Ervin Aditya POV Pukul sebelas aku dan Luna telah sampai di depan salah satu ruang ICU rumah sakit swasta besar di Jakarta. Di dalam ruangan itu, bisa aku lihat sudah banyak alat yang di pasang di badan ibuku yang aku tidak tau fungsinya untuk apa. Di depanku, duduk Jani yang sudah tertunduk lesu, sedangkan Ranu ia titipkan kepada tetangga, karena tidak mungkin mengajak Ranu ke rumah sakit. "Jan," sapaku ketika melihat Jani begitu tertunduk diam. "Iya, Mas," kini Jani menatapku dan mata Jani sudah merah bekas menangis sejak semalam. "Kamu pulang saja. Biar Mas sama Mbak Luna yang di sini." Jani menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, "nggak, Mas. Aku mau nungguin ibu. Bayu sudah aku telepon dan dia baru bisa dapat cutinya besok." "Kasian Ranu kalo kamu tinggal kelamaan. Nanti kalo ada apa-apa Mas telepon kamu," Aku masih berupaya membujuk Jani agar ia mau pulang. Bagaimanapun, aku takut jika Ranu terlalu lama di titipkan apalagi Jani seorang ibu menyusui yang mungkin keadaann
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Pagi ini aku membuka mataku lebih dulu daripada Ervin yang tidur di sebelahku. Aku masih merasakan pelukan tangan Ervin di pinggangku dan dada Ervin yang menempel pada punggungku. Sungguh aku tidak tega membangunkannya, apalagi setelah hampir seminggu ini adalah hari yang berat baginya. Namun bila aku merubah posisiku aku yakin Ervin akan bangun seperti biasanya. Untuk kali ini aku akan diam di posisiku hingga Ervin bangun dari tidurnya. Cupp.... Aku merasakan sebuah ciuman mendarat di keningku, aku hanya tersenyum kecil ketika mengetahui Ervin telah bangun dari tidurnya. "Good morning sweet heart." "Morning," sapaku pada Ervin, kemudian aku membalikkan badanku menghadap Ervin dan aku pegang pipinya. "Kamu tumben bangun lebih dulu dari aku?" Aku hanya meringis mendengar kata kata Ervin barusan. Karena sejujurnya aku bangun karena aku merasa tidak enak badan setelah seminggu ini aku di gempur dengan aktivitas yang amat sangat padat. "Bangun, sho
Ervin Aditya Pov Setelah Jani memberikan buku hitam itu kepadaku, aku langsung membawanya ke kamar dan aku buka buku itu. Ketika aku buka buku itu, di halaman pertama aku menemukan sebuah foto lama ibu dengan seorang pria asing yang wajahnya mirip sekali denganku. Aku balikkan foto itu dan terdapat tulisan tangan yang mulai usang. To : Farida Thank you for loving me. I will always love you till die end. From Your Love, Eric West. Rasanya jantungku seperti tertindas buldozer. Aku merasakan semua oksigen sudah di tarik dari dalam paru paruku. Sehingga aku merasa sesak nafas karenanya. Pelan-pelan aku buka halaman demi halaman buku milik ibu yang setiap lembarnya seperti sebuah letupan letupan kembang api, walau mengagetkan, namun ada yang bisa membuatku bahagia karena pada kenyataannya aku bukanlah seorang anak haram seperti apa yang dikatakan oleh orang orang. Ayah kandungku menikahi ibuku di Bali secara siri, kakekku sendirilah yang menikahkannya. Karena sejak ibu lulus SMA, ibu
Kaluna POV Senin pagi aku akhirnya mengikuti keinginan Ervin untuk menemaninya ke notaris bersama Jani. Aku harus menghela nafasku dan menyingkirkan kemarahanku pada Ervin selama dua hari ini. Sejak Jani mengajak ke notaris, Ervin terus terusan memaksaku untuk mau menjadi pemilik baru atas rumah almarhumah ibu. Apalagi jika mengingat pembicaraan kami semalam. "Lun, besok kamu saja yang jadi atas nama buat rumah ini." "Ini kan rumah ibu yang di kasih ke kamu. Kok malah aku yang jadi atas namanya, Vin?" "Kamu kan istriku. Harta suami adalah harta istri. Jadi lebih baik diatas namakan kamu saja." "Nggak Vin. Aku nggak mau. Soalnya ini rumah kamu." "Lun, semua yang aku punya itu punya kamu. Sampai kapan pun semua aset yang aku miliki dan akan aku beli dengan nama kamu. Bukan nama aku." "Kenapa gitu?" tanyaku heran, sambil mulai merebahkan diri di ranjang. "Kalo aku macam-macam di dalam pernikahan kita, kamu sama anak kita besok tetap akan memiliki semuanya yang aku miliki dan aku
Ervin Aditya POVSejak aku membaca buku hitam yang ibu berikan padaku, aku semakin yakin kalo aku tidak akan bisa hidup tanpa kehadiran Luna sebagai istriku. Untuk membuatnya tidak pergi dari hidupku, aku mau memberikan seluruh hidupku bahkan milikku untuknya. Salah satunya adalah aku ingin memberikan rumah ini kepadanya. Aku tau Luna sudah memiliki rumah, bahkan villa tapi aku merasa salah satu wujud dari nafkah keluarga yang bisa aku berikan padanya adalah memberikan tempat tinggal yang layak untuknya. Walau sementara waktu yang bisa aku berikan padanya hanya rumah warisan ibu. Karena cicilan apartemenku baru akan selesai satu tahun lagi, maka sementara rumah dari ibu saja yang baru bisa aku berikan padanya.Buatku, memberikan apa yang aku miliki kepada Luna saja tetap tidak sepadan dengan apa yang telah Luna lakukan padaku. Luna lah orang yang membuat hidupku lebih berarti, bahkan mengangkatku dari lembah dosa. Selain itu, Luna bahkan telah mempercayakan kepadaku untuk menjadi oran
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Akhirnya aku merasakan kembali sentuhan Ervin malam ini setelah satu bulan lebih aku tidak merasakannya. Rasa yang Ervin berikan kepadaku masih sama seperti pertama kali aku merasakannya. Hanya saja kali ini aku tidak merasakan sakit seperti pertama kali miliknya bertamu kepadaku dulu ketika kami di Bali. Ketika kami sudah di dalam kamar, Ervin langsung menciumi diriku bukan hanya di bibir, bahkan Ervin menciumku dengan merajalela di seluruh wajahku, leherku, hingga kulit halus di atas payudaraku. Aku yang dalam posisi berdiri ketika Ervin melakukannya benar benar bersusah payah untuk berusaha berdiri dengan tegak di hadapannya, namun kakiku terlalu lemas dan tidak kuat menopang beban tubuhku sendiri. Aku bahkan harus mengalungkan kedua tanganku dileher Ervin dan Ervin masih harus menopangku dengan tangan kanannya. Ketika Ervin sibuk mencium leher jenjangku akhirnya lidahku yang kelu ini bisa bersuara walau dengan susah payah. "Vin, we need to sit d
Ervin Aditya POVHilda : Vin, Luna masih di Jakarta?Ervin : masih, kenapa?Hilda : besok hari ulang tahun dia. Rencananya gue mau nagih traktiran.Ervin : besok Luna ulang tahun?Hilda : iya. Lo gimana sih jadi suami masa bini ulang tahun nggak tau.Tadi pagi Hilda mengirim pesan WhatsApp kepadaku dan menanyakan keberadaan Luna. Jika bukan Hilda yang memberitahu kepadaku, aku tidak akan tahu jika Luna besok akan berulang tahun. Sejujurnya aku belum menyiapkan kado apapun untuk Luna.Ervin : Hil, aku bisa minta tolong nggak sama kamu?Hilda : selama bukan jadi nomer darurat pengajuan pinjol gue bantuin. Lo mau dibantu apa?Ervin : tolong dekorasiin rumah gue buat ulang tahun Luna. Lo sahabatnya pasti tau dia sukanya gimana.Hilda : bini Lo di kasih roti sama balon juga sudah happy. Dia orangnya gampang, nggak ribet.Ervin : minta tolong ya, hari ini sampai besok gue ajak Luna pindah ke apartemen gue.Hilda : okay, jangan lupa bikin Luna hamil, keburu expired bini Lo.Ervin : do'a in a
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Setelah kami makan di Mall, Ervin mengajakku untuk menginap di Apartemennya. Aku hanya menurut saja karena aku hanya ingin membuatnya bahagia dan melupakan kesedihannya setelah kepergian ibu seminggu yang lalu. Pertama kali aku menginjakkan kakiku memasuki apartemen tipe studio Ervin ini, aku cukup menyukai dekorasinya yang terasa netral bagi kaum pria ataupun wanita. "Apartemen kamu bagus. Aku suka dekorasinya." Ervin hanya memasukkan kedua tangannya di saku celana jeans hitamnya dan tersenyum kepadaku. "Ayo duduk, kamu mau minum apa?" "Air putih aja," Kataku kemudian Ervin membuka kulkasnya untuk mengambilkanku minuman. Setelah mengambilkanku minuman, Ervin duduk di sebelahku dan posisi duduknya menghadapku. Ervin hanya memandangku dalam diamnya, namun aku merasa jika Ervin sedang mempertimbangkan sesuatu untuk di katakan kepadaku dan seolah ia sedang memilih kata kata yang tepat. "Kamu ngelihatin aku begitu ada apa?" "Lun, tahun depan apart
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Pagi ini aku bangun dengan badan yang lebih segar. Aku renggangkan kedua tanganku ke atas sambil pelan-pelan membuka mataku. Saat kedua mataku terbuka, aku menoleh ke sisi samping sebelah kiriku dan tidak aku temukan keberadaan Ervin di sana. Mataku langsung membelalak lebar. Pantas saja aku bisa bangun siang tanpa ada yang membangunkanku.Tanpa banyak bermalas-malasan di atas kasur, aku segera bangun dari atas ranjang. Sambil berjalan menuju ke arah kamar mandi, aku yg memanggil-manggil Ervin. "Vin.... Ervin.... Where are you?"Tidak ada tanggapan dari Ervin yang sama saja artinya dengan dia tidak ada di kamar ini. Rasa penasaran mulai muncul di dalam hatiku. Kini setelah aku selesai mencuci muka dan menggosok gigi, aku keluar dari dalam kamar. Sebelum keluar dari kamar, aku mengganti pakaian yang aku kenakan dengan kaos oblong berwarna putih yang oversize dan hotpants berwarna hitam polos. Selesai berganti pakaian, aku mencoba mencari Ervin di seki
Ervin Aditya POVSepertinya hidup memang tidak akan pernah lengkap tanpa adanya masalah yang hadir di dalamnya. Begitupula dengan kehidupan rumah tanggaku dan Luna. Aku bersyukur karena kehidupan rumah tangga kami berjalan lancar walau sesekali kami sering berbeda pandangan serta pendapat. Selama ini kami masih bisa menyelesaikan semua itu berdua dengan kepala dingin. Cobaan rumah tangga kami justru datang dari keluarga serta orang-orang disekitar kami. Mulai dari Papa Risnawan yang memutuskan menikah lagi, hingga aku harus berusaha membuat Luna tetap tegar menghadapi semua ini dan seperti informasi yang baru saja Jani kirimkan kepadaku.Jani : Mas, aku sudah enggak kuat rasanya. Mau nangis sekarang tapi air mataku sudah habis. Aku mengernyitkan kening ketika membaca pesan dari Jani malam ini. Selama ini aku berusaha untuk tidak pernah mencampuri rumah tangga Jani serta Bayu. Terlebih mereka sudah tinggal bersama sejak ibu meninggal dunia beberapa tahun lalu. Aku berpikir jika mereka
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV"Kita pulang yuk, Vin?" Ajakku kepada Ervin setelah rasanya kami sudah cukup lama berada di warung ini. "Masa langsung pulang sih, Lun. Kita jalan-jalan dulu lah mumpung masih di Bali.""Mau nyari apa lagi? Makan? Udah kenyang. Baju? Di lemari sudah banyak.""Ya pingin aja gitu jalan-jalan kaya orang pacaran."Nasib, oh, nasib....Beginilah jika punya pasangan seperti Ervin yang tidak bisa diajak duduk santai di rumah setiap kali sedang berlibur. Ervin adalah tipikal orang yang tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk duduk di dalam villa atau hotel saja. Hanya sekali ia begitu sulit diajak jalan-jalan ketika kami berlibur berdua. Itu adalah ketika kami honeymoon ke Austria. "Ingat, buntut sudah ada satu, Vin. Aku aja rasanya kangen banget sama Eric.""Sama, Lun. Tapi kita memang butuh waktu untuk berdua dan menikmati kehadiran satu sama lain tanpa ada pengganggu. Jangan sampai kita kalah sama Papa dan Lolanya Eric."Aku tertawa di hadapan Ervin. Ya, te
Ervin Aditya POVMisi untuk mengajak Luna menikmati waktu kami berdua di Bali cukup sukses aku lakukan. Apalagi sejak sampai di Bali kami langsung aktif bersilaturahmi di atas ranjang. Tidak hanya di atas ranjang seluruhnya juga sih, lebih tepatnya kami melakukannya di seluruh penjuru kamar sejak siang sampai sore hari. Bahkan matahari yang mulai pulang ke peraduannya pun bisa aku lihat dari jendela kamar ini. Saat aku menoleh ke arah Luna, aku bisa melihatnya yang sudah tidur dengan mulut sedikit terbuka. Mulutnya bahkan telah membaut aliran air terjun hingga membentuk gugusan pulau baru di atas bantal yang ia tiduri. Aku tersenyum saat melihatnya. Sepertinya istriku cukup lelah dengan aktivitas bercinta kami berdua sejak sampai di villa ini. Kini aku memilih untuk bangun dari ranjang dan membiarkan Luna untuk menikmati waktu istirahatnya. Aku berjalan menuju ke kamar mandi dan melakukan mandi junub. Sudah saatnya melakukan kewajibanku di dunia ini sebagai seorang umat dari Tuhan.
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVAku kembali menginjakkan kakiku siang ini di Bandara Ngurah Rai, Denpasar bersama Ervin. Ya, hari ini kami langsung terbang ke pulau Dewata ini sekedar untuk merasakan liburan kami berdua lagi tanpa kehadiran Eric. Tentu saja Eric kami titipkan kepada Mamaku. Walau sebenarnya aku paling tidak tega menitipkan Eric kepada Mama, namun Mama terlebih Eric terlihat senang-senang saja. Tentu saja Eric senang, apalagi Mama terlalu memanjakan dirinya sebagai seorang cucu tunggal."Hari ini rencananya kita mau ke mana, Lun?""Terserah kamu saja, Vin.""Jangan gitu dong, Lun. Soalnya aku paling enggak bisa kalo kamu bilang terserah. Nanti seenak udel aku bikin jadwal, kamu cemberut."Aku tersenyum ke arahnya dan aku gelengkan kepalaku."Enggak, tenang aja. Tapi aku rasa kita lebih baik pulang dulu ke villa-ku yang ada di Canggu."Aku tahu wajah Ervin tampak tidak bersemangat karena sebenarnya dirinya yang sudah membuatkan aku sebuah villa di Bali dengan hasil ker
Ervin Aditya POVAku sengaja mengajak Luna menuju ke kamar kami yang ada di lantai empat. Bukan tanpa alasan aku mengajaknya ke kamar. Tentu saja itu harus aku lakukan karena aku memiliki hal-hal yang sangat privasi untuk dibicarakan sedangkan tadi kami tidak memiliki tempat yang layak untuk melakukan itu. Saat kami sudah berada di dalam kamar hotel, Luna memilih untuk duduk di pinggiran ranjang berukuran king yang ada di dalam kamar kami. Aku memilih duduk di sampingnya. Saat aku duduk di sampingnya, Luna sudah menatapku dengan tatapan lembutnya. "Ada apa, Vin?""Enggak, cuma pingin ngobrol sama kamu aja."Luna mengernyitkan keningnya. Aku tahu jika aku terdengar sangat absurd dan konyol saat ini namun aku berusaha untuk mengabaikannya. "Ngobrolin apa?""Ngobrolin tentang ketakutan kamu ketika aku melihat gown yang dipakai sama Kimaya tadi."Aku melihat Luna terdiam, kemungkinan ia tidak menyangka jika aku bisa tahu tentang isi hatinya. Tentu saja aku bisa tahu, lebih dari lima t
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVHari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Hari ini adalah hari resepsi pernikahan Kimaya dengan Papa akan digelar. Tidak ada keluarga besar dari Mama yang mendapatkan undangan satu pun. Namun lucunya Kimaya justru meminta Mama untuk hadir di acara ini. Aku kira Mama akan menolaknya, ternyata aku salah, yang ada Mama justru menyanggupi untuk datang ke acara ini. Entahlah, aku sedikit tidak paham dengan jalan pikiran Mama ini. Kini aku memilih duduk di sofa yang ada di dalam kamar hotel tempat Mama menginap. Aku perhatikan wajah Mama yang tampak sudah bisa tersenyum kembali. Tidak seperti awal-awal ketika menerima kabar jika Papa akan menikah dengan Kimaya. "Lun, kenapa kamu diam aja? Kamu lagi ada masalah sama Ervin?""Enggak, Ma. Aku baik-baik aja sama Ervin.""Terus kenapa kamu diam saja seperti itu? Muka kamu kelihatan mirip orang yang lagi banyak masalah hidup."Aku tersenyum kecil dan menggelengkan kepalaku pelan. Mama masih diam dan menunggu
Ervin Aditya POV"Papa...," Suara teriakan Eric memanggil namaku membuatku tersenyum lebar. Cepat-cepat aku turun dari mobil Mama Kartika diikuti Luna setelahnya. Saat Eric sampai di dekatku dan langsung mendekap tubuhku, itu membuatku merasa terharu. Dari semua panggilan yang pernah aku terima, bagiku panggilan paling membuatku bahagia adalah panggilan dari Eric. Ia yang memanggil diriku dengan sebutan Papa merupakan panggilan yang paling indah di telingaku. Saat Eric mengurai pelukannya kepadaku, aku membungkuk untuk mengangkatnya. Saat ia sudah ada dalam gendonganku lalu menghujaniku dengan kecupan-kecupan kecilnya, aku memilih memejamkan mataku sambil tertawa kecil karena aku sedikit merasa geli. "Ric, biarin Papa masuk dulu." Suara Mama Kartika membuat Eric berhenti menghujaniku dengan kecupan-kecupan kecilnya. Saat aku membuka mataku, di hadapanku sudah ada Luna yang sedang memberi salam kepada Mamanya. Setelah ia selesai memberi salam kepada Mama Kartika, Luna membalikkan tu
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVHari ini aku belum bisa pulang ke Jogja walau aku sudah ingin memeluk Eric kembali. Walau Ervin mengatakan jika ia juga merasakan hal yang sama denganku, namun aku tidak percaya dengan kata-katanya begitu saja. Kenyataanya semalam dia mengajakku bercinta kembali hanya karena tidak bisa tidur dan rindu untuk memeluk anaknya. Sungguh tidak nyambung, tapi aku tidak mau berdebat dengan dirinya. Mau tidak mau jika suami sudah meminta jatah nafkah batinnya, aku pun harus siap untuk melayaninya. Selain itu juga aku selalu berharap jika aku tak pernah menolaknya, maka itu akan memperkecil kemungkinan Ervin melakukan perelingkuhan dengan wanita lain di luar rumah. Walau pada kenyataannya pilihan untuk berselingkuh atau tetap setia kepada pasangan adalah pilihan yang bisa diambil orang itu sendiri. Bagiku tidak ada perselingkuhan itu karena khilaf. Tentu saja orang yang melakukan perselingkuhan sudah sadar serta tahu jika apa yang dirinya lakukan adalah salah d