Orang-orang mulai berdatangan, anak yatim-piala juga sudah duduk berjejer. Baby Annisa begitu lucu dan menggemaskan dengan drees berwarna pink muda, membuat Renata terus saja menciuminya, Bunda Hani dan Pak Harun sudah nampak bagai couple yang tak terpisahkan, dengan busana bertema putih. Renata pun tampak cantik dan berkelas dengan gamis putih, model outer di bagian depan dilengkapi manik-manik warna abu dan Payet indah dibagian leher, pasmina putih yang dililitkan, menambah kesan elegan, penampilan Renata sore ini.
Ela menatap tajam Renata yang sedang tersenyum bahagia menggendong anaknya, saat dilihat sekelilingnya sibuk, dia melangkah menuju kamar Renata yang terbuka lebar.
"Kamu, jadikan pulang ke Tangerang hari ini?" tanyanya dengan ketus.
"Besok pagi, Mbak," jawab Renata sambil menatap heran ke arah Ela.
"Baguslah, biar Gias bisa main lagi sama Oma Opanya!" ujarnya sambil terseny
Terima kasih sudah membaca 🙏 terima kasih sudah kasih rate dan gem, sehat2 kalian dan banyak rejeki. Aamiin.
Sesampai di rumahnya, Lia disambut oleh suara gemericik air dari arah dapur. Berbagai hidangan tersedia di meja, sedangkan suaminya terlihat sedang mencuci piring. Pantas saja salamnya tadi tidak dijawab oleh Ahmad, ternyata pria itu sibuk di dapur, sedangkan Alvin terlihat nyenyak dikamarnya. Tanpa menyapa suaminya, lalu ia masuk ke kamarnya. Lia membuka ponsel yang tadi dibelikan oleh Doni, pria tampan yang kini jadi penghuni hatinya. Langsung saja dia kirim beberapa chat, namun sampai sepersekian menit, tak jua menjadi centang biru. Akhirnya dia menekan tanda panggil dan menempelkan ponselnya ke telinga. Yang terdengar hanya nada sambung yang tak jua berubah suara, bahkan ini panggilan untuk yang ke 4 kalinya, namun Doni tetap tak mengangkatnya. Akhirnya Lia menyerah dan meletak ponselnya di nakas. ¯¯¯¯¯ Semua masakan sudah siap, cucian piring pun beres, Ahmad tersenyum bangga melihat sekeliling dapur yang sudah rapi, ki
Meski Pak Harun dan Bunda Hani, bersikeras melarang Renata, untuk pulang malam ini, tapi Renata berusaha meyakinkan mereka, bahwa dirinya benar-benar tidak bisa menunda lagi. Apalagi dengan sikap Ela yang seperti itu. Ada banyak tanya dalam pikirnya, "Ada apa dengan Mbak Ela." "Baiklah, jika kamu memaksa, Nak, Ayah sama Bunda hanya bisa mendoakan, semoga kamu dan anakmu selalu dalam lindungan Allah," ucap Pak Harun dengan lirih. Bunda Hani mengusap air matanya, dan menciumi baby Annisa, mereka bukanlah keluarga Renata ataupun orang tuanya, namun kasih sayang mereka, tak pernah ia dapatkan, bahkan dari keluarga besarnya sendiri. Renata mencium takjim punggung tangan Pak Harun, dan memeluk erat tubuh Bunda Hani yang terisak, begitu berat mereka melepas wanita bernasib malang itu. Namun Renata harus segera menyelesaikan urusannya dengan Doni, sidang pertama bahkan sudah dilaksanakan, minggu depan adalah sidang kedua,
Doni mengerutkan keningnya sendiri, ketika Ibunya menyerahkan amplop coklat bertulisan surat panggilan sidang. Gegas dia membukanya dan tertera nama Renata Kania Putri sebagai penggugat, terasa disambar petir di tengah hari, saat ia membaca ulang isi surat itu. Ternyata kediaman istrinya selama ini bukan karena baik-baik saja! "Tapi kenapa harus cara seperti ini, Ren," lirihnya dalam hati. Tak pernah terpikirkan olehnya akan terjadi seperti ini, cintanya pada Renata begitu dalam, istrinya menghilang sudah lebih tiga minggu dan yang datang malah surat panggilan sidang. "Kamu dimana, Ren, pulang Sayang, aku rindu," batinnya menjerit, perih dan pilu sekali. Bisa-bisanya Renata, meninggalkannya tanpa pesan, padahal dulu Renata sangat bucin kepadanya, tapi kenapa sekarang dia berubah? banyak pertanyaan dalam hati lelaki berparas tampan itu, yang tak mampu diutarakannya secara lisan. Renata bukanlah cinta pertamany
Hari ini adalah hari dimana jadwal mediasi tahap pertama untuk Renata dan Doni dilaksanakan. Sebenarnya Renata tidak menginginkan itu, tapi Doni ngotot dengan alasan mereka baru mempunyai bayi. Sehingga sang Hakim pun mengabulkan keinginan Doni. Entahlah apa yang dipikirkan lelaki itu, bahkan saat istrinya hamil, dia bisa main belakang dengan perempuan lain, tapi ketika Renata memilih menyudahi hubungan mereka. Maka dia-lah yang seakan terdzolimi dengan alasan Renata tidak mempertemukannya dengan anaknya. Wanita cantik berusia 25 tahun itu, sedang dalam masa kejayaannya, apapun yang diinginkannya bisa terwujud dengan mudah, meski tanpa keluarga, sikap-sikap Renata yang santun dan tenang, selalu disukai setiap orang, bahkan para pelangganya pun, Seakan berlomba-lomba untuk dekat dengan pemilik butik terbesar di kota itu. Para sosialita satu persatu mengajak Renata untuk bergabung dengan geng mereka. Namun Renata tetap pada pendiriannya, senang menyendiri dan ti
"Ren, Rena!" teriak Doni, memanggil nama istrinya dengan setengah berlari."Tunggu!" teriaknya lagi.Renata menyeret langkahnya dengan tergesa-gesa, antara muak dan kesal menyatu dengan hasil mediasi kali ini. Betapa tidak, sidang yang seharusnya bisa selesai dalam waktu satu bulan, namun kini akan terlaksana berjilid-jilid Karena suaminya menolak bercerai."Renaaaa!" teriak Doni makin nyaring, sambil menarik tangan Renata, amarahnya mulai tersulut ketika melihat respon dingin dari istrinya. Renata pun agak oleng akibat tarikan tangan suaminya, dia sedikit limbung dan terhuyung.Renata menghentikan langkahnya, dan menatap tajam tepat dimanik mata suaminya. Tatapan mengancam membuat nyali Doni sedikit ciut, namun dia harus berani atau kalau tidak dia akan kehilangan Renata."Mau apa lagi?" ucap Renata dengan dingin dan bergetar, sorot matanya memancarkan kebencian.&n
Pov Doni Sungguh diluar dugaan, Renata akan melakukan hal seperti itu, karena yang aku tahu, dia sangat bucin dan cinta mati padaku. Sikap lemah lembut dan tenangnya membuat aku yang butuh tantangan jadi khilaf dan membuatnya terluka akibat kecurangan ini. Kukira jika memang suatu hari Renata tahu, aku hanya perlu minta maaf dan berjanji tidak mengulanginya lagi. Namun Renata berbeda, dia diam dan langsung ambil tindakan, bahkan saat aku belum tahu bagaimana wajah anakku, dia berani menggugat cerai diriku. Renata lebih tega dan kejam padaku, betapa tidak! Aku ... suaminya sendiri tidak diperbolehkan menemui anak pertama kami. Istriku itu tidak pernah bisa ditebak, tapi aku tak akan melepaskannya begitu saja. "Kita lihat, Ren, siapa yang kalah." Dunia terasa sempit, kepalaku mau pecah, Apalagi dengan Lia terus-terusan menghubungiku. Aku jadi ingat dengan apa yang diucapkan Bianca tempo hari, yan
Ahmad dan Alvin sudah rapi dengan memakai baju Koko dan kain sarung model celana. Rombongan anak-anak pondok yang ikut untuk ziarah pun, sangat banyak. Satu bus pariwisata dan beberapa mobil pribadi milik para pengajar dan orang tua santri yang juga ikut berziarah. Alvin melambaikan tangannya pada Lia, yang berdiri melepas kepergiannya, dari arah jendela bus yang ditumpanginya, wajah Alvin sangat bahagia, anak itu sangat suka dengan mobil-mobil besar, dan kali ini, dia berada disana bersama ayahnya. "Dadah, Ibu, nanti aku beli oleh-oleh ya!" teriaknya dari jendela Bus. "Hati-hati, Ya, Nak, jangan nakal!" teriak ibunya. Bus pun melaju perlahan mengikuti beberapa mobil yang telah duluan keluar dari gerbang, lalu menghilang. Lia bergegas masuk ke rumahnya dan meraih ponselnya di atas nakas. Dia menekan nomor Doni beberapa kali, tapi tak ada jawaban. Akhirnya d
Mobil pun melaju dengan cepat, suasana sore yang cukup lenggang di weekend kali ini. Perlahan tapi pasti mobil sedan warna hitam itu, semakin jauh melaju, tidak macet hanya sedikit merayap, apalagi ini sudah suasana menjelang Magrib. Dua insan yang dimabuk asmara mereka lupa dengan dosa. Sifat suka menyalahkan orang lain yang dimilikinya, membuat keduanya mengukir luka pada keluarga. Tawa bahagianya saat ini adalah air mata duka untuk keluarga. Suasana Puncak malam ini tidak sepadat biasanya. "Kita mau makan dulu?" tanya Doni. "Iya dong, saya lapar?" tegas Lia, sambil mengerling manja pada lelaki tampan di balik kemudi itu. "Di warung sate atas sana aja ya!" ucap Doni. Sambil tetap melajukan mobilnya perlahan-lahan, karena jalan yang berkelok. Dan posisi warung sate ada di seberang mobilnya, membuat Doni harus membelokan mobilnya ke sebelah kanan, c