Pertemuan Mereka, Zha dan Elang dengan ibunya, sekaligus fakta yang mencengangkan mereka ini, sungguh membuat hati mereka masih saja berdebar hingga saat ini.Tidak bisa dipungkiri, jika baik Elang maupun Zha sendiri sangat bahagia. Ternyata, mereka belum kehilangan seorang sosok ibu. Mereka masih mempunyai ibu. Bahkan ibu yang hebat. Seorang putri dari ketua Mafia sekaligus pemimpin perusahaan besar JP Group.Seharian ini, Aisyah menemani Zha di dalam ruangan perawatan ini. Elang, Halilintar dan juga Alexa juga masih ada berada disana. Mereka berbaur dengan suka cita. Saling bercerita dan menceritakan apa yang dialami selama mereka berpisah.Hingga sore hari, seorang dokter masuk untuk memeriksa keadaan Zha. Setelah pemeriksaan selesai, dokter mengatakan jika semua baik-baik saja.Sore ini juga, Zha sudah diperbolehkan pulang oleh Sang Dokter, karena memang tidak ada yang perlu dikhawatirkan pada Zha maupun pada kandungannya. Mereka begitu senang mendengarnya.Dengan cekatan, Elang d
Hari hari berlalu dengan tenang sekarang.Dan saat ini masa tiga bulan sudah berlalu terasa seperti begitu cepat.Seperti apa yang sudah disepakati bersama antara Elang dan Zha sebelumnya, setelah selesai mengurus harta kekayaan milik Keluarga Glendale mereka menepati janji mereka untuk menjadikan harta itu sebagai bekal mempertahankan kelangsungan hidup Klan Jangkar perak setia yang tersisa.Mengeluarkan mereka dari bisnis bisnis gelap dunia mafia dan membubarkan semua Klan yang berkaitan dengan mereka termasuk Klan Poison Of Death milik Zha. Sementara Klan Selatan milik Ardogama yang merupakan sisa sisa dari Klan Jangkar Perak yang setia kini dipekerjakan di sebuah perusahaan baru yang dikelola oleh Elang dan Alexa dengan bantuan Halilintar tentunya serta dirangkul oleh Perusahaan Galaxy Group.Setelah semua persiapan selesai, mereka menemui para anak buah Jangkar Perak beserta Anak buah Poison Of Death milik Zha.Pagi ini, mereka mengadakan pertemuan bersama.Mereka telah berkumpul
Hari hari Halilintar kini terasa begitu melelahkan. Bagaimana tidak, pengusaha muda itu kini harus mengurus dua perusahaan sekaligus. Satu perusahaan miliknya dan satu perusahaan milik Elang. Wajar saja ia harus melakukan itu karena , baik Elang maupun Alexa belum begitu berpengalaman di bidang bisnis, sebab itu Halilintar harus sering mendampingi mereka.Pria itu kini sering meninggalkan istrinya yang kini sudah berperut besar. Sering pulang malam dengan raut lelahnya. Namun ia sedikit bisa bernafas lega , karena Mama dan Ibu mertuanya sering datang untuk menjaga Zha secara bergantian.Tak lupa Halilintar pun kini menempatkan pengawal pengawal terbaiknya untuk menjaga Mansion mereka, dan banyak di antara pengawalnya yang sengaja diambil oleh Zha dari Klan Selatan yang sudah dibubarkan itu dan tentunya atas kesediaan mereka sendiri untuk menjadi pengawal pribadi Keturunan Terakhir Jangkar Perak Klan mereka terdahulu.Halilintar juga menempatkan satu orang kepercayaan yang bernama Rev
"Nona, kita harus segera pergi. Maaf." Rev meminta maaf terlebih dahulu, kemudian tanpa berbicara lagi dia membopong tubuh istri Tuannya itu dan berlari keluar untuk menuju mobil, diikuti oleh Aisyah dibelakang.Alexa yang sudah berhasil menghubungi anak buah Elang yang berada di luar segera menyusul ke mobil untuk mengemudi. Zha berada di jok belakang dengan kepala yang bertumpu di pangkuan Ibunya. Sementara Rev sendiri berada di sisi Alexa dengan menggenggam Pistol di tangannya.Alexa segera melajukan mobilnya dengan perlindungan dari para pengawal dan anak buah Elang.Beberapa mobil anak buah Elang pun terus mengikuti mobil yang membawa Zha guna melindungi Mereka.Sementara itu setelah kepergian mereka, Kondisi di Mansion Zha terlihat masih gencar baku tembak.Anak buah Zha masih terus menyerang balik para penyerang dadakan meskipun tanpa ada yang memimpin mereka lagi, Mereka tetap bisa mengendalikan para penyerang.Dua kelompok sekarang yang telah menyerang musuh. Satu kelompok da
Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit dimana Zha dimasukkan, Halilintar sama sekali tidak bisa tenang. Dia duduk dengan perasaan yang sangat gelisah.Meskipun Alexa sudah mengatakan jika Zha baik-baik saja, tetapi itu tidak lantas membuat Halilintar bisa tenang.Kepanikan begitu jelas tergambar di wajah Halilintar saat ini. Dia duduk bersandar di jok mobil dan Elang kini mengambil alih untuk mengemudi karena tidak mungkin membiarkan Halilintar menyetir dengan keadaan perasaannya yang sedang kacau itu.Sekarang ini, Perasaan takut, panik dan khawatir bercampur aduk di benak Halilintar. Apalagi saat Halilintar mengingat jika jadwal Zha melahirkan yang diperkirakan oleh dokter sebenarnya masih sekitar sepuluh hari lagi. Lalu ditambah Zha akan melahirkan di waktu penyerangan Mansionnya. Ini sungguh membuat Halilintar takut bukan main."Ya Tuhan, lindungi istriku. Sisakan kami kesempatan untuk bahagia." bisik Halilintar, tapi itu masih bisa didengar oleh Elang yang saat ini tengah menge
Halilintar langsung bertanya pada sang dokter, "Apa yang terjadi pada istriku?"Sebelum dokter itu sempat menjawab, Aaron sudah mendekati Halilintar."Hall,. Kuatkan dirimu. Saat ini Zha butuh donor darah. Sementara persediaan darah di Rumah Sakit ini yang sama dengan Zha tidak ada. Dan tidak ada satu pun di antara kami yang mempunyai darah yang sama dengan Zha."Ucapan Aaron Albarez sang Ayahnya ini, membuat Halilintar hampir saja berhenti bernafas, tubuh pria itu seketika oleng. Beruntung Elang yang sudah ada disisinya segera menopang tubuhnya, jika tidak Halilintar pasti sudah jatuh terpelanting ke lantai."Tenangkan hatimu Hall? Kamu harus kuat. Kita akan berusaha." ucap Elang berusahalah untuk menenangkan hati Halilintar. Padahal dirinya sendiri ikut terkejut dan hampir syok mendengar jika keadaan adiknya Kristus dan perlu donor darah dan tidak tersedia stok darah di rumah sakit ini. Tetapi demi agar Halilintar bisa kuat, Elang pun harus berpura-pura untuk kuat.Walau sebenarnya
Meskipun ketua mereka harus pergi dengan cara tewas terbunuh oleh seorang pengkhianat yang menikam dari belakang, lalu kehadiran Ardogama yang membawa klan yang terbuang itu kembali bangkit. Hingga Ardogama kembali harus tewas karena melawan pengkhianat.Alexa termenung, meskipun tanpa air mata yang menetes sedikitpun dari matanya, tetapi hatinya sangat merasa hancur.'Harusnya, kami kembali akan kehilangan seorang Pemimpin? Harusnya keturunan Terakhir dari klan kami juga harus pergi meninggalkan kami?' Alexa terus bermonolog dalam hati.Dia tahu jika semua klan telah dibubarkan oleh Zha, dan masa ini telah membawa mereka kepada masa damai yang sangat mereka rindukan dari dulu. Dan orang yang telah berhasil membawa Mereka pada kedamaian ini, sekarang terbaring lemah di dalam sana dan sedang menunjukkan keajaiban.Golongan darah Rh-null? Siapa yang memilikinya? Alexa terus memutar otaknya. Bukankah seorang anak akan mewarisi darah dari orangtuanya? Tetapi kenapa dokter mengatakan jik
Elang yang saat ini sedang mengemudi setir melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh menuju Perusahaan JP Group milik Ibunya.Halilintar yang berada di sampingnya duduk dengan perasaan khawatir dan tidak bisa tenang sedikitpun.Sesekali terdengar dia menghela nafas kasar, lalu sambil mengacak rambutnya yang memang sudah berantakan itu hingga terlihat semakin semrawut dengan matanya yang tak lepas melirik jam tangan miliknya.Tidak ada percakapannya sedikit pun di antara dua pria yang sama sama mencintai Zha itu. Suami dan Kakak yang sekarang sedang dilanda kekhawatiran yang cukup dalam.Dua pria itu tenggelam dalam pikirannya masing masing.Laju mobil Elang begitu cepat, membelok belok menghindari beberapa mobil pengguna jalan lainnya. Begitu lincahnya Elang mengemudi bahkan mereka seperti sedang mengikuti sirkus balapan liar. Itu karena mereka berburu dengan waktu. Hanya diberi waktu dua jam. Bayangkan saja, dua jam kedepan, waktu untuk Zha bisa bertahan. Itu sepertinya sangat musta
Saat Aisyah melihat genggaman tangan Putranya pada jari jemari Alexa, dia sudah dapat mengerti jika kedatangan Elang untuk menemuinya kali ini sepertinya bukan untuk urusan pekerjaan. Tapi ada hal lain.Apalagi ketika mereka menyambutnya di bawah tangga tanpa melepaskan genggaman tangan mereka, Aisyah makin yakin dengan dugaannya.Dia menatap dingin pada mereka, seolah olah meminta penjelasan dari mereka. Padahal dalam hatinya, dia cukup tersenyum senang.Pernah bahkan seringkali malah, Aisyah mengkhawatirkan Putranya itu.Memikirkan Kapan Elang akan menyusul adiknya? Mengkhawatirkan, Apakah ada yang mau menerima Elang yang pernah berada di dunia gelap?Adakah keluarga yang mau dengan tulus menerima Elang, seperti keluarga Albarez yang bisa menerima Zha dengan tulus?Begitu banyak kekhawatiran Aisyah saat merenungkan nasib percintaan Putranya kelak. Tapi ketika melihat apa yang ada di hadapannya itu, hatinya mendadak lega seketika.Alexa!Benar! Gadis itu sangat tepat untuk Putranya.
Pagi berikutnya,Elang mengajak Alexa untuk menemui Ibunya.Sebelum datang berkunjung, Elang terlebih dulu menghubungi Aisyah.Elang sedikit terkejut saat Ibunya mengatakan jika Ibunya sekarang sudah pindah dan tinggal di rumah utama. Memang benar, Aisyah sekarang tinggal bersama beberapa orang pelayan dan anak buahnya di Rumah Besar milik Tuan Glendale.Sudah ada satu bulanan dia tinggal disini. Sebenarnya dia tidak ingin lagi masuk ke rumah ini. Mengingat begitu banyak kenangan pahit yang pernah terjadi di rumah ini. Tetapi entah kenapa, pada akhirnya dia sendiri memutuskan untuk tinggal disini.Atau mungkin Aisyah hanya ingin mengingat semua kenangan masa lalu.Disinilah dia dilahirkan dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang dan kelembutan oleh kedua orang tuanya. Meskipun pada saat itu dia tahu jika kedua orang tuanya, Ayah dan Ibunya itu bukanlah orang tua biasa seperti orang tua teman temannya. Tapi orang tuanya adalah seorang ketua mafia. Aisyah sadar jika dirinya adalah pu
Ketika mendengar Elang mengatakan kata kencan, Alexa tidak bisa untuk tidak membulatkan kedua matanya. Tentu saja dia terkejut, "Apa yang kamu katakan Elang? Kencan? Siapa yang kencan?"Elang belum menjawab, dia malah tertawa kecil terlebih dahulu, kemudian berkata, "Yang kencan ya kita, memang kenapa? Aku mengajakmu keluar untuk kencan. Kamu keberatan?"Sumpah demi apapun, saat ini wajah Alexa memerah. Jantungnya berdegup keras. Dia langsung merasa gugup.Biasanya dia akan diajak keluar oleh Elang untuk melakukan sebuah pekerjaan. Kalau dulu saat dia masih berada di Klan Selatan, dia hanya tahu, keluar hanya untuk menyelesaikan misi. Jadi bagaimana dia tidak gugup, saat tiba tiba saja Elang mengatakan jika akan berkencan dengan dirinya?Sungguh, hati gadis ini merasa seperti terbang diatas awan."Hei, kenapa malah melamun? Kamu keberatan ku ajak pergi kencan?" Elang bertanya lagi, itu membuat Alexa tersentak dari lamunannya. Wajahnya semakin memerah."Bukan begitu. Tapi aku, aku han
Saat ini Halilintar masih bersama Zha di kamar Mereka. Mereka melepaskan rindu dan keresahan hati mereka yang sempat mereka rasakan tadi. Beberapa saat kemudian Zha menanyakan Zhilan dan Zhelin padq Halilintar."Apa Mereka rewel dan membuatmu kewalahan Hal?" Zha bertanya.Halilintar menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, "Tidak Zha. Apa kamu tahu, Mereka sangatlah pengertian. Mereka sama sekali tidak rewel, seperti tahu jika orang tuanya sedang ada masalah.""Sungguh kah?" Zha senang mendengarnya dan segera menghampiri Ranjang si kembar. Dia menatap dua putri kembarnya yang masih terlelap.Zha mengambil Zhilan dan menggendong bayi itu. Mata Zha berkaca-kaca. Dia bersyukur bisa kembali lagi kesini. Hampir saja dia tidak bisa melihat tumbuh kembang mereka, jika saja Victor membawanya ke kantor polisi dan dia di penjara.Kehidupan Mereka akan jauh lebih menyedihkan dibanding hidup Zha. Mereka akan mendengar jika lahir dari seorang wanita pembunuh dan kini ibunya mendekam di penjara.
Halilintar masih seperti tidak percaya dengan apa yang ia lihat. "Zha! Benarkah ini kamu? Atau aku hanya sedang bermimpi?" Halilintar merasa jika ini mungkin hanyalah mimpi karena dia terlalu memikirkan Zha seharian ini. Tapi dia tersentak dan sadar ketika Zha menyentuh pipinya dan bersuara."Hall! Ini aku. Aku telah kembali untuk kalian." Zha mengusap air mata pria itu yang masih membekas di sana.Halilintar tercengang lalu segera berteriak,"Zha.." Halilintar menarik kasar tubuh Zha dan memeluknya dengan begitu erat."Kamu kembali untuk kami? Benarkah ini?" tanya Halilintar di sela isakannya seperti tidak percaya dengan semua ini."Maafkan aku yang sudah berniat meninggalkan kalian. Aku tidak akan pergi lagi Hall. Mulai sekarang aku akan disisi kalian." jawab Zha juga ikut terisak di pelukan suaminya.Halilintar menarik tubuh Zha yang tampak lemas kedalam kamar. Lalu membawanya duduk di sofa. Berkali kali mengusap wajah istrinya dan menghujaninya dengan kecupan hangat."Ceritakan p
Tidak ada yang tidak terkejut dengan ucapan Aisyah barusan saat dia memerintah Elang untuk mengumpulkan anak buah Zha dari Poison Of Death dan dari anak buah klan Selatan milik almarhum Ardogama dulu.Semua orang terkejut, terlebih lagi Elang. Dia tidak menyangka jika Ibunya akan berkata demikian dan bahkan berpikir hingga sejauh itu.Elang masih merasa tak percaya dan langsung mengguncang bahu ibunya."Ibu, apa yang kamu bicarakan? Ibu tidak boleh melakukan itu. Kita tidak boleh membangun kembali Klan Jangkar Perak. Aku juga tidak mau mengingkari janjiku pada Ayah!" ucap Elang."Tapi keadaan ini terdesak Elang. Kita harus menyelamatkan adikmu. Apa kamu mau adik kamu Zha membusuk di penjara?" tegas Aisyah.Elang menggelengkan kepala, "Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Aku akan mengeluarkan Zha dari penjara Bu, percayalah. Tapi jika untuk membangun Klan Jangkar Perak kembali, aku tidak setuju. Zha juga pasti akan kecewa pada kita, jika kita melakukan itu." balas Elang. Saat ini,
Kedua pria bapak beranak itu telah melangkah meskipun dengan perasaan yang mulai tidak tenang dengan kedatangan Victor kali ini.Aaron maupun Halilintar sama sama menatap Victor yang sudah berdiri di depan pintu, dan yang membuat mereka semakin tidak tenang adalah kali ini Victor datang tidak sendiri melainkan ada tiga polisi di belakang Victor.Victor memberi salam, mengangguk hormat dan melangkah, "Selamat siang Tuan Aaron Albarez dan Halilintar. Maaf jika kami mengganggu waktu kalian." ucap Victor."Selamat siang juga detektif Victor. Silahkan masuk." sahut Aaron. Meskipun Victor adalah anak dari Kim, tetapi Aaron sangat menghormati karena pria muda yang berdiri di hadapannya itu adalah Seorang Detektif. Victor juga sangat menghormati keluarga ini, mungkin jika bukan karena tugas dan bukan karena tanggung jawabnya mungkin saat ini Victor pun tidak akan ada disini dengan membawa Sebuah kepentingan seperti ini. Sebelum datang kemari hari ini, Victor juga sempat Dilema. Tetapi ini
Setelah beberapa saat Halilintar berbicara pada Zha, Dokter meminta izin untuk memeriksa keadaan Zha kembali guna memastikan keadaan Zha.Mereka menyingkir, memberi ruang untuk dokter dan Tim. Zha diperiksa kembali, pemeriksaan yang sangat teliti. Dan Dokter tidak menemukan hal yang perlu dikhawatirkan lagi. Keadaan kondisi Zha dinyatakan telah membaik.Semua orang bernafas lega sekarang. Dokter juga bernafas lega. Dia merasa seperti telah terlepas dari rantai besi yang membelenggu lehernya. Segera memberi perintah pada tim untuk memindahkan Zha ke ruangan rawat inap.Setelah Zha sudah dipindahkan, Dokter berpamitan. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi pada keadaan Nona Zha. Jadi kalau begitu, saya akan permisi. Saya akan tetap kembali lagi secara rutin untuk memeriksa kembali perkembangan kesehatan Nona Zha dengan berkala." dokter berkata pada mereka khususnya pada Halilintar.Halilintar mengangguk, "Terima kasih Dokter, atas semua usaha kalian. Benar benar terima kasih."Dok
"Dokter..! Dokter.! Apa yang terjadi pada istri ku? Buka .!!!" Halilintar menggedor gedor pintu.Tidak ada yang mempedulikan Halilintar meskipun dia sudah berteriak kencang dan menggedor gedor pintu. Tim Dokter didalam sana sedang bekerja seoptimal mungkin untuk melakukan transfusi darah pada Zha dengan memburu waktu yang tersisa."Hall, tenanglah. Mereka sedang berusaha. Jangan mengganggu konsentrasinya tim dokter. Istrimu pasti baik baik saja. Ayo kembali." Aaron lagi lagi berusaha untuk menenangkan hati Putranya, kemudian menarik tangan Halilintar kembali ke bangku panjang."Pa, pasti terjadi sesuatu pada Zha Pa.! Mereka semua terlihat panik!" kata Halilintar."Tidak Hall, mereka sedang mengejar sisa waktu yang dimiliki Zha. Bisakah kau berpikir jernih dulu dan jangan selalu berprasangka buruk?!!" tegas Aaron, membuat Halilintar mendongak menatap wajah Ayahnya."Maafkan aku Pa, aku sungguh panik." jawab Halilintar mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.Aaron tahu jika H