ia mulai bekerja setelah satu Minggu lebih menghabiskan masa cuti pernikahan di rumah, sengaja kami tak liburan ke mana-mana karena diluar pandemi masih melanda."Aku pergi dulu ya, Sayang," ucapnya sambil mengecup kening.Jika di hadapan anak-anak ia akan memanggil 'mama' tapi jika tak ada siapa-siapa, kata sayang adalah panggilan untuk kami berdua.Sungguh romantis dan harmonis."Hati-hati

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 43.B

    .Sedangkan Tania dan Tante Eva terlihat santai tak terpancing dengan omongan ibu. Akan tetapi, tetap saja mereka berdua membalas ucapan ibu dengan pedasnya membuat ibu makin emosi dan tak bisa mengontrol diri.Kepala ini pusing pasalnya jika pulang ke rumah selalu saja melihat keributan antara ibu dan Tania, mereka tak ada yang mengalah saling mempertahankan egonya."Ayo kita ke kamar, Bu. Aku beliin makanan," ujarku sambil merangkul pundak ibu."Makanan apa? itu dikasih Amira ya? dia emang menantu baik dan pengertian ga kaya kamu!" Ibu menunjuk wajah Tania.Aku kesal melihat tingkahnya, bagaimana jika Tania tak tahan dengan ibu lalu mengusir kita, akan tinggal di mana kami berdua."Sudah, ayo kita masuk kamar." Aku merangkul paksa dan membawanya menuju kamar."Ardan kamu harus usir Tania dari rumah ini dan bawa Amira kembali ya, Ibu itu cuma pengen punya menantu yang kaya ga kaya Tania bisanya ngabisin uang saja," cerocos ibu tak bisa diam."Sekarang Ibu makan dulu ya." Aku menyuapi

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 43.A

    (POV Ardan)Nasib Bu Ninik.Sudah satu bulan lebih kakakku Heri berada di perantauan, ia mengatakan setiap tanggal satu akan mengirimkan transferan.Sedangkan kondisi ibu semakin hari kian memperhatikan, ia lebih banyak mengurung diri di kamar, karena jika berpapasan dengan Tania bawaannya terlihat emosi, tak jarang ia marah-marah tanpa alasan."Mbak, Heri udah kirim uang?" tanyaku pada kakak ipar yang sedang menggunting kukunya.Ia malah menatapku sinis, seolah aku ini seorang pengemis."Mau apa emang?!" tanyanya sedikit membentak.Apa ia lupa? atau pura-pura lupa jika dalam uang itu ada hak mertua juga adik iparnya, dasar serakah! Entah apa yang dipikirkan kakakku hingga menggantikan Amira dengan wanita macam dia."Ya mau minta bagian, Heri 'kan janji kalau udah gajian mau bawa ibu ke psikiater," balasku tak kalah sinis.Untuk makan sehari-hari kami berdua terpaksa aku yang kerja, beruntung bengkel milik Adi setiap hari selalu ramai banyak kendaraann yang berdatangan, sehingga aku t

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 42.B

    "Ok bagus." Tante Tamara melanjutkan langkahnya dengan wajah masam.Sedangkan Rista bersalaman dengan kami tanpa mengeluarkan suara, matanya menatapku penuh kebencian, bagiku tak masalah toh tak meminta uang padanya.Pesta hampir usai, tamu undangan pun satu persatu mulai berpamitan pulang, mama memintaku untuk bersiap berganti pakaian, ibu bilang malam ini Hanan biar tidur dengannya saja agar aku bisa menikmati malam pertama bersama Satria.Diperlakukan seperti itu aku jadi malu sendiri, padahal Satria tak keberatan jika Hanan tidur dengan kami, baik itu di malam pertama atau di malam-malam selanjutnya, karena anakku telah menjadi anak Satria juga, begitu katanya."Jangan bantah, malam ini Ibu mau tidur sama Hanan, udah sana ganti pakaian, besok Ibu akan antarkan Hanan ke rumah mertuamu," ucap ibu sedikit memaksa.Kulihat bayi mungil itu terlelap di pangkuannya."Kalau Hanan rewel telpon aja ya, Bu," ujarku sebelum pergi.Saat melangkah ada Rista berdiri menghalangi, tatapannya penuh

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 42.A

    (POV Amira)Di sebuah gedung pernikahanku dan Satria dilaksanakan, sebenarnya aku malu menyelenggarakan pesta. Namun, apalah daya keluarga besar Satria yang menginginkannya.Acara akad sekaligus resepsi hari ini memang tergolong sederhana, tapi tetap saja aku tak nyaman harus bersanding di pelaminan, sementara anak-anakku takut tak diperhatikan.Ijab kabul dimulai ada perasaan haru dan tegang mendominasi, ibu dan juga kedua anak-anakku tak pernah jauh mereka selalu ada di sisi.Kebaya warna putih dengan jilbab senanda dipadukan dengan rok batik berwarna coklat membalut tubuhku dengan indahnya, aku tersenyum melihat pantulan diri di cermin, rasa bahagia terlukis sempurna di wajah ini."Sah."Akhirnya kata itu terucap di bibir orang-orang banyak, akhirnya aku resmi jadi nyonya Satria Bagaskara, kami menandatangani bekas-bekas dari KUA, lalu penghulu memberikan sepasang surat nikah.Ciuman pertama sungguh terasa menggetarkan jiwa, terlebih saat aku mencium takzim punggung tangannya, sudu

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 41.B

    Aku masih diam menatapnya dalam sambil mendengarkan penjelasan pekerjaan apa yang akan kulakukan di sebrang pulau sana."Emang sih kerjanya capek, tapi 'kan duitnya gede." Tania masih membujuk, memang yang ada dalam otak wanita ini hanyalah uang, tak masalah walaupun harus jauh dari suami.Ah menyebalkan!"Terus ibuku gimana? tar kamu jadikan pembantu lagi di sini," jawabku ketus."Iya aku ga bakalan jadikan ibumu pembantu, lagi pula 'kan ada Ardan biarin aja dia yang ngurus ibumu, aku ga mau ikut campur," jawab Tania tak kalah ketus."Nanti aku fikirkan." Aku beranjak pergi karena berada di dekatnya tak menemukan kenyamanan yang ada ia terus memberikan tuntutan.Sempat terdengar ia mengoceh dan menghina. Namun, untuk kesekian kalinya aku bungkam karena malas dengan pertengkaran, lama-lama aku pun jadi terbiasa atas semua ocehan dan hinaan Tania.Cukup lama nongkrong di warung kopi memikirkan tawaran Tania diterima atau tidak, aku pun sudah meminta pendapat teman-teman dan mereka meng

DMCA.com Protection Status