Keduanya pun kini tengah menikmati sarapan pagi di ruang depan."Kamu gak kerja, Dek?" tanya Gerry kepada istrinya itu."Ngga, Mas. Cape banget rasanya," keluh Vani kemudian.Dia pun mengambil hpnya di dalam kamar, lalu menghubungi Gita dan mengabarinya bahwa hari ini dia tak masuk kerja karena sakit."Ya udah istirahat aja sana kalau masih sakit, mah," titah Gerry dan mendapat anggukan dari Vani."Mas ... kelonin," lirih Vani dengan suara yang manja."Lemes," ucap Gerry singkat.Gerry tau kemana arah pembicaraan Vani itu. Dia sebenarnya ingin, hanya saja dia merasa kasian dengan istrinya dan juga, dia pun sudah mulai merasakan ngilu didaerah kaki-kakinya."Hu'uh payah," gerutu Vani, lalu pergi menuju kamarnya dan kemudian tidur.Setelah memastikan Vani tak ada, Gerry pun akhirnya menghubungi Dimas bahwa hari ini dia jangan kerumah dahulu karena Vani ada dirumah dan tidak bekerja.***Keesokan harinya, setelah Vani pergi bekerja, Dimas pun bertemu dengan Gerry. Gerry memilih waktu di
Keesokan harinya, Dimas datang kembali kerumah Gerry di jam yang sama yaitu jam 09.00. Namun kali ini, dia tidak datang sendiri, tapi bersama seorang wanita muda.Diperkirakan wanita itu seumuran dengan Gerry, hanya saja memiliki tubuh yang sedikit mungil seperti Vani. Mahkotanya saat itu sudah tertutup dengan selembar hijab, membuatnya nampak anggun dan juga berbeda.Gerry menunggu kedatangan kedua tamunya itu di teras depan rumahnya. Mulai hari ini sampai satu setengah bulan kedepan dirinya tak akan pergi terapi lagi, dikarenakan sudah memasuki bulan Ramadhan, dan sang Kyai tak menerima terapi di bulan suci itu."Assalamu'alaikum," ucap kedua orang itu."Wa'alaikumsalam," jawab Gerry sambil tersenyum.Wanita itu pun lalu menghambur kepelukan Gerry. Memeluk Gerry yang saat itu masih terduduk di kursi rodanya. Gerry pun membalas pelukan wanita tadi."Miss you, Ger," bisik wanita itu di telinga Gerry.Tak lama, wanita itu pun terisak dipelukan Gerry. Gerry hanya mendiamkannya saja. Dib
Penampilan Gerry saat itu benar-benar mirip dengan Kemal yang sedikit urakan.Dia pun dibuat takjub oleh keahlian Nawang dalam mengubah dirinya menjadi sosok Kemal. Sekilas memang keduanya mirip, yang membedakan adalah gaya pakaiannya saja, mungkin jika Kemal oub berpenampilan rapi akan sangat benar-benar mirip.Nawang memang benar-benar sudah hapal tentang semua kebiasaan dari Kemal karena mereka sudah berpacaran dari jaman kuliah. Tak hanya itu, mereka pun sudah tinggal bersama selama lima tahun itu, jadi sangat wajar, jika tak mudah bagi Nawang untuk melupakan Kemal begitu saja.***Hari terus berlalu, sampai akhirnya bulan Ramadhan pun tiba. Gerry dan Vani pun memutuskan selama bulan Ramadhan ini keduanya akan berada di rumah orang tua Vani saja karena setelah mulai hidup mengontrak dan memulai terapi, Vani dan Gerry pun tak pernah lagi berkunjung kerumah orang tuanya.Hampir empat bulan lamanya mereka tak lagi berada disana. Sesampai
"Mas! Apa-apaan sih, kamu?!" Seru Vani tampak kesal.Gerry pun lalu menjalankan kursi rodanya kearah Vani dan juga Adel."Amira gak mungkin ngerebut Wisnu dari kamu. Kamu gak usah ngada-ngada dah, Del," ucap Gerry tak terima."Tapi emang bener, Mas, Mas Wisnu emang selingkuh sama Bu Amira," bela Adel meyakinkan Gerry."Mas Gerry kenapa sih? Kaya gak terima banget kalau Bu Amira di tuduh pelakor. Apa jangan-jangan Mas Gerry punya masa lalu sama Bu Amira?" tuduh Vani kepada Gerry."E -- enggak! Aku gak ada apa-apa sama Amira," kilah Gerry."Kalau gak ada apa-apa kenapa harus gak suka kaya gitu," cerca Vani kembali."Ini, Mas, kalau gak percaya," ucap Adel sambil memberikan hpnya kepada Gerry.Sebuah foto Wisnu sedang bermesraan dengan wanita lain yang tampak lebih cantik dan lebih berkelas dibanding dengan Adel."B*bi! Ini bukan Amira, ini Sandra. Awas aja, gua cari
"Dek, kuat yuk, kita siapin kue dan makanan untuk Bude, Pade,Nenek dan Kakek nanti," ajak Adel kepada si jabang bayik.Setelah itu, Adel pun segera keluar kamar dan mulai menata makanan itu di meja ruang tamu. Kebiasaan di rumah Pak Latif adalah setelah Solat Id, mereka akan melakukan sungkem dahulu baru makan ketupat bersama, setelah itu barulah mereka berkeliling. Adel selesai menata makanan berbarengan dengan kedatangan Pak Latif dan juga Gerry disana. Setelah mengucapkan salam, mereka pun lalu bergegas kedalam kamarnya masing-masing, begitu pun dengan Adel.Dia kembali menata hatinya agar terlihat baik-baik saja meskipun hatinya saat itu menangis karena lagi dan lagi dia iri kepada Sang Kakak. Kini, Adel sadar, rasa irinya itu kini membawa kedalam jurang penyesalan yang dalam.***Sementara itu, tak lama Gerry masuk kekamar, Vani pun langsung masuk setelah mengucapkan salam. Dia lalu menutup pintu kamarnya dan memberes
"G*la! Apa Adel tau sesuatu tentang gua? Ngga! Ini gak bisa di biarin," pikir Gerry.Pikirannya sedikit kalut mendengar ucapan Adel barusan hingga tanpa sadar, mereka pun kini sudah berada tepat di depan rumah Pak Leon.Jarak antar rumah Pak Leon dan Pak Latif hanya berjarak dua blok saja, biasanya mereka akan menggunakan motor, namun sepertinya mereka saat ini ingin berjalan saja beramai-ramai.Suasana rumah Pak Leon nampak sedikit lengang. Setelah mengucapkan salam, tak berapa lama ada yang membukakan pintu rumah itu dan ternyata itu adalah Bik Uni."Bibi?" tanya Gerry tak percaya."Den Gerrald?" tanya bibi terkejut.Dia tak percaya majikannya yang dulu itu ada dihadapannua sekarang. Dipun langsung segera memeluk Gerry dan terisak karenanya."Bibi kemana aja selama ini?" tanya Gerry setelah melepas pelukannya."Bibi pulang kampung, Den. Semenjak Den Wisnu nikah, saya disuru p
Gerry pun segera menghubungi Dimas dan meminta semua laporan perusahaannya segera dikirim kepada dirinya."Tumben, ada apa?" tanya Dimas yang penasaran dari sebrang telpon sana."Gua udah sembuh. Mungkin minggu depan gua udah mulai balik gawe lagi," ucap Gerry singkat."Se -- seriusan, Lu?" tanya Dimas tergagap."Iya!" jawab Gerry dengan singkat namun tegas."Oke, gua urus semua keperluan lu disini. Minggu depan gua jemput lu di kontrakan," ucap Dimas kembali dan mendapat gumaman dari Gerry.Gerry pun segera menutup telponnya dan mengambil kembali kruknya."Vani gak boleh tau kalau aku udah bisa jalan normal. Berarti, aku dirumah masih harus pake kruk ini, sedangkan di kantor aku udah normal. Okeh, baiklah, gak sabar mau liat bagaimana reaksi Vani nanti," ujar Gerry bermonolog.***Seminggu pun berlalu, Dimas sudah menyelesaikan semua laporannya serta proyek yang tengah ditanganinya saat ini. Gerry pun baru tahu jika saat ini Dimas pun mengikut sertakan Vani dan juga Gita dalam semua
"Anu, anu , anu apa, ha?!" bentak Kemal sambil menggebrak meja."Ma -- maaf, Pak," ucap Pak Ucup segera berdiri dan memberikan kursinya untuk Kemal.Tubuh Pak Ucup gemetar ketakutan, wajahnya pucat pasi, dia pun membatin, "Pak Kemal aja udah semenakutkan ini, gimana kalau Pak Gerrald marah ya? Bisa m*ti aku."Kemal pun langsung duduk di kursi yang diberikan Pak Ucup tadi, lalu menaruh kakinya di atas meja. Sungguh sifat bos yang sangat arogan.Suasaan ruangan itu nampak tegang, Kemal pun segera merubah posisi duduknya seperti biasanya dan kembali berucap, "Dimas, bikin surat pengunduran diri buat Megan dan Ucup. Serta pencekalan, kalau dia gak boleh balik lagi ke Corp, baik K, G dan juga Amira!""Baik, Mas," ucap Dimas gemetar.Vani yang berada disamping Dimas pun tak paham, namun dia mencoba mengingat-ingat kembali, apa yang dulu pernah diucapkan oleh Dimas kepadanya."Ja -- jangan pecat sa
Teriakan Vani dan juga Rere membuat beberapa orang nampak terkejut tak terkecuali Gerry dan Wisnu yang berada di ruang tamu.Keduanya pun segera mencari sang mamah dengan wajah panik ke dalam rumahnya."Kamu kenapa sih, Dek? Teriak-teriak aja!" tegur Gerry kepada sang istri."Mama mana?" tanya Vani."Kamar," ucap Wisnu singkat.Vani dan Rere pun segera berlari kembali menuju kamar mamahnya.Gerry dan Wisnu yang nampak heran pun segera menyusul kedua wanita itu ke kamar mamahnya."Mamah," panggil Vani lalu segera berlari menuju Bu Wiwik yang tengah tertidur."Dek ngapain sih? Orang Mamah tidur juga!" seru Gerry sedikit kesal kepada sang istri."Sstt," ucap Rere menyuruhnya diam.Tanpa memperdulikan Gerry, Vani pun lalu mengecek denyut nadi dan juga napas Bu Wiwik kemudian ia menggeleng."Mbak jangan becanda!" Kali ini Rere yang berseru dan Vani tetap menggeleng.Gerry pun segera menghampiri sang istri dan melakukan hal yang sama namun nihil, Bu Wiwik pun sama telah berpulang.Wisnu yan
"Ma -- maksud Mamah gimana?" tanya Gerry sedikit tak paham."Gak jauh dari makam Mamah mu ada lahan kosong, itu buat makam Mamah nantinya. Mamah udah pesan sama penjaga makam sana waktu itu, tapi keknya mungkin dah disiapin juga sih, soalnya Mamah waktu itu bilang. 'Pas nanti anak saya minta makam ini di bongkar, nanti tolong gali di tempat ini juga. Ini punya saya, dan disana itu nanti timpa suami saya,'" ucap Bu Wiwik kemudian."Mamah kok bilang gitu sih, Mah? Mah, tolong lah jangan bikin Wisnu takut," gerutu Wisnu dan mendapat anggukan dari Gerry dan juga kedua istri mereka.Namun Bu Wiwik hanya menanggapi gerutuan itu dengan senyuman. Sebuah senyuman yang berbeda dari biasanya.Kini, jam pun telah menunjukkan pukul 08.30 WIB yang berarti sudah waktunya untuk jenazah Pak Leon di mandikan.Pekarangan yang tadinya berisi bunga-bunga pun di babat separuhnya dan diubah sebagai tempat pemandian terakhir sang Papah."Dek, kamu mau disini atau gimana?" tanya Gerry kepada sang istri saat m
"Dek, kamu mah ih, marah sama Adel malah aku yang kamu jambak," gerutu Gerry sambil memegangi kepalanya yang terasa sakit."Maaf," ucap Vani ketus.["Kakak ada apaan?! Kalau gak gua matiin nih telponnya!"]"Papah Leon meninggal," ucap Vani singkat.[Oh, APA? Papa meninggal? Becanda lu gak lucu Vania!"]"Apa gua bakal becanda kalau urusan kek gini?" tanya Vani balik dengan dingin.["Ng -- ya udah, nanti gua suru Mas Arkan kesana"]"Ya," ucap Vani singkat lalu segera menutup telponnya."Sabar, Dek," ucap Gerry sambil membelai lembut tangan sang istri dan mendapat anggukan dari Vani."Key, bobok dulu yuk, udah malem, mau Ayah gendong?" tanya Gerry kepada sang anak dan mendapat anggukan darinya."Cu cu," ucap Key dan mendapat anggukan dari Gerry."Dek, tolong bantuin aku ya. Aku harap kamu tetep kek gini, tetep tenang sampe aku kelar nidurin Key," ucap Gerry kepada sang istri."Iya, Mas. Aku titip Key ya, tata hati kamu dulu agar baik-baik aja, aku yakin kamu syok juga pasti," ucap Vani s
Hanya selang satu jam setelah Pak Leon masuk kedalam kamarnya, tiba-tiba Bu Wiwik pun berteriak histeris. Beruntung, Gerry dan Wisnu masih ada di ruang tamu sambil menonton tayangan bola."Wisnu, Gerry ...," pekik Bu Wiwik dengan histeris memanggil kedua anaknya itu.Mendengar sayup-sayup ada yang memanggil mereka, Wisnu dan Gerry pun lalu menghentikan aktivitasnya dan saling berpandangan satu sama lain."Mas, kok perasaan aku gak enak ya?" tanya Wisnu dan mendapat anggukan dari Gerry."Sama, Nu, perasaan Mas juga gak enak banget ini, samperin ayo, keknya ada sesuatu di kamar Papah sama Mamah," ajak Gerry dan mendapat anggukan dari Wisnu.Keduanya pun segera bangkit dari duduknya dan melangkah tergesa menuju kamar Bu Wiwik.Tok! Tok! Tok!Gerry mengetuk pintu kamar yang tertutup itu namun tak ada sahutan, hanya sayup-sayup terdengar Bu Wiwik yang menangis."Mas, bangun, Mas," ucap Bu Wiwik saat itu yang sayup-sayup terdengar."Mas ayo buka," ucap Wisnu dan mendapat anggukan dari Gerry
"Mamah sama Papah kok ngomong begitu sih? Kek mau pergi ninggalin kita aja," ucap Vani yang berada tak jauh dari mereka.Saat itu, mereka semua tengah bersantai bersama di ruang tamu. Vani dan Rere nampak sedang bermain dengan Key dan juga Revan, sedangkan Gerry dan juga Wisnu ada di sofa tak jauh dari mereka."Iya nih. Bikin Rere parno aja, Rere kan pingin ngerasain punya mertua kek di cerita-cerita gitu," timpal Rere kemudian."Kamu telat, Re gabungnya kalau sekarang mah kamu gak akan nemuin itu mertua jahat, coba dulu, pas masih awal kek aku, beuhh gak tahan, yakin dah seribu persen rasanya mending kaga usah punya mertua deh haha," ucap Vani sambil terkekeh dan menggidikkan bahunya.Mendengar ucapan Vani sontak Pak Leon dan Bu Wiwik pun mengalihkan pandangannya kearah mereka dengan wajah yang sedikit masam."Eh, aku salah ngomong kah?" tanya Vani pura-pura bingung saat melihat mereka berempat nampak memandanginya."Nggak! Tapi jangan terlalu jujur juga, Vania haha," ucap Bu Wiwik s
"Key di umah aja, Yah," ucap Key dan mendapat anggukan dari Gerry.Gerry pun segera mendorong kursi roda Vani menuju mobilnya dan tak lama mobil pun meluncur menuju rumah sakit tempat Vani kemarin di rawat."Dek, aku mau renov rumah yang ini boleh gak?" tanya Gerry kepada sang istri didalam mobilnya sambil memecah keheningan yang ada diantara mereka."Renov apanya, Mas?" tanya Vani sedikit penasaran."Ku bagi jadi dua, Dek," ucap Gerry.Gerry pun lalu menjelaskan perbincangannya semalam bersama kedua orangtuanya dan Gerry pun sudah memikirkan semuanya dengan baik.Namun, karena hal ini sedikit sensitif untuk dibahas semalam, karena itu Gerry pun meminta Vani untuk melayaninya dahulu agar bisa rileks namun nyatanya, Gerry pun baru bisa berterus-terang saat ini."Emm, iya juga sih, Mas, emang gak bebas kalau bareng-bareng mah, apalagi Wisnu kan mau nikah juga. Inget gak dulu pas kita juga pindah ke kontrakan? Keknya lebih nyaman aja kan meskipun emang kecil?" tanya Vani dan mendapat ang
Keempatnya pun lalu tertawa kembali."Udah, udah, yuk masuk, kasian yang punya istri sama anak di tinggalin. Kemaren aja nunggunya hampir mau dua tahun dan tiap malem ditangisin, giliran ada malah ditinggalin," kekeh Bu Wiwik meledek dan mendapat senyuman dari Gerry.Gerry pun nampak menggaruk sedikit tengkuknya yang tak gatal lalu segera beranjak bangun. Begitupun dengan Wisnu dan kedua orangtuanya.Mereka pun berjalan beriringan menuju rumah mereka dan mulai berpencar saat memasuki rumah.Gerry pun segera menuju kamarnya dilantai bawah, sedangkan Wisnu langsung berlari menuju kamarnya di lantai atas.Saat Gerry membuka pintu kamarnya, nampak Vani yang masih duduk di tepi ranjang sambil memainkan hpnya."Dek belum tidur?" tanya Gerry kepada sang istri.Vani yang saat itu tertunduk pun langsung menengadahkan kepalanya menengok ke arah sumber suara lalu menggeleng.Gerry pun langsung masuk menuju kamar mandinya untuk cuci tangan dan melepas bajunya yang terkena asap rokok itu.Tak lama
Wisnu yang baru pulang mengantar Rere itu tak sengaja melihat Sang Papa dan Masnya saling berpelukan satu sama lain disana.Ia pun merasa tak enak hati karena sudah mengganggu kedamaian antar dua lelaki itu. Kepalang malu, Wisnu pun segera menghampiri mereka berdua."Assalamu'alaikum," salam Wisnu lalu segera menyalami mereka berdua."Wa'alaikumsalam," jawab keduanya serempak."Baru pulang, Nu?" tanya Gerry ramah sambil tersenyum simpul.Wisnu pun melihat setitik embun yang berada di bawah mata Gerry saat itu.'Apa barusan Mas nangis ya? Tapi kenapa? Duh, bego banget sih gua, pake segala pulang cepet, jadi ganggu mereka berdua kan,' gerutu Wisnu didalam hatinya."Iya nih, Mas. Kok tumben kalian belum tidur Mas, Pah? Maaf ya, kalau kehadiran aku ganggu kegiatan kalian, aku bener-bener gak sengaja," ucap Wisnu dengan perasaan yang sedikit menyesal dan kikuk."Gak papa, kok, Nu, santai aja, lagi kita juga cuma ngobrol biasa," ucap Pak Leon sambil mengusap kasar matanya yang juga sedikit
"Papa sama Mamah tuh ngomong apa sih? Kok bisa-bisanya ngomong kaya gitu? kek mau meninggal aja," tanya Vani sedikit ketus."Dek," ucap Gerry sambil menyenggol lengan sang istri yang terlalu blak-blakan."Ya gak gimana-gimana. Lagi pula, Papah sama Mamah kan udah tua dan umur gak ada yang tau. Kita berharap agar bisa panjang umur, tapi kan kita gak tau nantinya gimana. Karena itu, sebelum kita nyesel karena gak bisa main bareng sama cucu, jadi mending kita main aja gitu. Bosen juga kan dirumah cuma berdua-dua doang, kalau ada Revan dan Key kan ada temen becandanya. Terserah deh, kamu sama Gerry mau kemana, mungkin mau bulan madu lagi gitu nikmatin waktu yang kemaren sempet hilang," ucap Pak Leon mengalihkan pembicaraannya.Semua orang yang ada disana pun nampak diam membeku. Tak ada yang bersuara lagi, semua kalut dengan pikirannya masing-masing."Hm, aku bilang Adel dulu ya, Pah, semoga aja Adel ijinin aku bawa Revan untuk tinggal disini," ucap Wisnu pada akhirnya dan mendapat angguk