Rama kini berada di sebuah taksi, ia yang tidak membawa mobil terpaksa harus pulang sendiri sebab ia ingin menghindari Tasya dan Edo. Saat ini, ia butuh ketenangan, ia butuh waktu untuk sendiri dan kembali menjernihkan pikirannya.“Pak, ada sebuah kantor di depan, berhenti di sana saja,” ujar Rama.Orang yang mengemudikan taksi tersebut mengangguk, lalu ia bersiap untuk menghentikan mobilnya di depan sebuah kantor.Kantor itu merupakan kantor Mawar. Saat ini Rama ingin bertemu dengan Mawar dan berbicara serius dengannya untuk menenangkan dirinya.Sesampainya di kantor tersebut, ia langsung turn dan pergi ke ruangan Mawar. Di depan sana ia secara tidak sengaja bertemu dengan Sarah.“Kak! Aku ingin bertemu dengan Mawar, apa dia ada di dalam?” tanya Rama.“Mawar sedang ada rapat dengan tim pemasaran, kamu tunggulah di dalam, aku akan memberitahukannya jika kamu datang,” jelas Sarah.Rama mengangguk dan tersenyum sopan kepada Sarah. Setelahnya ia langsung masuk ke ruangan tersebut untuk m
“Makanlah, aku sudah memesankannya untukmu!” suruh Mawar.Rama yang masih larut dalam pikirannya hanya menatap Mawar dan makanan yang sudah terhidang di depannya.Mawar yang melihat hal itu pun langsung pindah ke sebelah Rama, lalu ia menyuapi makanan untuk Rama.“Sudah waktunya makan, kamu harus makan,” ujar Mawar.Rama menatap Mawar dengan tatapan bingung. “Kamu sudah tidak marah kepadaku?”Sebelumnya ia tau jika Mawar sangat marah kepadanya dan tidak ada perilaku baik kepadanya sejak beberapa hari lalu. Namun, baru saja Mawar mengubah perilakunya kembali. Ia menjadi perhatian dan ia menjadi baik dan lembut lagi kepadanya.“Makanlah dulu!” suruh Mawar seraya mengarahkan sendok ke mulut Rama.Rama menerima suapan itu, ia memakan makanan yang sudah berikan Mawar kepadanya.“Tadi aku mendapatkan informasi tentang keadaanmu, aku datang dan aku berlaku seperti ini karena aku peduli. Aku ingin membantumu menghadapi masalahmu yang mungkin tidak ringan ini. Namun, apa yang aku lakukan saat
“Tasya, kalian kenapa ke sini? Di mana Rama?” Reynald menatap Tasya dan Edo dengan tatapan bingung.Pasalnya saat ini Tasya dan Edo datang menghampirinya ke tempat tinggal Agus yang di mana Rama tidak diperbolehkan datang ke tempat itu.“Dia sudah kembali ke apartemen? Bagaimana keadaan tubuhnya? Dia sudah baik-baik saja, kan?”Reynald yang saat ini ingin menyampaikan kabar bahagia kepada Rama benar-benar sangat semangat untuk menyampaikan kabar tersebut.“Sejak tadi dia tidak mengangkat telepon, di mana dia sekarang? Kita harus menyampaikan kabar bahagia kepadanya, dia sudah bisa memulai apa yang ingin dia lakukan,” ujar Reynald dengan bahagia.Tasya dan Edo yang hendak menyampaikan kabar tidak baik langsung saling tatap. Mereka enggan menyampaikan kabar tersebut di tengah kebahagiaan yang tersirat di wajah Reynald saat itu.Namun, Reynald yang melihat perilaku Tasya dan Edo saat itu dapat menebak bahwa ada sesuatu yang mereka sembunyikan.“Kalian kenapa? Ada yang ingin kalian sampai
“Mawar, saat ini Om benar-benar takut akan keadaannya. Saat melihatnya menangis dengan wajah yang menunjukkan raut kekacauan, Om takut jika Rama kembali seperti dulu,” ujar Reynald.“Rama pasti akan baik-baik saja, Om, aku yakin. Saat ini dia hanya sedang stres karena terlalu banyak berpikir, jika Om bisa memberikan pengertian kepadanya tentang apa yang ia kira buruk tentang dirinya, aku yakin dia akan perlahan-lahan mengerti dan kembali lagi seperti biasanya,” jelas Mawar.Reynald menarik napas panjang dan tersenyum tipis. “Om mengerti apa yang Rama pikirkan. Selama ini dia menganggap dirinya sudah sangat sempurna dengan semua hal yang dia usahakan untuk adiknya dan untuk dirinya sendiri. Namun, kenyataan bahwa segalanya tidak sesuai sangat menghantam dirinya dan membuatnya kecewa dengan dirinya sendiri.”“Saat ini Rama hanya perlu dukungan dan pengertian, dia yang merasa tidak berguna harus mendapatkan pengakuan bahwa sebenarnya dirinya sudah hebat karena bertahan sejauh ini. Dan, p
“Rama sudah lebih tenang sekarang, Dokter bisa masuk untuk menemuinya,” ujar Edo. “Saya akan berjaga di sini. Panggil saja jika terjadi sesuatu.”“Saya hanya akan mengajak Rama mengobrol baik-baik saja, kalian tenanglah dan jangan masuk dulu sebelum saya izinkan, takutnya itu mengganggu emosi Rama,” ujar seorang dokter perempuan yang merupakan seorang psikiater Rama.“Wulan, saya mohon sembuhkan Rama seperti dulu, saya menaruh harapan besar padamu,” ujar Reynald.“Kamu tenang saja, saya sudah menghadapi Rama sejak dia masih kecil, saya akan coba untuk menyembuhkannya kembali kali ini,” ujar dokter perempuan itu.Reynald mengangguk, lalu ia membiarkan Wulan masuk ke kamar tempat Rama berada.Di dalam sana ia langsung mendekat ke arah Rama yang kini menatapnya dengan tatapan tajam.“Rama, kamu ingat dengan Tante?” tanya Wulan.Rama menatap Wulan dengan lamat, mencoba mengenalinya, tetapi ia tidak bisa mengingat wajah perempuan yang ada di depannya itu.“Tante temannya ibumu, orang yang
“Mawar, kamu sudah lama menunggu?” Tasya datang menghampiri Mawar yang sudah menunggunya di sebuah kafe dekat tempat tinggal mereka.“Belum, aku juga baru datang beberapa menit lalu,” jawab Mawar. “Duduklah!”Tasya duduk di sana, lalu ia menatap Mawar dengan tatapan bertanya. Sepertinya ada hal penting yang ingin Mawar bicarakan, sampai ia mengajaknya bertemu.“Kamu tau tentang penyakit mental Rama sebelumnya?” tanya Mawar.“Aku tau, sebab pada saat itu aku sudah ikut dan dekat dengan Pak Reynald,” jawab Tasya.“Sebenarnya apa yang terjadi kepada Rama saat itu? Apa Rama tidak mengingat sedikitpun kejadian tentang hari itu?” tanya Mawar.
“Wulan, bagaimana keadaan Rama setelah kamu lakukan pemeriksaan tadi?” tanya Reynald. “Keadaannya cukup parah, sama seperti keadaannya satu tahun lalu,” jawab Wulan. “Tapi, aku menemukan fakta bahwa dia masih memiliki kelemahan untuk kita gunakan agar dia tidak membahayakan dirinya sendiri.”Reynald yang mendengar hal itu langsung menatap Wulan dengan tatapan bertanya. Ia sangat penasaran dengan kelemahan Rama itu.“Dia masih memikirkan kalian, saat aku membahas tentang bagaimana kalian ketika dia pergi, dia terdiam, seolah berpikir mengenai apa yang aku tanyakan. Semua itu menunjukkan bahwa dia masih peduli kepada kalian dan ini kesempatan kita untuk tetap mempertahankannya,” jelas Wulan.“Selanjutnya, langkah apa yang harus aku ambil untuk menangani masalah ini?” tanya Reynald.“Saat ini kita bisa menahan Rama dengan cara kalian yang kembali bergantung kepadanya. Semakin dia merasa dibutuhkan, maka ada kemungkinan dia akan bertahan dan kembali seperti semula,” jelas Wulan. “Yang pa
“Rama! Kamu sudah bangun?” Wulan mengetuk-ngetuk pintu kamar Rama.Tidak ada jawaban dari dalam kamar tersebut, sehingga Wulan langsung langsung saja masuk ke dalam kamar tersebut.Wulan masuk ke kamar tersebut dan langsung melihat Rama yang sudah menggunakan pakaian rapi dan membawa tas juga kopernya.“Rama kamu mau ke mana?” Wulan menghampirinya dengan tatapan khawatir.Rama hanya diam, tidak ingin menjawab pertanyaan tersebut. Ia hanya fokus membereskan barang-barangnya yang masih tersisa di meja kamar tersebut.“Rama, kamu yakin mau pergi? Kamu yakin mau meninggalkan keluargamu ini?” tanya Wulan.Rama masih tidak menjawab, sehingga Wulan langsung memegang tangan Rama dan menahan dirinya untuk berhenti membereskan barang-barang tersebut.“Rama, Tante sudah bilang jika kita harus membicarakan hal ini dulu, kamu tidak boleh langsung pergi seperti ini. Kamu akan membuat papahmu dan semua orang yang dekat denganmu khawatir jika kamu pergi seperti ini,” ujar Wulan.“Aku baik-baik saja,