Segera setelah memberikan Diana cincin, Zerkin kembali ke ruangannya. Di sana dia menemukan Oliver yang menunggu sembari membaca dokumen. Saat tahu Zerkin datang, segera Oliver meliriknya."Udah?" tanyanyaZerkin berjalan masuk dan duduk pada kursi miliknya. Kemudian menyenderkan tubuh di sana. "Udah," balas Zerkin kepada Oliver. Oliver menaikkan alisnya ketika melihat raut tidak puas dari Zerkin. "Kenapa? Di tolak?""Selalu ditolak. Setelah di ancam, baru dia menerimanya.""Hah!? Kau mengancamnya?" tanya Oliver tidak percaya. Dirinya yang memberikan ide kepada Zerkin untuk memberikan hadiah kepada Diana. Karena wanita selalu suka akan hadiah. Oliver juga mengatakan untuk memulai pendekatan secara halus dan tidak memaksa. Namun sepertinya sahabatnya ini tidak bisa bahasa manusia."Hm. Aku mengancam akan memecat suami dan temannya jika dia tidak menerima cincin dariku."Benar-benar. Oliver lelah dengan Zerkin."Aku sudah bilang, dekati dia secara halus!"Zerkin memutar matanya bosan.
>> Tunggu. Aku akan ke sana Pesan yang datang pada ponsel Diana berasal dari Edwan. Sekarang sudah waktunya istirahat. Dan Diana merasa sangat gugup untuk pergi ke kafetaria dan makan bersama suaminya. "Kak Diana." Panggilan dari Kalyani membuat Diana menoleh. Dan otaknya segera mengingat bahwa setiap hari dirinya ke kafetaria bersama Kalyani. Tidak mungkin Diana meninggalkan Kalyani sendirian. Dan tidak mungkin juga Kalyani menemaninya kala ada Edwan. Itu sangat tidak sopan. "Tunggu sebentar, Kalyani," ujar Diana. Kemudian segera mengetikkan pesan balasan kepada Edwan. >> Maaf, Mas. Aku tidak bisa makan bersamamu. Aku tidak enak meninggalkan Kalyani sendirian Setelah itu, tanpa menunggu balasan, Diana memasukkan ponselnya ke dalam saku. Kemudian segera berdiri. "Ayo, Kalyani." Diana sebenarnya takut mengecewakan suaminya. Namun kemudian dirinya ingat bahwa Edwin sudah sering mengecewakannya. Jadi tidak masalah, anggap saja ini adalah balasan sekaligus ujian untuk Edwin. Jika
Zerkin awalnya ke kafetaria dengan tujuan menemui Diana. Namun saat dirinya memandang dari meja ke meja, wanita incarannya tidak kunjung terlihat. Yang mata Zerkin tangkap justru lelaki familiar yang membuatnya masih berjalan pincang hingga sekarang. "Oliver, belikan aku makanan. Aku ada urusan." Walau belum mendengar persetujuan dari Oliver, Zerkin telah pergi meninggalkannya. Dirinya berjalan ke arah Edwan yang terlihat sibuk dengan ponsel dan makanannya. Saat sudah berdiri tepat di samping Edwan, Zerkin menyapa lelaki itu. "Halo, suami Diana." Segera saja, Edwan mendongakkan kepalanya. Zerkin tersenyum menatap wajah lelaki itu. Walau bibir Zerkin tersenyum, namun tatapan matanya tajam. Dan dua lelaki itu tahu bahwa ada dendam di masing-masing diri mereka yang ditunjukan untuk satu sama lain. Setelah lima detik bertatapan dengan suasana hening. Edwan mengalihkan pandangan dan kembali sibuk dengan makanannya. Mengabaikan Zerkin karena menganggap hanya membuang waktu saja. Namun
Waktu masih menunjukan jam lima kurang lima belas menit. Tapi Edwan sendiri telah berdiri di devisi Diana untuk pulang bersama. Dirinya sudah menyelesaikan seluruh pekerjaan miliknya. Sengaja Edwan datang lebih cepat agar lelaki brengsek itu tidak mendahului dirinya.Ini adalah kali pertama Edwan ke divisi Diana. Maka dari itu, kehadirannya kembali menarik perhatian. Namun Diana yang menjadi alasan Edwan ke sini justru tampak sibuk di depan komputer. Tidak menyadari suaminya yang telah menjadi sarana bisik-bisik dari rekan satu divisi.Edwan melangkah maju. Kemudian berdiri di belakang Diana sehingga dapat melihat apa yang wanita itu sedang kerjakan. Edwa mengulas senyum kecil saat Diana masih belum juga sadar akan kehadirannya."Apakah aku salah memasukkan angka? Kenapa selisihnya banyak sekali?" gumam Diana sembari melihat tabel keuangan yag masih dirinya kerjakan.Edwan yang berada di belakangnya menunduk. Mata miliknya ikut membaca laporan keuangan yang Diana kerjakan. Dan saat m
Di hari jum'at pagi, setelah selesai memasak sarapan, Diana berjalan ke kamar mandi di bagian dapur untuk buang air kecil. Dirinya dengan santai membuka pintu dan masuk sembari merapikan cepolan rambutnya yang sedikit berantakan. Saat kemudian mengangkat pandangan, mata Diana dengan segera melotot saat melihat hal yang dirinya tidak pernah duga.Diana membeku di tempat. Dirinya melihat Edwan yang membelakanginya sembari membasuh tubuh yang telanjang dengan sabun. Hal itu membuat Diana tidak tahu bahwa di dalamnya ada Edwan karena tidak ada suara air beserta pintu kamar mandi yang tidak terkunci. Edwan yang sudah selesai menggunakan sabun membalikkan badan karena ingin menaruh sabun itu pada tempatnya kembali. Namun kemudian, dirinya ikut kaget saat melihat Diana yang berdiri diam dengan wajah yang sangat merah."Diana? Kamu kenapa?" tanya Edwan sembari memandang Diana penuh tanda tanya.Diana segera sadar dari kegiatan terkejutnya. Wajahnya semakin memerah karena sekarang Edwan tidak
Saat Oliver hendak kembali ke ruangannya, dirinya tidak sengaja melihat seorang wanita yang berjalan tertatih-tatih dengan bantuan tembok. Oliver sebenarnya tipe yang tidak ingin hidupnya terepotkan dengan orang lain. Maka dari itu, awalnya Oliver ingin mengabaikannya. Namun saat dekat dengan wanita itu, tiba-tiba tubuh wanita itu hendak terjauh. Membuat Oliver refleks menangkapnya sebelum terbentur ke lantai."Hai-hati!"Oliver yang selama 26 tahun tidak pernah menyentuh wanita untuk pertama kalinya melakukannya. Ia memegang pinggang wanita itu erat. Dan tangannya juga terasa di genggam oleh si wanita."Ma-maaf." Wanita itu membalikkan badan. Dan Oliver mengumpat di dalam hatinya saat tahu siapa wanita yang dia peluk.Diana. Wanita incaran Zerkin. Brengsek.Walau Oliver belum pernah bertemu Diana, namun wajah Diana bisa Oliver kenal dengan mudah. Bagaimana tidak, ia sempat melihat foto wanita itu dari dokumen yang di berikan Jimm untuk Zerkin. Kemudian dirinya juga melihat saat Zerki
Kalyani berulang kali melihat pada Diana. Namun wanita itu belum kembali dari kamar mandi padahal sudah hampir satu jam. Istirahat pun tinggal 10 menit lagi."Aku akan mencarinya," putus Kalyani. Namun kemudian, ponselnya berdering. Memunculkan nama Diana. Dirinya sampai lupa sudah memiliki nomor Diana karena memintanya kemarin. Dasar.>> Kalyani. Aku ada di IHC. Tadi aku terpeleset.Astaga, pantas saja Diana tidak segera kembali. >> Aku akan segera ke sana, Kak.Setelah membalas pesan Diana, Kalyani segera merapikan mejanya. Jam istirahat sudah sebentar lagi. Tidak masalah jika dia korupsi waktu 10 menit. Lagian setiap pegawai juga terkadang menggosip bukannya bekerja."Hei, kau."Saat sedang sibuk membereskan meja. Kalyani dikejutkan dengan suara seseorang. Membuat Kalyani menoleh dan matanya melebar melihat orang yang berada di sampingnya adalah Mr. Edwin. Manager divisi sebelah dan suami Diana."I-iya, Mr. Edwin?""Diana di mana?" tanya Edwan saat melihat Diana tidak di mejanya.
Saat turun dari mobil dan akan ke apartemen mereka, Diana masih tetap di gendong oleh Edwan. Membuat satpam yang melihatnya menggoda Diana karena itu.Mereka kemudian sampai pada apartemen mereka. Tangan Edwan memasukkan pin, kemudian membawa mereka masuk.Diana pun diturunkan di sofa depan televisi. Kemudian Edwan membuka jas dan dasi miliknya."Kamu duduk aja. Biar aku yang masak."Ucapan Edwan membuat Diana membelalak. Sejak kapan suaminya bisa masak?"Kamu bisa masak, Mas?"Edwan sebenarnya tidak terlalu yakin. Namun jika masak makanan simple dirinya bisa. Nasi goreng misalnya. "Bisa. Aku masakin nasi goreng, yaa?"Diana mengangguk, "O-okey, Mas."Setelahnya Edwan berjalan ke dapur. Meninggalkan Diana berada di ruangan tv dengan hati was-was. Takut apartemen mereka kebakaran. ***Setelah menunggu 20 menit, Edwan kembali dengan membawa dua piring nasi goreng. Untung saja ketakutan Diana tidak datang. Apartemen mereka masih baik-baik saja. Diana memandang nasi goreng buatan Edwan