"Se -- selamat? Maksudnya, Dok?" ucap Kemal tak paham.Begitu pun dengan Vani. Keduanya saling bersitatap lalu mengarahkan pandangannya kembali ke pada Sang Dokter."Iya selamat, istri bapak saat ini sedang hamil. Usia kandungannya sudah sekitar 7 minggu, untuk lebih pastinya akan di cek saat USG nanti. Karena keadaan ibunya lemah, jadi untuk sementara perlu di rawat intensif dulu ya, Pak, Bu," jelas Sang Dokter lalu segera permisi ke pasien lain."Ha -- hamil?" tanya Vani terjeda.Seketika luruh sudah air matanya, ia menangis sesegukan disana sambil memegangi perutnya."Saya tinggal urus administrasinya lagi ya, kamu baik-baik disini," ucap Kemal dan mendapat anggukan dari Vani.Setelah itu, Kemal pun segera berlalu meninggalkan Vani.Vani bingung apa yang harus dilakukannya kini. Ini artinya, ia pun tak bisa bersama dengan Kemal lagi karena ada malaikat kecil di rahimnya saat ini.Vani pun segera mengambil hpnya yang berada tak jauh darinya. Ia pun segera membuka blokiran nomor Gerr
"Haha iya, iya, yang istri bos deh haha," ucap Gerry sambil menggoda istrinya.Vani pun ikut tertawa karenanya. Rasa sakitnya perlahan mulai menghilang karena sekarang ia tahu bahwa suaminya memang selalu benar-benar ada disampingnya walaupun dalam wujud lain."Mas ... " panggil Vani."Apa, Dek?" tanya Gerry mengalihkan pandangannya."Eh kirain mau manggil 'Yang' haha. Mas Kemal kan kalo manggil pakenya 'Yang' kalo 'Dek' itu biasanya Mas Gerry," ucap Vani menggodanya."Huh. Dah - dah sekarang gak ada begitu, aku cuma satu hahha," ucap Gerry dan keduanya pun kembali tertawa bersama."Mas, jangan tinggain Adek lagi ya," ucap Vani sambil kembali memeluk Gerry."Gak akan, Dek. Mas gak mau kehilangan kamu lagi. Cukup sudah Mas selama ini nahan cemburu antara kelakuan kamu sama Kemal itu. Sumpah, sakit, Dek, ternyata begitu tuh," ucap Gerry sambil menopang dagunya di kepala Sang Istri."Haha, dia yang mulai dia yang takut. Awas aja kalau Mas berani godain cewe lain lagi," ancam Vani dan mel
"Ciee bumil aku, lama gak liat penampilannya eh sekarang udah tobat nie yee, eh berhijab maksudnya hahah," ledek Adel kepada Vani saat itu."Iya lah, kamu kapan tobatnya, Del? perasaan udah di deketin Oom Arkan tapi gak insyaf-insyaf deh sama penampilan haha," timpal Gerry."Dih, apaan sih, Mas. Aku tuh gak ada apa-apa ya sama Mas Arkan. Lagi pula, aku belum mau berhijab, apalagi kalau berhijab cuma gara-gara biar dapetin Mas Arkan doang, dih gak banget deh. Aku pingin berhijab ya karna diri aku bukan karena orang lain yee," ucap Adel tak terima."Iya deh iya, terus gimana hubungan kamu sama Oom Arkan?" tanya Gerry berusaha mengalihkan pembicaraannya."Ya gak gimana-gimana. Aku belum siap buat nikah lagi. Untuk saat ini, aku pingin fokus besarin Revan aja dulu," ucap Adel dan mendapat anggukan dari Gerry dan juga Vani."Kakak tumben ikut ke kantor?" tanya Adel saat mengetahui sang Kakak ikut datang ke kantornya hari itu."Hu'um, bosen aku dirumah, sekalian aku mau liatin dia nih takut
Mendengar kata darah, Gerry berlalu begitu saja meninggalkan ruang rapat. Pikirannya kacau dan sedikit kalut."Vani, semoga kamu gak kenapa-kenapa," ucapnya lirih.Lantai dua serasa jauh sekali baginya padahal ia telah berlari secepat yang ia bisa sehingga ia pun melupakan hpnya yang tertinggal di ruang rapat.Tak hanya Gerry, tapi orang yang berkumpul pun semua tampak panik mendengar kabar dari Adel.Arkan segera bangkit dari duduknya, lalu mengambil hpnya dan juga hp Gerry dan mendekati Adel."Kakakmu kenapa, Del?" tanya Arkan selembut mungkin."Kakak pendarahan," jawab Adel setelah sedikit tenang."Apa? pendarahan? Ayo kebawah," ajak Arkan dan mendapat anggukan dari Adel.Arkan, Adel dan beberapa orang itu pun segera menuju lantai dua tempat dimana Vani berada.Gerry telah tiba diruangan Adel dan sedikit panik saat melihat keadaan istrinya yang nampak pucat dan memegangi perutnya."Adek kenapa?" tanya Gerry panik saat melihat darah yang mulai keluar dari sela-sela celana Vani."Gak
Gerry pun segera memanggil suster yang berjaga disana, setelah di cek ternyata pembukaan sudah lengkap dan siap melahirkan.Gerry pun memposisikan dirinya di sebelah Vani. Dia pun merangkul tubuh istrinya. Satu tanganya memegang tangan Vani sedangkan satunya lagi membelai wajah Vani."Bismillah bisa yu, Sayang. Mas ada disini," lirih Gerry menguatkan istrinya itu."Ayo, Bu, dikit lagi, kepalanya udah nongol ini," ucap sang dokter yang menangani Vani.Vani pun berusaha mengatur napasnya yang sudah naik turun. Keringat dingin membasahi dahinya. Ia menggenggam erat tangan Gerry. Ia pun berusaha mengeluarkan bayi itu dengan susah payah.Gerry yang melihat Vani sedang berjuang tak bisa berkata apa-apa, hanya bisa sesekali mengecup kepala istrinya yang masih tertutup hijabnya. Gerry pun ikut merasakan mulas saat Vani mengejan dan merasakan kontraksi.Tak berselang lama, suara tangis bayi pun pecah memenuhi ruangan itu. Bersamaan tangisan itu, Vani pun mengehela napas panjang dan sedikit ter
"Ijinkan aku memilih ... agar aku yang bisa menggantikan istriku disana. Aku tak pernah bisa hidup tanpa dia, aku mencintainya Ya Allah. Aku mohon, semoga, Vani bisa segera sadar, begitu pun dengan anakku," doa Gerry dalam isak nya.Gerry percaya Allah gak akan pernah kasih ujian diluar batas kemampuan umatnya. Ia yakin, Vani dan Key pasti akan segera sadar dan bisa pulang.Gerry pun segera meninggalkan musholla setelah hatinya sedikit tenang. Ia berjalan kembali ke arah ICU tempat istrinya dirawat. Perutnya mulai terasa perih karena ia belum makan sama sekali. Hanya sarapan tadi pagi saja. Meskipun rasa lapar itu ada, tapi mulutnya benar-benar kelu dan tak bisa menelan apapun. Sampai di ruangan ICU tampak keluarganya masih berkumpul."Mas, makan dulu," ucap Amira sambil memberikan sebungkus nasi untuk Gerry."Mas gak laper, Mir," tolak Gerry, namun bunyi cacing di perutnya sama sekali tak bisa membohonginya. Perut Gerry pun berbunyi tanda minta di isi."Mas punya maag, kalau ampe te
"Adel bisa jadi ibu susu buat Key. Adel kan masih menyusui, lagi pula ASInya Adel pun banyak. Soalnya tiap pagi, dia masih suka naruh pumping ASI di freezer buat campuran makananya Revan," usul Pak Latif memecah kegundahan di hati Gerry."Kalau sama Adel, takut bermasalah sama Oom Arkan. Keknya Oom Arkan rada protektif juga sama Adel, deh," ucap Amira memberitahu."Kalau Gerry yang minta ijin mungkin bisa. Sebenarnya, tanpa Gerry minta pun, pasti Adel bakal mau, hanya aja emang gak enak di Arkan. Tapi, Bapak rasa Arkan bisa ngerti posisi Adel, bukannya Arkan pernah kehilangan anak sama istrinya juga dulu?" tanya Pak Latif memastikan."Iya. Oom Arkan pernah kehilangan istri sama anaknya, tapi belum sempet lahiran. Setelah itu, Oom Arkan kek ngejaga jarak sama semua cewe, kayanya baru Adel doang deh yang bisa bener-bener ngebikin dia begini lagi," jawab Amira."Ya udah, nanti coba aku WeA ke Adel buat minta dia jadi ibu susunya Key, sekalian minta ijin sama Oom Arkan. Aku juga gak mau d
"Anak saya kenapa, Sus?" tanya Gerry dengan sedikit panik."Anak anda sepertinya alergi susu sapi. Semua susu yang di coba ke dirinya tak ada yang mau diminum. Hanya ASI yang tadi diberikan. Ini berarti, Anda harus selalu sedia stok ASI setiap hari," ucap sang suster menjelaskan."Baik, Sus. Terimakasih infonya," jawab Gerry sambil menghela napas lega.Gerry bersyukur setidaknya ia tidak terlalu pusing mencari ibu susu untuk anaknya karena ada Adel yang membantunya.Namun, itu tak berlaku untuk Arkan, Arkan pun sedikit kesal dan cemburu karena itu berarti Adel dan Gerry akan tambah dekat.Gerry pun mengetahui kegundahan hati dari Arkan."Oom Arkan, maafin Gerry ya. Andai Gerry puya ibu susu yang lain, Gerry gak akan minta tolong ke Adel," ucap Gerry merasa tak enak hati dengan Arkan."Santai aja, Ger. Justru Adel seneng bisa ngebantu kamu dan Vani. Vani tuh berarti banget buat Adel, makanya dia mau lakuin apa aja buat Kakak satu-satunya itu," ucap Arkan.Arkan pun berusaha setenang mu
Teriakan Vani dan juga Rere membuat beberapa orang nampak terkejut tak terkecuali Gerry dan Wisnu yang berada di ruang tamu.Keduanya pun segera mencari sang mamah dengan wajah panik ke dalam rumahnya."Kamu kenapa sih, Dek? Teriak-teriak aja!" tegur Gerry kepada sang istri."Mama mana?" tanya Vani."Kamar," ucap Wisnu singkat.Vani dan Rere pun segera berlari kembali menuju kamar mamahnya.Gerry dan Wisnu yang nampak heran pun segera menyusul kedua wanita itu ke kamar mamahnya."Mamah," panggil Vani lalu segera berlari menuju Bu Wiwik yang tengah tertidur."Dek ngapain sih? Orang Mamah tidur juga!" seru Gerry sedikit kesal kepada sang istri."Sstt," ucap Rere menyuruhnya diam.Tanpa memperdulikan Gerry, Vani pun lalu mengecek denyut nadi dan juga napas Bu Wiwik kemudian ia menggeleng."Mbak jangan becanda!" Kali ini Rere yang berseru dan Vani tetap menggeleng.Gerry pun segera menghampiri sang istri dan melakukan hal yang sama namun nihil, Bu Wiwik pun sama telah berpulang.Wisnu yan
"Ma -- maksud Mamah gimana?" tanya Gerry sedikit tak paham."Gak jauh dari makam Mamah mu ada lahan kosong, itu buat makam Mamah nantinya. Mamah udah pesan sama penjaga makam sana waktu itu, tapi keknya mungkin dah disiapin juga sih, soalnya Mamah waktu itu bilang. 'Pas nanti anak saya minta makam ini di bongkar, nanti tolong gali di tempat ini juga. Ini punya saya, dan disana itu nanti timpa suami saya,'" ucap Bu Wiwik kemudian."Mamah kok bilang gitu sih, Mah? Mah, tolong lah jangan bikin Wisnu takut," gerutu Wisnu dan mendapat anggukan dari Gerry dan juga kedua istri mereka.Namun Bu Wiwik hanya menanggapi gerutuan itu dengan senyuman. Sebuah senyuman yang berbeda dari biasanya.Kini, jam pun telah menunjukkan pukul 08.30 WIB yang berarti sudah waktunya untuk jenazah Pak Leon di mandikan.Pekarangan yang tadinya berisi bunga-bunga pun di babat separuhnya dan diubah sebagai tempat pemandian terakhir sang Papah."Dek, kamu mau disini atau gimana?" tanya Gerry kepada sang istri saat m
"Dek, kamu mah ih, marah sama Adel malah aku yang kamu jambak," gerutu Gerry sambil memegangi kepalanya yang terasa sakit."Maaf," ucap Vani ketus.["Kakak ada apaan?! Kalau gak gua matiin nih telponnya!"]"Papah Leon meninggal," ucap Vani singkat.[Oh, APA? Papa meninggal? Becanda lu gak lucu Vania!"]"Apa gua bakal becanda kalau urusan kek gini?" tanya Vani balik dengan dingin.["Ng -- ya udah, nanti gua suru Mas Arkan kesana"]"Ya," ucap Vani singkat lalu segera menutup telponnya."Sabar, Dek," ucap Gerry sambil membelai lembut tangan sang istri dan mendapat anggukan dari Vani."Key, bobok dulu yuk, udah malem, mau Ayah gendong?" tanya Gerry kepada sang anak dan mendapat anggukan darinya."Cu cu," ucap Key dan mendapat anggukan dari Gerry."Dek, tolong bantuin aku ya. Aku harap kamu tetep kek gini, tetep tenang sampe aku kelar nidurin Key," ucap Gerry kepada sang istri."Iya, Mas. Aku titip Key ya, tata hati kamu dulu agar baik-baik aja, aku yakin kamu syok juga pasti," ucap Vani s
Hanya selang satu jam setelah Pak Leon masuk kedalam kamarnya, tiba-tiba Bu Wiwik pun berteriak histeris. Beruntung, Gerry dan Wisnu masih ada di ruang tamu sambil menonton tayangan bola."Wisnu, Gerry ...," pekik Bu Wiwik dengan histeris memanggil kedua anaknya itu.Mendengar sayup-sayup ada yang memanggil mereka, Wisnu dan Gerry pun lalu menghentikan aktivitasnya dan saling berpandangan satu sama lain."Mas, kok perasaan aku gak enak ya?" tanya Wisnu dan mendapat anggukan dari Gerry."Sama, Nu, perasaan Mas juga gak enak banget ini, samperin ayo, keknya ada sesuatu di kamar Papah sama Mamah," ajak Gerry dan mendapat anggukan dari Wisnu.Keduanya pun segera bangkit dari duduknya dan melangkah tergesa menuju kamar Bu Wiwik.Tok! Tok! Tok!Gerry mengetuk pintu kamar yang tertutup itu namun tak ada sahutan, hanya sayup-sayup terdengar Bu Wiwik yang menangis."Mas, bangun, Mas," ucap Bu Wiwik saat itu yang sayup-sayup terdengar."Mas ayo buka," ucap Wisnu dan mendapat anggukan dari Gerry
"Mamah sama Papah kok ngomong begitu sih? Kek mau pergi ninggalin kita aja," ucap Vani yang berada tak jauh dari mereka.Saat itu, mereka semua tengah bersantai bersama di ruang tamu. Vani dan Rere nampak sedang bermain dengan Key dan juga Revan, sedangkan Gerry dan juga Wisnu ada di sofa tak jauh dari mereka."Iya nih. Bikin Rere parno aja, Rere kan pingin ngerasain punya mertua kek di cerita-cerita gitu," timpal Rere kemudian."Kamu telat, Re gabungnya kalau sekarang mah kamu gak akan nemuin itu mertua jahat, coba dulu, pas masih awal kek aku, beuhh gak tahan, yakin dah seribu persen rasanya mending kaga usah punya mertua deh haha," ucap Vani sambil terkekeh dan menggidikkan bahunya.Mendengar ucapan Vani sontak Pak Leon dan Bu Wiwik pun mengalihkan pandangannya kearah mereka dengan wajah yang sedikit masam."Eh, aku salah ngomong kah?" tanya Vani pura-pura bingung saat melihat mereka berempat nampak memandanginya."Nggak! Tapi jangan terlalu jujur juga, Vania haha," ucap Bu Wiwik s
"Key di umah aja, Yah," ucap Key dan mendapat anggukan dari Gerry.Gerry pun segera mendorong kursi roda Vani menuju mobilnya dan tak lama mobil pun meluncur menuju rumah sakit tempat Vani kemarin di rawat."Dek, aku mau renov rumah yang ini boleh gak?" tanya Gerry kepada sang istri didalam mobilnya sambil memecah keheningan yang ada diantara mereka."Renov apanya, Mas?" tanya Vani sedikit penasaran."Ku bagi jadi dua, Dek," ucap Gerry.Gerry pun lalu menjelaskan perbincangannya semalam bersama kedua orangtuanya dan Gerry pun sudah memikirkan semuanya dengan baik.Namun, karena hal ini sedikit sensitif untuk dibahas semalam, karena itu Gerry pun meminta Vani untuk melayaninya dahulu agar bisa rileks namun nyatanya, Gerry pun baru bisa berterus-terang saat ini."Emm, iya juga sih, Mas, emang gak bebas kalau bareng-bareng mah, apalagi Wisnu kan mau nikah juga. Inget gak dulu pas kita juga pindah ke kontrakan? Keknya lebih nyaman aja kan meskipun emang kecil?" tanya Vani dan mendapat ang
Keempatnya pun lalu tertawa kembali."Udah, udah, yuk masuk, kasian yang punya istri sama anak di tinggalin. Kemaren aja nunggunya hampir mau dua tahun dan tiap malem ditangisin, giliran ada malah ditinggalin," kekeh Bu Wiwik meledek dan mendapat senyuman dari Gerry.Gerry pun nampak menggaruk sedikit tengkuknya yang tak gatal lalu segera beranjak bangun. Begitupun dengan Wisnu dan kedua orangtuanya.Mereka pun berjalan beriringan menuju rumah mereka dan mulai berpencar saat memasuki rumah.Gerry pun segera menuju kamarnya dilantai bawah, sedangkan Wisnu langsung berlari menuju kamarnya di lantai atas.Saat Gerry membuka pintu kamarnya, nampak Vani yang masih duduk di tepi ranjang sambil memainkan hpnya."Dek belum tidur?" tanya Gerry kepada sang istri.Vani yang saat itu tertunduk pun langsung menengadahkan kepalanya menengok ke arah sumber suara lalu menggeleng.Gerry pun langsung masuk menuju kamar mandinya untuk cuci tangan dan melepas bajunya yang terkena asap rokok itu.Tak lama
Wisnu yang baru pulang mengantar Rere itu tak sengaja melihat Sang Papa dan Masnya saling berpelukan satu sama lain disana.Ia pun merasa tak enak hati karena sudah mengganggu kedamaian antar dua lelaki itu. Kepalang malu, Wisnu pun segera menghampiri mereka berdua."Assalamu'alaikum," salam Wisnu lalu segera menyalami mereka berdua."Wa'alaikumsalam," jawab keduanya serempak."Baru pulang, Nu?" tanya Gerry ramah sambil tersenyum simpul.Wisnu pun melihat setitik embun yang berada di bawah mata Gerry saat itu.'Apa barusan Mas nangis ya? Tapi kenapa? Duh, bego banget sih gua, pake segala pulang cepet, jadi ganggu mereka berdua kan,' gerutu Wisnu didalam hatinya."Iya nih, Mas. Kok tumben kalian belum tidur Mas, Pah? Maaf ya, kalau kehadiran aku ganggu kegiatan kalian, aku bener-bener gak sengaja," ucap Wisnu dengan perasaan yang sedikit menyesal dan kikuk."Gak papa, kok, Nu, santai aja, lagi kita juga cuma ngobrol biasa," ucap Pak Leon sambil mengusap kasar matanya yang juga sedikit
"Papa sama Mamah tuh ngomong apa sih? Kok bisa-bisanya ngomong kaya gitu? kek mau meninggal aja," tanya Vani sedikit ketus."Dek," ucap Gerry sambil menyenggol lengan sang istri yang terlalu blak-blakan."Ya gak gimana-gimana. Lagi pula, Papah sama Mamah kan udah tua dan umur gak ada yang tau. Kita berharap agar bisa panjang umur, tapi kan kita gak tau nantinya gimana. Karena itu, sebelum kita nyesel karena gak bisa main bareng sama cucu, jadi mending kita main aja gitu. Bosen juga kan dirumah cuma berdua-dua doang, kalau ada Revan dan Key kan ada temen becandanya. Terserah deh, kamu sama Gerry mau kemana, mungkin mau bulan madu lagi gitu nikmatin waktu yang kemaren sempet hilang," ucap Pak Leon mengalihkan pembicaraannya.Semua orang yang ada disana pun nampak diam membeku. Tak ada yang bersuara lagi, semua kalut dengan pikirannya masing-masing."Hm, aku bilang Adel dulu ya, Pah, semoga aja Adel ijinin aku bawa Revan untuk tinggal disini," ucap Wisnu pada akhirnya dan mendapat angguk