"Yang ini untuk Nona Maya dan ini Nona Dita." Alex menyerahkan dua buah paper bag pada Maya dan Dita. Dua orang gadis di depannya menerimanya dengan senang hati serta mengucapkan terimakasih.
Pagi tadi Alex diminta Ian untuk menyerahkan paper bag tersebut pada dua perempuan yang merupakan anak magang di perusahaan ini. Alex sudah mengira ada hubungan aneh di antara bosnya itu semenjak kejadian makan siang waktu itu. Ditambah setelahnya Ian sering mondar mandir tidak jelas dilantai tempat berada dua anak magang tersebut berada. Dirinya mengira bosnya sedang mengincar salah satunya, namun rupanya ia salah.Dua anak magang berama Maya dan Dita rupanya kenalan bosnya. Maya adalah teman masa kecilnya sedangkan Dita adalah temen dari Maya. Bahkan yang mengejutkan adalah Maya merupakan calon istri Zayyan. Alex mengenal Zayyan karena ia cukup sering bertemu dengannya.Alex melirik pada Dita yang terdiam memandangi paper bag di tangannya. Jika bukan Maya, maka pastSuara tangis terdengar begitu jelas di telinga. Seorang remaja laki-laki tengah menenangkan gadis kecil yang berada di gendongannya. Laki-laki tersebut berhenti sejenak untuk membenarkan posisi gadis berkuncir dua di kanan dan kiri yang digendong di punggungnya itu, lalu kembali melanjutkan perjalanan. Meski beberapa kali ia mencoba menenangkannya, tangisnya tetap tak berhenti."Maya mau es krim?" tanya laki-laki tersebut mencoba membujuknya dengan makanan kesukaannya agar tangisnya berhenti.Dan benar saja tangis gadis tersebut berhenti. Kepala kecilnya mengangguk dan menjawab dengan suara seraknya, "mau.""Kalo Maya udah nggak nangis lagi nanti Mas Yan beliin.""Maya nggak nangis," ucapnya masih dengan suara serak akibat menangis tadi.Remaja laki-laki tersebut tersenyum puas melihat cara bujukannya berhasil. Dua lengan kecil itu melingkar ke lehernya. Bahkan ia bisa merasakan ada basah di lehernya. Mungkin itu dari air mata Maya.
Bertepatan dengan berakhirnya masa magang, keesokannya tanggal merah dan esoknya lagi hari Minggu. Maka Maya diajak Zayyan pergi mengunjungi rumah orangtuanya. Dirinya akan menginap dan pulang pada hari Minggu. Pagi-pagi pukul tujuh mobil Zayyan sudah terparkir di halaman rumah Maya. Ratih pun mengajak calon menantunya itu sarapan bersama.Usai sarapan bersama, Bima berbincang sejenak pada Zayyan mendoakan perjalanan mereka seta tak lupa menitip salam untuk calon besan. Ratih pun juga menitipkan beberapa bingkisan untuk kedua orangtua Zayyan."Hati-hati ya, jangan lupa kabarin mami kalo dah sampai." Ratih memeluk lalu mengecup pipi Maya kanan dan kiri.Zayyan mengucap pamit setelah dipeluk oleh sang calon ibu mertua. Kemudian mengangguk pada Bima sebagai tanda pamitnya. Setelah itu Maya dan Zayyan masuk ke mobil. Kendaraan beroda empat itu berjalan mulus membelah jalanan.Maya menengok ke kursi belakang melihat tumpukan barang titipan dari maminya
Maya makan sendiri ditemani oleh Zayyan. Siang tadi ia ketiduran hingga melewatkan jam makan siang, makanya saat ini dirinya hanya makan sendiri. Dewi sang calon mertua tak keliatan batang hidungnya semenjak ia memasuki ruang makan. Sementara ayah Zayyan sempat terlihat dan menyapanya dengan ringan. Terlihat tak mempermasalahkan dirinya yang tertidur hingga melewatkan makan siang.Abimana tak menyalahkan Maya sama sekali. Dia memakluminya apalagi putranya tadi sempat memberitahu kalau calon menantunya pulang larut malam karena acara perpisahan dari kantor. Sudah kurang istirahat di malam hari masih ditambah duduk hampir lima jam selama perjalanan yang pasti membuatnya semakin tidak bisa beristirahat dengan nyaman. Setelah melempar senyum dan menyuruhnya makan, Abimana menuju halaman belakang menemani sang istri yang sedang berkebun.Maya menyelesaikan makannya dengan tenang. Dia tanpa sadar hampir melahap habis semua menu makanan yang disajikan oleh Zayyan. Melihat
Suara tawa kecil bersahutan terdengar di salah satu sudut rumah. Dua orang hawa berbeda generasi terlihat tengah bercakap ringan sembari berkutat dengan sesuatu. Pagi-pagi Maya sudah bangun dan turun dalam keadaan sudah segar. Dia langsung pergi menuju dapur dan kebetulan di sana ia melihat Dewi. Dewi terkejut melihat dirinya dan bertanya apakah dirinya menginginkan sesuatu. Maya berencana ingin membuat sesuatu untuk keluarga Zayyan. Hitung-hitung sebagai tebusan rasa bersalahnya kemarin.Mendengar perkataan Maya yang ingin memasak membuat Dewi tersenyum senang. Ia pun langsung mempersilakan Maya untuk melakukan yang diinginkannya. Maya mengenakan apron dan mengikat tinggi rambutnya. Dua orang wanita tersebut sibuk dengan kegiatannya dan sembari sesekali bertukar kata. Tak lama harum masakan menguar memenuhi ruangan. Seseorang berdiri di sana memandangi pemandangan dua wanita dengan tatapan hangat.Maya berbalik ingin mengambil piring sedikit terkejut melihat Zayyan yang berdiri menat
Kegiatan kuliah Maya kembali seperti sebelumnya. Maya dan Dita yang sudah menyelesaikan masa magang kini mulai disibukan dengan laporan. Belum lagi mulai minggu lalu ujian tengah semester sedang berlangsung. Jadi sudah dari selama minggu ini dan kemarin mereka berdua sudah cukup sibuk dengan kegiatan perkuliahan mereka. Beruntungnya waktu ujian tengah semester bertepatan dengan minggu terakhir mereka masa magang. Setidaknya fisik dan pikiran mereka tidak bekerja terlalu berat.Saat ini mereka baru saja selesai jadwal terakhir ujian hari ini. Keduanya berencana menyicil laporan di rumah Maya. Tak terasa ketika matahari masih di puncak sekarang mulai bergerak untuk terbenam. Maya dan Dita menggerakkan badan yang terasa kaku karena duduk selama hampir empat jam. Ratih datang membawakan camilan untuk mereka berdua."Udahan dulu ngerjainnya, ini dimakan dulu. Dita pulang abis makan malam aja ya, nak."Dita menganggukan kepala dan mengucapkan terimakasih pada ibu Maya. Setelah itu Ratih kem
"Ian yang keliatannya gitu sampai sekarang belom pernah punya hubungan sama cewek sekali pun."Celetukan Zayyan membuat orang di sana terkejut tak percaya. Bahkan Bima yang daritadi diam jadi tertarik mendengar obrolan tersebut. Maya, Dita hingga Ratih pun menoleh menatap ke arah Ian dengan pandangan tak percaya. Sementara itu Ian yang mednengar celetukan asal dari Zayyan jadi tak terima."Ngarang! Kata siapa belum pernah pacaran?! Banyak tau cewek berjajar ngantri pengen jadi pacarku!" protes Ian dengan wajah kesal. Zayyan ini lupa atau bagaimana padahal diirinya sering bercerita pada sahabatnya itu. Betapa lelah dirinya bertemu wanita berbeda tiap harinya.Zayyan tersenyum sinis. "Maksudnya temen main kan? Bukannya lo sendiri bilang kalo mereka cuma temen main."Maya menggelengkan kepala dengan wajah jijik. "Ckckck ... Mas Ian ternyata playboy ya. Kasian banget mereka cuma dianggap temen.""Eh itu, bukan, maksudnya." Ian terbata-bata mencari penjelasan. Dia ingin mengelak, tetapi ti
Maya duduk manis menatap ke arah seorang laki-laki yang sedang menulis itu. Sudah hampir sepuluh menit dia diam tanpa bergerak. Kedua matanya yang bulat terpaku pada sosok laki-laki tersebut. Usai pulang sekolah seperti biasa Maya langsung mampir ke rumah Ian. Disambut oleh ibunya Ian, dia diantar menuju ruang keluarga. Di sana ia tidak menemukan Ian melainkan laki-laki asing. Mungkin dia adalah temannya Ian."Maya udah makan siang?" tanya ibu Ian yang dijawab dengan anggukan kepala. Setelah itu beliau menyuruh Maya menunggu duduk di sini dan diberi tahu jika Ian sedang pergi ke kamar mandi. Ibu Ian pergi sebentar dan kembali membawa gelas minuman dan tambahan camilan untuknya. Hingga ibunya Ian kembali pergi, laki-laki tersebut tak menoleh sekalipun. Dia tampak fokus dengan buku di depannya. Hal itu membuat Maya tetap diam tak mengeluarkan suara apapun. Dia merasa sungkan dan takut kalau mengganggu.Setelah sepuluh lewat datanglah Ian yang sedang mengelus perutnya. Wajahnya tampak ta
Satu minggu setelah semester baru dimulai merupakan hari ulang tahun Maya. Yang biasanya dia akan merayakannya bersama kedua orangtua dan Dita, kini bertambah beberapa orang yang ikut merayakannya. Kedua orangtua Zayyan termasuk Zayn akan datang untuk meramaikan acara hari istimiwanya tersebut. Untuk hal itu Zayyan menyewa sebuah vila selama dua hari satu malam. Rencananya mereka akan mengadakan pesta barbeku kemudian dilanjut tiup lilin dan selanjutnya kegiatan bebas yang penting semua orang bersenang-senang. Kemungkinan sih para orangtua memilih beristirahat sisanya yang merasa masih muda akan begadang entah melakukan apa.Hari keempat pada minggu awal perkuliahan ini Maya, Dita dan teman satu kelasnya mendapatkan tugas dari dosen pengampu untuk menyiapkan sedikitnya dua judul tulisan beserta latar belakang kasar. Pada mata kuliah ini yang biasa disebut kolokium atau untuk umumnya disebut seminar proposal para mahasiswa harus sudah mulai menyiapkan bahan untuk tugas akhir pada semes
Maya hanya mengaduk-aduk makanannya tanpa ada niatan untuk dimakan. Moodnya terlanjur jelek gara-gara wanita bernama Rara itu. Untung saja wanita itu tidak ikut bergabung makan siang bersama sekarang, kalau sampai benar-benar wnaita itu membuntuti, dia akan langsung minta pulang saat itu juga. Walaupun begitu tetap saja moodnya sudah hancur. Dia jadi tak memiliki nafsu makan. Padahal tampilan makanan yang ada di depannya ini sangat menggoda. Gara-gara masih mengingat sikap centil Rara pada Zayyan membuat Maya jadi malas melakukan apapun."Dimakan Maya," perintah Zayyan pada Maya yang kini memasang wajah galak padanya. Keningnya mengerut bingung. Menyadari bahwa kejadian tadi menjadi alasan Maya menatapnya seperti itu, Zayyan hanya bisa menggelengkan kepala dengan pasrah."Itu baru satu kan?""Hah?" Zayyan melempar tatapan tak paham dengan maksud pertanyaan Maya. Gadis di hadapannya itu langsung berdecak kesal melihat reaksinya yang mungkin menurutnya menyebalkan. Zayyan menggaruk peli
Layar ponsel Maya menyala, sebuah notifikasi pesan masuk muncul. Matanya melirik melihat nama Zayyan pada notifikasi tersebut. Dalam pesan tersebut Zayyan mengiriminya sebuah link disertai kalimat yang mengikuti di bawahnya. Kedua mata Maya berbinar saat melihatnya. Ia mengklik link tersebut yang membawanya menuju sebuah drive yang berisi file proposalnya. Ketika ia membukanya Maya bisa melihat keseluruhan isi proposalnya yang lengkap persis seperti versi cetaknya. Pekikan sarat bahagia pun sontak terdengar. Ia kembali ke aplikasi pesan dan mengklik icon telepon pada kontak Zayyan."Mas Yan, ini filenya udah balik lagi?" Maya langsung membuka suara setelah panggilannya terangkat. Nadanya terdengar senang sekaligus lega."Iya, tapi untuk laptop baru bisa Mas kasih besok ya. Untuk jaga-jaga selalu back up ke online, cloud dan sebagainya. Besok Minggu Mas mampir ke rumah," jawab Zayyan yang masih di kantor. Ia masih sibuk dengan pekerjaannya. Ketika stafnya yang dimintai tolong mengirim
Maya mengantar Zayyan ke mobil setelah makan malam. Zayyan meletakkan dua laptop miliknya dan Maya ke kursi belakang. Ia menepuk kepala Maya lembut dan menyuruh gadis itu langsung masuk ke rumah karena angin malam terasa dingin apalagi saat ini dia hanya mengenakan kaus lengan pendek."Langsung istirahat, nggak usah begadang. Masalah laptop serahkan sama Mas." Maya mengangguk merespon ucapannya. Ia tidak ingin gadis itu begadang sudah cukup lelah dia menangis tadi, jadi dia meminta Maya untuk segera istirahat. Tak lupa untuk menenangkannya mengenai laptop dan file proposalnya."Makasih, Mas Yan udah bantuin," ucap Maya. Dia benar-bener sangat berterimakasih pada laki-laki di hadapannya. Jika bukan karenanya pasti hingga saat ini dia masih menangis dan tidak tahu harus berbuat apa. Dia awam dengan permasalahan seperti ini."Iya, udah cepetan masuk."Zayyan masuk ke mobil setelah memastikan Maya masuk ke rumah, lalu menyalakan mobil. Dalam perjalanan ia menghubungi sekretarisnya menanya
Jadwal sidang kolokium Maya dan Dita sudah keluar. Mereka berdua mendapatkan jadwal yang sama pada hari Selasa dan hari ini adalah Kamis berarti kurang lima hari lagi. Setelah mendapatkan informasi jadwal Maya mengajak Dita ke tempat fotocopy untuk mencetak laporannya. Berhubung kertas dan tinta printernya habis, Maya memilih untuk mencetak di dekat kampusnya. Sedangkan Dita baru saja mencetaknya semalam dengan printer miliknya sendiri, jadi Dita hanya menemani sahabatnya itu.Setelah mencetak rangkap tiga dan menjilidnya keduanya langsung memutuskan pulang. Dita yang biasanya ikut ke rumah Maya memilih pulang ke apartemennya karena ia akan bertemu ibunya hari ini yang telah beberapa tahun berada di luar negeri.Sesampainya di rumah Maya langsung menuju kamar dan menyalakan laptopnya. Hari ini jadwal terakhir ujian akhir semesternya di minggu ini. Dan pada minggu depan hanya tersisa seminar proposal setelah itu memasuki masa libur. Maya membuka software presentasi untuk membuat lapora
Zayyan dan Maya memasuki private room resto bersama. Dita, Ian dan Zayn sedang di luar di taman rooftop hotel. Zayyan memesankan makanan untuk Maya karena ia tahu selama acara gadis itu tidak sempat makan. Maya bergumam puas saat merasakan makanan masuk ke dalam perutny. Dia sangat lapar, tetapi selama acara pertunangannya tadi tidak bisa makan karena tidak ada nafsu untuk makan. Baru setelah dia duduk memasuki resto Maya mulai merasakan lapar. Untungnya Zayyan peka sudah memesankan makanan sebelumnya agar tidak menunggu terlalu lama."Mau lagi?" Zayyan melihat menu lasagna dalam sekejap habis dilahap oleh Maya. Melihat Maya yang menganggukkan kepala berkali-kali membuat Zayyan tersenyum.Maya duduk bersandar pada kursi dengan ekspresi kekenyangan. Dia benar-benar sangat kekenyangan hingga ia bisa merasakan perutnya sangat penuh hingga dirinya susah untuk duduk dengan tegap. Badannya bersandar lemas tak sanggup untuk bergerak. Dihadapannya Zayyan menatap Maya dengan tatapan geli yang
Waktu berlalu sangat cepat dan kini tibalah acara yang ditunggu-tunggu. Hari ini tanggal 31 Desember tepatnya di malam hari kurang dari lima jam lagi pergantian tahun akan segera tiba. Di sebuah lapangan yang cukup luas terlihat dekorasi dengan dominasi warna putih dan biru muda. Dua buah meja besar berjajar berbagai hidangan yang memeriahkan acara hari ini. Semua tamu telah hadir tinggal menunggu datangnya sang bintang utama. Beberapa kursi juga berjajar rapi di sana.Dita datang sudah dari tadi. Kali ini dia mengenakan gaun berwarna lilac yang lembut. Rambutnya yang pendek dia beri hiasan bando hitam dengan aksesoris mutiara kecil. Wajahnya yang polos ia beri beberapa pulasan makeup tipis. Hari ini Dita tampak sangat berbeda dari biasanya. Ian pun sampai terdiam tak dapat bereaksi saking terpukaunya dengan Dita. Biasanya ia hanya sering melihat wajah polos Dita dan dandanan bold ketika berada di club. Kini ditambah hari ini makeupnya tampak berbeda, tetapi hal itu justru memberikan
"Kok Dita bisa di sini, Yan?" tanya Ian yang saat ini sedang dipasrahi mengurus kentang oleh Zayyan. Sedangkan Zayyan sedang memanasi pannya."Nggak sengaja ketemu," jawabnya."Di mana?" Ian penasaran karena jelas dari penampilan Dita sangat santai, tidak terlihat seperti sedang pergi ke suatu tempat. Apalagi yang ia tahu Zayyan dan Maya hari ini pergi ke butik.Zayyan melirik ke arah Ian. Dia hanya diam memandanginya membuat Ian gugup tak beralasan. "Kenapa liatin gue gitu?" tanya Ian dengan gugup. Bahkan suaranya sedikit melengking tanpa ia sadari."Kentang," ucap Zayyan singkat, lalu pergi mengambil daging yang sudah ia bumbui. Ian menatap sahabatnya bingung dan tersadar bahwa sedari tadi kentangnya masih ia genggam tanpa melakukan apapun. Setelah itu Zayyan sibuk memasak daging dan Ian mengukus kentang.Meja ruang tamu kini beralih fungsi menjadi meja makan. Maya, Zayyan, Dita dan Ian duduk melingkar dan menikmati menu makan siang hari ini. Maya berseru memuji hasil masakan Zayyan
Pada hari Minggu Zayyan datang menjemput Maya ke rumah. Pria itu mengajak Maya ke butik untuk mencari gaun yang akan dikenakan di acara pertunangan mereka. Pukul sepuluh pagi mobil Zayyan terparkir di depan sebuah ruko berlantai dua. Terlihat ada kaca besar transparan yang memperlihatkan manekin mengenakan gaun yang menjuntai dengan indah."Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?" Seorang staf wanita datang menyambut mereka berdua. Zayyan langsung minta ditunjukan koleksi gaun terbaru bulan ini. Kemudian staf tersebut menuntun mereka berdua menuju sebuah ruangan. Di dalamnya ada staf wanita lain yang sepertinya berkedudukan lebih tinggi dari staf sebelumnya."Kalau boleh tahu gaun seperti apa yang ingin Anda cari?" tanya staf tersebut yang di tangannya membawa buku katalog yang tebal. Zayyan dan Maya yang duduk berdampingan di sofa disodorkan katalog tersebut. Staf tersebut menjelaskan berbagai model gaun dengan beberapa style yang berbeda.Maya membuka satu persatu halaman buku kat
Maya menghiraukan pertanyaan maminya dengan langsung meminta ayahnya menjalankan mobilnya. Ratih tak memaksa dan hanya menggeleng pasrah. Setelah Dita masuk ke mobil perjalanan pun dimulai. Perjalanan yang terasa singkat itu membuat Maya lupa dengan perkataan Ian tadi. Kini ada tiga mobil masuk ke perkarangan rumah Maya. Untungnya dia memiliki halaman yang luas jadi masih cukup untuk menampung hingga empat mobil. Dita tak ingin berlama-lama gadis itu langsung pamit. Ratih tak menahannya karena nanti dia dan keluarga Zayyan ingin membicarakan sesuatu. Maka, pasti dia jadi merasa tidak enak jika mengabaikan Dita."Kaki ada kan? Jalan aja bisa." Zayyan menolak meminjamkan mobilnya pada Ian. Dia masih marah dengan insiden tadi. Dia tak mempedulikan Ian yang bingung pulang naik apa. Laki-laki itu datang ke apartemennya jadi otomatis mobilnya terparkir di sana. Mereka berdua datang dengan mobil miliknya. Ian ingin kembali dengan mobilnya karena otomatis Zayyan bisa pulang diantar oleh mobil