"Anu, anu , anu apa, ha?!" bentak Kemal sambil menggebrak meja."Ma -- maaf, Pak," ucap Pak Ucup segera berdiri dan memberikan kursinya untuk Kemal.Tubuh Pak Ucup gemetar ketakutan, wajahnya pucat pasi, dia pun membatin, "Pak Kemal aja udah semenakutkan ini, gimana kalau Pak Gerrald marah ya? Bisa m*ti aku."Kemal pun langsung duduk di kursi yang diberikan Pak Ucup tadi, lalu menaruh kakinya di atas meja. Sungguh sifat bos yang sangat arogan.Suasaan ruangan itu nampak tegang, Kemal pun segera merubah posisi duduknya seperti biasanya dan kembali berucap, "Dimas, bikin surat pengunduran diri buat Megan dan Ucup. Serta pencekalan, kalau dia gak boleh balik lagi ke Corp, baik K, G dan juga Amira!""Baik, Mas," ucap Dimas gemetar.Vani yang berada disamping Dimas pun tak paham, namun dia mencoba mengingat-ingat kembali, apa yang dulu pernah diucapkan oleh Dimas kepadanya."Ja -- jangan pecat sa
"Eng -- enggak gitu maksudnya, Mas," ucap Vani tergagap.Gerry pun nampak diam saja tak menanggapi ucapan Vani, hatinya sedikit cemburu, padahal dia tau bahwa Kemal pun aslinya adalah dirinya.Vani bisa semudah itu jatuh hati kepada Kemal, berbeda dengan kepada dirinya dahulu, yang harus benar-benar berjuang menahan segala caci maki yang selalu dilontarkannya dahulu."Mas, aku sayangnya cuma sama kamu doang, beneran deh," rayu Vani kepada Gerry.Dia pun lalu menarik tubuh Gerry agar memeluknya dan mendaratkan bibir indahnya itu di bibir milik Gerry.Hanya sekilas dan itu langsung di lepaskan oleh Gerry."Mas ...," lirih Vani dengan tatapan yang sendu.Tak ada yang berbicara, Gerry pun tampak sedang bersusah payah menetralkan perasaan dihatinya."Aku percaya kamu, Sayang," ucap Gerry kembali lalu segera melumat bibir ranum milik Vani.Namun, lagi-lagi kembali di le
"Mas, laper," ucap Vani setelah keduanya sama-sama menikmati surga dunia."Ya udah, Mas siapin makan dulu ya, kamu pake baju dulu gih sana," titah Gerry lalu ia pun memakai bajunya dan berlalu menuju dapur.Sedangkan Vani, beralih ke dalam almarinya dan memilih bajunya. Setelah itu, ia pun segera menghampiri Gerry yang sudah menunggunya di ruang tamu.Tumis kangkung, telur balado serta tempe goreng tersaji disana, tak lupa ada seteko air dingin serta setoples kecil kerupuk udang kesukaan Gerry.Vani pun lalu mengambilkan nasi untuk Gerry terlebih dahulu baru untuk dirinya. Setelahnya, keduanya pun makan bersama."Mas, minggu depan tasyakuran Abimanyu," ucap Vani memberi tahu."Abimanyu?" tanya Gerry penasaran karena dia tak merasa mengenal nama itu."Anaknya Adel loh, Mas. Kemaren dia ngabarin kalau minggu depan dia mau bikin tasyakuran aqiqah si bayi," jelas Vani dan mendapat anggukan dari Gerry."Kamu gak beliin hadiah buat dia?" tanya Gerry kembali."Udah, Mas. Yang stroller itu ka
"Ini kan yang tadi di bikin Vani, tapi kenapa buat Kemal?" lirih Gerry tak paham."Kenapa lu?" tanya Dimas membuyarkan lamunan Gerry."Gak papa. Laporan gimana?" tanya Gerry berusaha mengalihkan perhatiannya."Udah beres, tinggal nunggu data fisik di rapihin dari Gita sama Vani. Ke Amira pake mobil lu atau gua?" tanya Dimas kembali."Lu aja, gua belom bisa nyetir lagi, nanti nabrak malah bahaya," jawab Gerry singkat.Ia pun segera menyalakan laptop Dimas dan mulai membuat laporannya disana.Sekitar pukul 09.30, keduanya pun akhirnya berkemas karena akan melakukan rapat bersama beberapa direksi di Amira Corp."Lu ke meja Vani dulu, Ger, ambil notanya," titah Dimas dan mendapat anggukan dari Gerry.Setelah keduanya berkemas, mereka pun lalu segera menuju parkiran mobil, tak lupa sebelumnya Gerry mampir dahulu ke bilik Vani."Hay cantik, dah kelar belum tugasnya?" tanya Kemal dari depan biliknya."Udah, ini," ucap Vani seraya menyerahkan tumpukan nota kepada Kemal."Cantik, makasih ya be
'Senyum Mas Gerry kenapa mirip banget sama Mas Kemal yah. Duh, aku pusing kalau ngeliat keduanya, kenapa mereka begitu mirip kek pinang dibelah dua,' batin Vani dalam hati.Vani dan Gerry masih terus video call, namun karena kembali di mute, keduanya jadi tidak bisa mendengar apa yang diobrolkan oleh orang disekelilingnya.Vani pun merasa bosan dan sepi, akhirnya, ia pun menghubungi Kemal kembali.Vania🥰:: [Kamu masih sibuk, Mas?]Bos Kemal: [udah ngga. Nih lagi pada nyantai]Vania🥰: [ada Mas Gerry juga dong disitu? Katanya dia ada rapat di Amira]Bos Kemal: [ada. Masih VC kamu sama dia?]Vania🥰: [masih nih kok, ini sambil VC sambil chat-an juga]Bos Kemal: [mulai nakal yah, kamu]Vania🥰: [salah siapa godain mulu]Vani tak tahu jika selama ini, ia pun sebenarnya chat dengan orang yang sama. Baik Kemal maupun Gerry keduanya adalah orang yang sama.***Hari pun beranjak sore, sekitar pukul 14.00, Gerry pun langsung pulang kerumahnya tanpa ke kantor dahulu. Sedangkan Dimas masih haru
"Mengakhiri apa, Mas?" tanya Vani penasaran, lalu menghampiri Gerry dan duduk dipangkuannya.Beruntung, Gerry segera menutup aplikasi WeAnya yang satu jadi tak ketauan oleh Vani."Laporannya, Dek, pusing hahah," jawab Gerry lalu memeluk tubuh Vani. "Kenapa sayang? Pasti ada maunya ini kalau udah manja gini mah.""Jajan diluar yuk, Mas," ajak Vani dengan muka di buat sedikit manis manja."Hmm, boleh, kebetulan Mas juga lagi sumuk. Tapi kamu yang bawa motor ya, apa mau jalan aja?" tanya Gerry memberi pilihan."Jalan aja yuk, Mas, biar romantis, ke depan gang doang kok hee," jawab Vani dan mendapat anggukan dari Gerry.Setelah itu Vani pun segera bersiap, dan Gerry membereskan berkasnya.Mereka pun lalu bergandengan menyusuri jalanan gang sambil sesekali tertawa bersama.Di depan gang berjejer banyak tukang jualan bahkan hampir sampai di depan kantor K.Setelah puas jajan keduanya pun lalu pulang kerumah, selama di jalan mereka pun makan bersama jajanan tersebut.Setibanya dirumah, setel
"Pelan-pelan, Mas, sakit," keluh Vani sast merasa Gerry sedikit kasar kepadanya."Sakit? Lebih sakit mana saat kamu tau apa yang dipikirkan istri kamu bukanlah kamu sebagai suaminya dan malah orang lain?" tanya Gerry sarkas.Vani tak bisa menjawabnya dan berusaha pasrah saja karena percuma dia berontak yang ada malah akan membuat Gerry semakin marah.Mereka pun mencapai kenikmatannya bersama meskipun dengan sedikit rasa sakit. Setelah melakukan itu, Gerry pun memilih untuk segera tidur dan tak memperdulikan Vani.Melihat sikap Gerry yang seperti itu, membuat hati Vani sedikit sakit dan terasa nyeri.Keesokan paginya, Vani bangun terlebih dahulu dibandingkan Gerry. Ia pun segera mandi besar dan menyiapkan sarapan untuk Gerry dan dirinya. Sedangkan Gerry, bangun sedikit terlambat, tepat saat Vani baru saja menyelesaikan masakannya."Baru mau aku bangunin, Mas," sapa Vani namun tak di gubris oleh Gerry.Gerry pun berlalu menuju kamar mandinya dan segera mandi.Selesai mandi, Gerry pun la
Vani melemparkan gelasnya tepat mengenai kepala Gerry. Dan perlahan darah pun mulai merembes ke sela-sela rambutnya."Kamu berani ngelawan saya? Saya suami kamu, Vania!" sentak Gerry mengepalkan tinjunya. Giginya saling beradu sehingga menciptakan bunyi gemetruk."Aku gak akan berani ngelawan kamu, kalau bukan kamu yang mulai duluan, Mas! Kamu yang udah mulai ngelempar hp aku gitu aja, apa aku salah!" sentak Vani tak kalah emosi. Ucapannya penuh dengan penekanan."Salah! Karena kamu udah berani main api dibelakang aku! Wajar aku marah, kenapa kamu bisa khianatin aku kaya gini, apalagi kamu ngelakuin itu sama bos mu sendiri!" ucap Gerry kembali dengan intonasi yang sedikit menurun."Karena aku udah gak cinta lagi sama kamu! Aku bosen hidup susah sama kamu, aku pingin bahagia,Mas. Aku pingin ngabisin waktu aku sama orang yang aku sayangi. Puas kamu, Mas!" ucap Vani sambil menunjuk-nunjuk jarinya ke wajah Gerry."Apa selama ini aku selalu bikin kamu susah, hah?" tanya Gerry kembali."Ya!
Teriakan Vani dan juga Rere membuat beberapa orang nampak terkejut tak terkecuali Gerry dan Wisnu yang berada di ruang tamu.Keduanya pun segera mencari sang mamah dengan wajah panik ke dalam rumahnya."Kamu kenapa sih, Dek? Teriak-teriak aja!" tegur Gerry kepada sang istri."Mama mana?" tanya Vani."Kamar," ucap Wisnu singkat.Vani dan Rere pun segera berlari kembali menuju kamar mamahnya.Gerry dan Wisnu yang nampak heran pun segera menyusul kedua wanita itu ke kamar mamahnya."Mamah," panggil Vani lalu segera berlari menuju Bu Wiwik yang tengah tertidur."Dek ngapain sih? Orang Mamah tidur juga!" seru Gerry sedikit kesal kepada sang istri."Sstt," ucap Rere menyuruhnya diam.Tanpa memperdulikan Gerry, Vani pun lalu mengecek denyut nadi dan juga napas Bu Wiwik kemudian ia menggeleng."Mbak jangan becanda!" Kali ini Rere yang berseru dan Vani tetap menggeleng.Gerry pun segera menghampiri sang istri dan melakukan hal yang sama namun nihil, Bu Wiwik pun sama telah berpulang.Wisnu yan
"Ma -- maksud Mamah gimana?" tanya Gerry sedikit tak paham."Gak jauh dari makam Mamah mu ada lahan kosong, itu buat makam Mamah nantinya. Mamah udah pesan sama penjaga makam sana waktu itu, tapi keknya mungkin dah disiapin juga sih, soalnya Mamah waktu itu bilang. 'Pas nanti anak saya minta makam ini di bongkar, nanti tolong gali di tempat ini juga. Ini punya saya, dan disana itu nanti timpa suami saya,'" ucap Bu Wiwik kemudian."Mamah kok bilang gitu sih, Mah? Mah, tolong lah jangan bikin Wisnu takut," gerutu Wisnu dan mendapat anggukan dari Gerry dan juga kedua istri mereka.Namun Bu Wiwik hanya menanggapi gerutuan itu dengan senyuman. Sebuah senyuman yang berbeda dari biasanya.Kini, jam pun telah menunjukkan pukul 08.30 WIB yang berarti sudah waktunya untuk jenazah Pak Leon di mandikan.Pekarangan yang tadinya berisi bunga-bunga pun di babat separuhnya dan diubah sebagai tempat pemandian terakhir sang Papah."Dek, kamu mau disini atau gimana?" tanya Gerry kepada sang istri saat m
"Dek, kamu mah ih, marah sama Adel malah aku yang kamu jambak," gerutu Gerry sambil memegangi kepalanya yang terasa sakit."Maaf," ucap Vani ketus.["Kakak ada apaan?! Kalau gak gua matiin nih telponnya!"]"Papah Leon meninggal," ucap Vani singkat.[Oh, APA? Papa meninggal? Becanda lu gak lucu Vania!"]"Apa gua bakal becanda kalau urusan kek gini?" tanya Vani balik dengan dingin.["Ng -- ya udah, nanti gua suru Mas Arkan kesana"]"Ya," ucap Vani singkat lalu segera menutup telponnya."Sabar, Dek," ucap Gerry sambil membelai lembut tangan sang istri dan mendapat anggukan dari Vani."Key, bobok dulu yuk, udah malem, mau Ayah gendong?" tanya Gerry kepada sang anak dan mendapat anggukan darinya."Cu cu," ucap Key dan mendapat anggukan dari Gerry."Dek, tolong bantuin aku ya. Aku harap kamu tetep kek gini, tetep tenang sampe aku kelar nidurin Key," ucap Gerry kepada sang istri."Iya, Mas. Aku titip Key ya, tata hati kamu dulu agar baik-baik aja, aku yakin kamu syok juga pasti," ucap Vani s
Hanya selang satu jam setelah Pak Leon masuk kedalam kamarnya, tiba-tiba Bu Wiwik pun berteriak histeris. Beruntung, Gerry dan Wisnu masih ada di ruang tamu sambil menonton tayangan bola."Wisnu, Gerry ...," pekik Bu Wiwik dengan histeris memanggil kedua anaknya itu.Mendengar sayup-sayup ada yang memanggil mereka, Wisnu dan Gerry pun lalu menghentikan aktivitasnya dan saling berpandangan satu sama lain."Mas, kok perasaan aku gak enak ya?" tanya Wisnu dan mendapat anggukan dari Gerry."Sama, Nu, perasaan Mas juga gak enak banget ini, samperin ayo, keknya ada sesuatu di kamar Papah sama Mamah," ajak Gerry dan mendapat anggukan dari Wisnu.Keduanya pun segera bangkit dari duduknya dan melangkah tergesa menuju kamar Bu Wiwik.Tok! Tok! Tok!Gerry mengetuk pintu kamar yang tertutup itu namun tak ada sahutan, hanya sayup-sayup terdengar Bu Wiwik yang menangis."Mas, bangun, Mas," ucap Bu Wiwik saat itu yang sayup-sayup terdengar."Mas ayo buka," ucap Wisnu dan mendapat anggukan dari Gerry
"Mamah sama Papah kok ngomong begitu sih? Kek mau pergi ninggalin kita aja," ucap Vani yang berada tak jauh dari mereka.Saat itu, mereka semua tengah bersantai bersama di ruang tamu. Vani dan Rere nampak sedang bermain dengan Key dan juga Revan, sedangkan Gerry dan juga Wisnu ada di sofa tak jauh dari mereka."Iya nih. Bikin Rere parno aja, Rere kan pingin ngerasain punya mertua kek di cerita-cerita gitu," timpal Rere kemudian."Kamu telat, Re gabungnya kalau sekarang mah kamu gak akan nemuin itu mertua jahat, coba dulu, pas masih awal kek aku, beuhh gak tahan, yakin dah seribu persen rasanya mending kaga usah punya mertua deh haha," ucap Vani sambil terkekeh dan menggidikkan bahunya.Mendengar ucapan Vani sontak Pak Leon dan Bu Wiwik pun mengalihkan pandangannya kearah mereka dengan wajah yang sedikit masam."Eh, aku salah ngomong kah?" tanya Vani pura-pura bingung saat melihat mereka berempat nampak memandanginya."Nggak! Tapi jangan terlalu jujur juga, Vania haha," ucap Bu Wiwik s
"Key di umah aja, Yah," ucap Key dan mendapat anggukan dari Gerry.Gerry pun segera mendorong kursi roda Vani menuju mobilnya dan tak lama mobil pun meluncur menuju rumah sakit tempat Vani kemarin di rawat."Dek, aku mau renov rumah yang ini boleh gak?" tanya Gerry kepada sang istri didalam mobilnya sambil memecah keheningan yang ada diantara mereka."Renov apanya, Mas?" tanya Vani sedikit penasaran."Ku bagi jadi dua, Dek," ucap Gerry.Gerry pun lalu menjelaskan perbincangannya semalam bersama kedua orangtuanya dan Gerry pun sudah memikirkan semuanya dengan baik.Namun, karena hal ini sedikit sensitif untuk dibahas semalam, karena itu Gerry pun meminta Vani untuk melayaninya dahulu agar bisa rileks namun nyatanya, Gerry pun baru bisa berterus-terang saat ini."Emm, iya juga sih, Mas, emang gak bebas kalau bareng-bareng mah, apalagi Wisnu kan mau nikah juga. Inget gak dulu pas kita juga pindah ke kontrakan? Keknya lebih nyaman aja kan meskipun emang kecil?" tanya Vani dan mendapat ang
Keempatnya pun lalu tertawa kembali."Udah, udah, yuk masuk, kasian yang punya istri sama anak di tinggalin. Kemaren aja nunggunya hampir mau dua tahun dan tiap malem ditangisin, giliran ada malah ditinggalin," kekeh Bu Wiwik meledek dan mendapat senyuman dari Gerry.Gerry pun nampak menggaruk sedikit tengkuknya yang tak gatal lalu segera beranjak bangun. Begitupun dengan Wisnu dan kedua orangtuanya.Mereka pun berjalan beriringan menuju rumah mereka dan mulai berpencar saat memasuki rumah.Gerry pun segera menuju kamarnya dilantai bawah, sedangkan Wisnu langsung berlari menuju kamarnya di lantai atas.Saat Gerry membuka pintu kamarnya, nampak Vani yang masih duduk di tepi ranjang sambil memainkan hpnya."Dek belum tidur?" tanya Gerry kepada sang istri.Vani yang saat itu tertunduk pun langsung menengadahkan kepalanya menengok ke arah sumber suara lalu menggeleng.Gerry pun langsung masuk menuju kamar mandinya untuk cuci tangan dan melepas bajunya yang terkena asap rokok itu.Tak lama
Wisnu yang baru pulang mengantar Rere itu tak sengaja melihat Sang Papa dan Masnya saling berpelukan satu sama lain disana.Ia pun merasa tak enak hati karena sudah mengganggu kedamaian antar dua lelaki itu. Kepalang malu, Wisnu pun segera menghampiri mereka berdua."Assalamu'alaikum," salam Wisnu lalu segera menyalami mereka berdua."Wa'alaikumsalam," jawab keduanya serempak."Baru pulang, Nu?" tanya Gerry ramah sambil tersenyum simpul.Wisnu pun melihat setitik embun yang berada di bawah mata Gerry saat itu.'Apa barusan Mas nangis ya? Tapi kenapa? Duh, bego banget sih gua, pake segala pulang cepet, jadi ganggu mereka berdua kan,' gerutu Wisnu didalam hatinya."Iya nih, Mas. Kok tumben kalian belum tidur Mas, Pah? Maaf ya, kalau kehadiran aku ganggu kegiatan kalian, aku bener-bener gak sengaja," ucap Wisnu dengan perasaan yang sedikit menyesal dan kikuk."Gak papa, kok, Nu, santai aja, lagi kita juga cuma ngobrol biasa," ucap Pak Leon sambil mengusap kasar matanya yang juga sedikit
"Papa sama Mamah tuh ngomong apa sih? Kok bisa-bisanya ngomong kaya gitu? kek mau meninggal aja," tanya Vani sedikit ketus."Dek," ucap Gerry sambil menyenggol lengan sang istri yang terlalu blak-blakan."Ya gak gimana-gimana. Lagi pula, Papah sama Mamah kan udah tua dan umur gak ada yang tau. Kita berharap agar bisa panjang umur, tapi kan kita gak tau nantinya gimana. Karena itu, sebelum kita nyesel karena gak bisa main bareng sama cucu, jadi mending kita main aja gitu. Bosen juga kan dirumah cuma berdua-dua doang, kalau ada Revan dan Key kan ada temen becandanya. Terserah deh, kamu sama Gerry mau kemana, mungkin mau bulan madu lagi gitu nikmatin waktu yang kemaren sempet hilang," ucap Pak Leon mengalihkan pembicaraannya.Semua orang yang ada disana pun nampak diam membeku. Tak ada yang bersuara lagi, semua kalut dengan pikirannya masing-masing."Hm, aku bilang Adel dulu ya, Pah, semoga aja Adel ijinin aku bawa Revan untuk tinggal disini," ucap Wisnu pada akhirnya dan mendapat angguk