"Percayalah Aron. Begitu pengetahuan yang ku ketahui selama Aku menjadi Dokter kandungan selama ini. Seharusnya ini tidak perlu dikhawatirkan karena kondisi ini hanya akan terjadi selama masa kehamilan saja. Hanya sementara.""Terus kenapa istriku tidak.. tidak .. Ah, dia tiba-tiba tidak berselera padaku dan.. dan Payudara istriku membengkak, dan itu katanya sakit?"Mata Dokter Jimmy kembali membulat. Kembali harus bersabar untuk kembali memberi penjelasan.Aaron ternyata hanya pintar dalam urusan bisnis, tapi bodoh dalam urusan perempuan! Dokter Jimmy kembali mengumpat dalam hati."Perubahan fisik pada wanita hamil bukan saja perut yang nanti akan bertambah besar, melainkan juga ukuran payudara yang semakin membesar dan terasa nyeri, itu karena persiapan produksi ASI saat sudah melahirkan nanti. Bahkan, payudara Calon Ibu juga bisa menjadi bengkak. Kondisi itulah yang menjadi keluhan Calon Ibu sehingga tidak bergairah lagi untuk berhubungan suami istri." jelas Dokter Jimmy yang lang
Kim berpikir demikian, bukankah kesepakatan dari awal, mereka telah setuju untuk meningkatkan hubungan? Meskipun meningkat bukan dalam artian untuk belajar saling menyukai, tetapi setidaknya setingkat lebih dekat.Kim meletakkan ponselnya dengan pandangan datar, kemudian mulai menjalankan mobilnya menuju Butik.Ketika sudah sampai ke tempat tujuan, Kim dapat melihat jika Sunna diantar oleh Kenan. Mendadak ada rasa tidak nyaman di dalam hatinya. Dia kan yang calon suaminya, kenapa malah pria lain yang mengantarnya?Kenan sendiri sebenarnya tidak merasa aneh, tapi dia juga merasa tidak enak hati. Akhirnya Dia menoleh pada Sunna dan berbicara,"Lain kali, biarkan sesekali kalian pergi berdua. Bukannya apa, agar lebih sedikit dekat. Jika begini, Sampai kapan kalian akan lebih dekat? Masa sampai sudah menikah baru dekat. Iya kalau berhasil, kalau tidak?"Sunna mengerucutkan bibirnya."Aku tuh masih malas! Tau sendiri bagaimana Tuan Kim itu seperti apa." Jawab Sunna.Bukan Kenan tidak tahu
Sunna langsung melotot, saat Sunna hendak protes dia langsung bungkam mendengar kalimat selanjutnya dari Kim."Bersama Tuan Aaron, kala itu dia memesan baju untuk Nona Emily. Aku memperhatikannya, tidak tahu jika itu bisa menjadi pengalaman berharga. Bisa aku gunakan untuk meneliti Gaun Pengantin calon istriku."Calon istri?Mendengar ucapan Kim seperti itu, entah kenapa hati Sunna berangsur menghangat.Mereka sudah sampai ke mobil, tanpa bertanya dahulu Kim membukakan pintu untuk Sunna.Sunna masih terdiam."Masih tidak mau satu mobil denganku? Kita sudah beberapa kali satu mobil kan?"Benar saja, ini bukan kali pertama mereka akan berada dalam satu mobil. Ketika pergi terburu buru ke rumah sakit itu dan pulang dari rumah sakit, mereka pernah satu mobil. Tapi kali ini, Sunna sangat canggung. Dengan ragu ragu dia naik dan duduk. Kim kemudian menyusul duduk disamping Sunna di depan setir.Sepanjang perjalanan terasa begitu sepi karena keduanya tidak ada yang saling berbicara sedikitpun
Jika menyangkut Emily walau sedikit saja, pasti akan membuat Aaron langsung khawatir. Apalagi ketika Ibunya mengatakan jika ini gawat. Tentu saja Aaron seketika cemas."Ibu. Ada apa? Apa yang terjadi pada Istriku?" Nada Aaron penuh kecemasan."Dari pagi, istrimu tidak mau makan apapun juga. Ibu sudah memasak makanan kesukaannya, tetapi Emily tetap tidak mau makan." Adu Erina.Huh!Aaron mengira ada sesuatu yang benar-benar gawat. Jika hanya hal itu, Aaron bisa sedikit lega. Kemudian dia bertanya,"Ibu yang memasak? Masakan Ibu kan memang tidak enak, wajar saja kalau Emily tidak suka, Bu." Protes Aaron.Erina tertawa kecil. "Hehe iya. Aku tau itu. Tapi tadi Koki sudah memasak, Emily tetap tidak mau makan. Kalau dia tidak mau makan terus itu bahaya Aaron. Cepat lah pulang untuk membujuk Emily agar mau Makan."Aaron menghela nafas. "Baiklah. Aku akan pulang sekarang." Aaron menutup panggilan dan pada akhirnya berpamitan dengan Khale.Baru saja Aaron tiba di depan pintu, dia melihat Kim be
Untung saja tidak ada orang lain yang melihat apa yang sedang terjadi di dapur ini. Jika saja ada yang melihat Seorang Aaron Albarez memasak nasi goreng, bukankah ini adalah Berita yang cukup heboh dan dapat menggemparkan seluruh dunia?Kim berpikir untuk mengabadikan momen penting ini."Aku akan merekamnya Tuan." Ucap Kim sudah memasang kamera ponselnya dan mengarahkan tepat ke arah Aaron yang sibuk menata bahan bahan."Heh, apa yang kamu lakukan sialan. Matikan kamera mu!" Aaron sangat kesal dan melempar Kim dengan sepotong Brokoli.Kim mengelak dengan gesit dan masih mengarahkan kamera."Tuan, kita butuh Video ini untuk bukti agar Nona Emily percaya jika Tuan Aaron lah yang benar benar memasak nasi goreng itu. Jika Nona Emily tidak percaya jika Tuan Aaron yang telah memasak bagaimana? Apa aku perlu memanggilnya Nona Emily kemari? Agar dia menyaksikan langsung perjuangan Tuan di dapur ini?" Kim memberi alasan.Aaron terdiam sejenak untuk mempertimbangkannya."Bagaimana? Apakah meman
Emily mulai mencicipi nasi goreng di tangannya itu. Ketika suapan pertamanya, Emily menoleh ke arah Aaron yang masih menatapnya penuh penantian, menunggu apakah hasil masakan tangannya enak."Ini enak Aaron. Sangat enak." Puji Emily di sela kunyahannya sambil kembali menyuap mulutnya dengan nasi goreng buatan suaminya itu.Aaron terbengong, dia merasa tidak percaya dengan jawaban Istrinya tentang rasa nasi goreng buatannya itu."Masa sih?" Padahal tadi dia sudah mencicipi nasi goreng itu dan menurutnya rasanya aneh, tapi Emily mengatakan jika nasi goreng itu enak? Karena penasaran Aaron pun meminta untuk mencicipi kembali dan rasanya sama saja seperti tadi. Tidak enak."Kamu berbohong ya?" Tanya Aaron ada istrinya."Apanya yang berbohong? Ini benar-benar enak Aaron. Menyingkirkan kalau begitu." Emily mendorong tubuh Aaron agar sedikit jauh darinya kemudian dengan Lahap Emily menghabiskan nasi goreng spesial buatan Aaron di dalam piring.Aaron masih menatap istrinya penuh keheranan.Apa
Pada akhirnya, meskipun dengan perjuangan yang tidaklah mudah dan memakan waktu yang cukup lama, Mereka mendapatkan Buah Strawberry Putih keinginan Emily.Sekarang keduanya telah meluncur pulang dengan kebahagiaan di hati mereka terlebih Aaron.Namun apa yang terjadi? Ketika Aaron telah tiba di Kamar, Emily sudah terlelap di ranjang. Aaron tidak ingin putus asa dan mencoba untuk membangunkan istrinya."Kesayanganku, aku datang. Ini Buah Strawberry Putih yang kamu inginkan. Aku telah mendapatkannya. Ayo bangunlah sebentar saja."Emily hanya membuka matanya sebentar sambil menunjuk ke atas meja."Taruh di sana saja, mataku sudah tidak kuat Aaron." Kemudian Emily tertidur lagi.Aaron hanya mendengus pasrah."Hem.. Baiklah. Ini memang sudah malam , Kesayangan ku pasti sudah mengantuk sekali. Emily bisa memakannya besok pagi." Aaron berpikir demikian dan menyimpan Buah Strawberry Putih itu di atas meja dengan baik. Berharap besok pagi Emily akan langsung ceria ketika melihat hasil usahany
Kotak itu memang kecil, tapi isinya tidak sesuai dengan prediksi semua orang dan mampu membuat semua mata orang yang melihatnya terbelalak sempurna. Bagaimana tidak? Isinya adalah sebuah kunci Apartemen!"Tuan, ini?" Kim berkata dengan sedikit terbata sambil mengangkat anak kunci di jarinya.Aaron tersenyum kemudian mendekatkan kepalanya ke Telinga Kim."Kamu sedang bingung akan tinggal dimana bukan? Aku tahu itu. Jadi bawa saja istri kamu ini ke sana. Kalian bisa leluasa untuk saling mengenal." Bisik Aaron.Kim tersenyum sambil mengangguk. Di dalam hati dia cukup senang. Tuan Aaron ini sangat pengertian. Tahu saja jika dia dan Sunna sedang bingung akan tinggal dimana setelah menikah."Terima kasih Tuan. Terima kasih." Kim berkali kali mengucapkan terima kasih sambil membungkukkan badan.Kim kemudian berbisik pada Sunna. "Kita akan tinggal di Apartemen Hadiah dari Tuan Aaron. Kita tidak akan bingung untuk menghadapi kedua orang tua kita. Kamu nanti, bantu jelaskan kepada mereka.'Sun
Saat Aisyah melihat genggaman tangan Putranya pada jari jemari Alexa, dia sudah dapat mengerti jika kedatangan Elang untuk menemuinya kali ini sepertinya bukan untuk urusan pekerjaan. Tapi ada hal lain.Apalagi ketika mereka menyambutnya di bawah tangga tanpa melepaskan genggaman tangan mereka, Aisyah makin yakin dengan dugaannya.Dia menatap dingin pada mereka, seolah olah meminta penjelasan dari mereka. Padahal dalam hatinya, dia cukup tersenyum senang.Pernah bahkan seringkali malah, Aisyah mengkhawatirkan Putranya itu.Memikirkan Kapan Elang akan menyusul adiknya? Mengkhawatirkan, Apakah ada yang mau menerima Elang yang pernah berada di dunia gelap?Adakah keluarga yang mau dengan tulus menerima Elang, seperti keluarga Albarez yang bisa menerima Zha dengan tulus?Begitu banyak kekhawatiran Aisyah saat merenungkan nasib percintaan Putranya kelak. Tapi ketika melihat apa yang ada di hadapannya itu, hatinya mendadak lega seketika.Alexa!Benar! Gadis itu sangat tepat untuk Putranya.
Pagi berikutnya,Elang mengajak Alexa untuk menemui Ibunya.Sebelum datang berkunjung, Elang terlebih dulu menghubungi Aisyah.Elang sedikit terkejut saat Ibunya mengatakan jika Ibunya sekarang sudah pindah dan tinggal di rumah utama. Memang benar, Aisyah sekarang tinggal bersama beberapa orang pelayan dan anak buahnya di Rumah Besar milik Tuan Glendale.Sudah ada satu bulanan dia tinggal disini. Sebenarnya dia tidak ingin lagi masuk ke rumah ini. Mengingat begitu banyak kenangan pahit yang pernah terjadi di rumah ini. Tetapi entah kenapa, pada akhirnya dia sendiri memutuskan untuk tinggal disini.Atau mungkin Aisyah hanya ingin mengingat semua kenangan masa lalu.Disinilah dia dilahirkan dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang dan kelembutan oleh kedua orang tuanya. Meskipun pada saat itu dia tahu jika kedua orang tuanya, Ayah dan Ibunya itu bukanlah orang tua biasa seperti orang tua teman temannya. Tapi orang tuanya adalah seorang ketua mafia. Aisyah sadar jika dirinya adalah pu
Ketika mendengar Elang mengatakan kata kencan, Alexa tidak bisa untuk tidak membulatkan kedua matanya. Tentu saja dia terkejut, "Apa yang kamu katakan Elang? Kencan? Siapa yang kencan?"Elang belum menjawab, dia malah tertawa kecil terlebih dahulu, kemudian berkata, "Yang kencan ya kita, memang kenapa? Aku mengajakmu keluar untuk kencan. Kamu keberatan?"Sumpah demi apapun, saat ini wajah Alexa memerah. Jantungnya berdegup keras. Dia langsung merasa gugup.Biasanya dia akan diajak keluar oleh Elang untuk melakukan sebuah pekerjaan. Kalau dulu saat dia masih berada di Klan Selatan, dia hanya tahu, keluar hanya untuk menyelesaikan misi. Jadi bagaimana dia tidak gugup, saat tiba tiba saja Elang mengatakan jika akan berkencan dengan dirinya?Sungguh, hati gadis ini merasa seperti terbang diatas awan."Hei, kenapa malah melamun? Kamu keberatan ku ajak pergi kencan?" Elang bertanya lagi, itu membuat Alexa tersentak dari lamunannya. Wajahnya semakin memerah."Bukan begitu. Tapi aku, aku han
Saat ini Halilintar masih bersama Zha di kamar Mereka. Mereka melepaskan rindu dan keresahan hati mereka yang sempat mereka rasakan tadi. Beberapa saat kemudian Zha menanyakan Zhilan dan Zhelin padq Halilintar."Apa Mereka rewel dan membuatmu kewalahan Hal?" Zha bertanya.Halilintar menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, "Tidak Zha. Apa kamu tahu, Mereka sangatlah pengertian. Mereka sama sekali tidak rewel, seperti tahu jika orang tuanya sedang ada masalah.""Sungguh kah?" Zha senang mendengarnya dan segera menghampiri Ranjang si kembar. Dia menatap dua putri kembarnya yang masih terlelap.Zha mengambil Zhilan dan menggendong bayi itu. Mata Zha berkaca-kaca. Dia bersyukur bisa kembali lagi kesini. Hampir saja dia tidak bisa melihat tumbuh kembang mereka, jika saja Victor membawanya ke kantor polisi dan dia di penjara.Kehidupan Mereka akan jauh lebih menyedihkan dibanding hidup Zha. Mereka akan mendengar jika lahir dari seorang wanita pembunuh dan kini ibunya mendekam di penjara.
Halilintar masih seperti tidak percaya dengan apa yang ia lihat. "Zha! Benarkah ini kamu? Atau aku hanya sedang bermimpi?" Halilintar merasa jika ini mungkin hanyalah mimpi karena dia terlalu memikirkan Zha seharian ini. Tapi dia tersentak dan sadar ketika Zha menyentuh pipinya dan bersuara."Hall! Ini aku. Aku telah kembali untuk kalian." Zha mengusap air mata pria itu yang masih membekas di sana.Halilintar tercengang lalu segera berteriak,"Zha.." Halilintar menarik kasar tubuh Zha dan memeluknya dengan begitu erat."Kamu kembali untuk kami? Benarkah ini?" tanya Halilintar di sela isakannya seperti tidak percaya dengan semua ini."Maafkan aku yang sudah berniat meninggalkan kalian. Aku tidak akan pergi lagi Hall. Mulai sekarang aku akan disisi kalian." jawab Zha juga ikut terisak di pelukan suaminya.Halilintar menarik tubuh Zha yang tampak lemas kedalam kamar. Lalu membawanya duduk di sofa. Berkali kali mengusap wajah istrinya dan menghujaninya dengan kecupan hangat."Ceritakan p
Tidak ada yang tidak terkejut dengan ucapan Aisyah barusan saat dia memerintah Elang untuk mengumpulkan anak buah Zha dari Poison Of Death dan dari anak buah klan Selatan milik almarhum Ardogama dulu.Semua orang terkejut, terlebih lagi Elang. Dia tidak menyangka jika Ibunya akan berkata demikian dan bahkan berpikir hingga sejauh itu.Elang masih merasa tak percaya dan langsung mengguncang bahu ibunya."Ibu, apa yang kamu bicarakan? Ibu tidak boleh melakukan itu. Kita tidak boleh membangun kembali Klan Jangkar Perak. Aku juga tidak mau mengingkari janjiku pada Ayah!" ucap Elang."Tapi keadaan ini terdesak Elang. Kita harus menyelamatkan adikmu. Apa kamu mau adik kamu Zha membusuk di penjara?" tegas Aisyah.Elang menggelengkan kepala, "Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Aku akan mengeluarkan Zha dari penjara Bu, percayalah. Tapi jika untuk membangun Klan Jangkar Perak kembali, aku tidak setuju. Zha juga pasti akan kecewa pada kita, jika kita melakukan itu." balas Elang. Saat ini,
Kedua pria bapak beranak itu telah melangkah meskipun dengan perasaan yang mulai tidak tenang dengan kedatangan Victor kali ini.Aaron maupun Halilintar sama sama menatap Victor yang sudah berdiri di depan pintu, dan yang membuat mereka semakin tidak tenang adalah kali ini Victor datang tidak sendiri melainkan ada tiga polisi di belakang Victor.Victor memberi salam, mengangguk hormat dan melangkah, "Selamat siang Tuan Aaron Albarez dan Halilintar. Maaf jika kami mengganggu waktu kalian." ucap Victor."Selamat siang juga detektif Victor. Silahkan masuk." sahut Aaron. Meskipun Victor adalah anak dari Kim, tetapi Aaron sangat menghormati karena pria muda yang berdiri di hadapannya itu adalah Seorang Detektif. Victor juga sangat menghormati keluarga ini, mungkin jika bukan karena tugas dan bukan karena tanggung jawabnya mungkin saat ini Victor pun tidak akan ada disini dengan membawa Sebuah kepentingan seperti ini. Sebelum datang kemari hari ini, Victor juga sempat Dilema. Tetapi ini
Setelah beberapa saat Halilintar berbicara pada Zha, Dokter meminta izin untuk memeriksa keadaan Zha kembali guna memastikan keadaan Zha.Mereka menyingkir, memberi ruang untuk dokter dan Tim. Zha diperiksa kembali, pemeriksaan yang sangat teliti. Dan Dokter tidak menemukan hal yang perlu dikhawatirkan lagi. Keadaan kondisi Zha dinyatakan telah membaik.Semua orang bernafas lega sekarang. Dokter juga bernafas lega. Dia merasa seperti telah terlepas dari rantai besi yang membelenggu lehernya. Segera memberi perintah pada tim untuk memindahkan Zha ke ruangan rawat inap.Setelah Zha sudah dipindahkan, Dokter berpamitan. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi pada keadaan Nona Zha. Jadi kalau begitu, saya akan permisi. Saya akan tetap kembali lagi secara rutin untuk memeriksa kembali perkembangan kesehatan Nona Zha dengan berkala." dokter berkata pada mereka khususnya pada Halilintar.Halilintar mengangguk, "Terima kasih Dokter, atas semua usaha kalian. Benar benar terima kasih."Dok
"Dokter..! Dokter.! Apa yang terjadi pada istri ku? Buka .!!!" Halilintar menggedor gedor pintu.Tidak ada yang mempedulikan Halilintar meskipun dia sudah berteriak kencang dan menggedor gedor pintu. Tim Dokter didalam sana sedang bekerja seoptimal mungkin untuk melakukan transfusi darah pada Zha dengan memburu waktu yang tersisa."Hall, tenanglah. Mereka sedang berusaha. Jangan mengganggu konsentrasinya tim dokter. Istrimu pasti baik baik saja. Ayo kembali." Aaron lagi lagi berusaha untuk menenangkan hati Putranya, kemudian menarik tangan Halilintar kembali ke bangku panjang."Pa, pasti terjadi sesuatu pada Zha Pa.! Mereka semua terlihat panik!" kata Halilintar."Tidak Hall, mereka sedang mengejar sisa waktu yang dimiliki Zha. Bisakah kau berpikir jernih dulu dan jangan selalu berprasangka buruk?!!" tegas Aaron, membuat Halilintar mendongak menatap wajah Ayahnya."Maafkan aku Pa, aku sungguh panik." jawab Halilintar mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.Aaron tahu jika H