Ervin Aditya POVSejak aku membaca buku hitam yang ibu berikan padaku, aku semakin yakin kalo aku tidak akan bisa hidup tanpa kehadiran Luna sebagai istriku. Untuk membuatnya tidak pergi dari hidupku, aku mau memberikan seluruh hidupku bahkan milikku untuknya. Salah satunya adalah aku ingin memberikan rumah ini kepadanya. Aku tau Luna sudah memiliki rumah, bahkan villa tapi aku merasa salah satu wujud dari nafkah keluarga yang bisa aku berikan padanya adalah memberikan tempat tinggal yang layak untuknya. Walau sementara waktu yang bisa aku berikan padanya hanya rumah warisan ibu. Karena cicilan apartemenku baru akan selesai satu tahun lagi, maka sementara rumah dari ibu saja yang baru bisa aku berikan padanya.Buatku, memberikan apa yang aku miliki kepada Luna saja tetap tidak sepadan dengan apa yang telah Luna lakukan padaku. Luna lah orang yang membuat hidupku lebih berarti, bahkan mengangkatku dari lembah dosa. Selain itu, Luna bahkan telah mempercayakan kepadaku untuk menjadi oran
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Akhirnya aku merasakan kembali sentuhan Ervin malam ini setelah satu bulan lebih aku tidak merasakannya. Rasa yang Ervin berikan kepadaku masih sama seperti pertama kali aku merasakannya. Hanya saja kali ini aku tidak merasakan sakit seperti pertama kali miliknya bertamu kepadaku dulu ketika kami di Bali. Ketika kami sudah di dalam kamar, Ervin langsung menciumi diriku bukan hanya di bibir, bahkan Ervin menciumku dengan merajalela di seluruh wajahku, leherku, hingga kulit halus di atas payudaraku. Aku yang dalam posisi berdiri ketika Ervin melakukannya benar benar bersusah payah untuk berusaha berdiri dengan tegak di hadapannya, namun kakiku terlalu lemas dan tidak kuat menopang beban tubuhku sendiri. Aku bahkan harus mengalungkan kedua tanganku dileher Ervin dan Ervin masih harus menopangku dengan tangan kanannya. Ketika Ervin sibuk mencium leher jenjangku akhirnya lidahku yang kelu ini bisa bersuara walau dengan susah payah. "Vin, we need to sit d
Ervin Aditya POVHilda : Vin, Luna masih di Jakarta?Ervin : masih, kenapa?Hilda : besok hari ulang tahun dia. Rencananya gue mau nagih traktiran.Ervin : besok Luna ulang tahun?Hilda : iya. Lo gimana sih jadi suami masa bini ulang tahun nggak tau.Tadi pagi Hilda mengirim pesan WhatsApp kepadaku dan menanyakan keberadaan Luna. Jika bukan Hilda yang memberitahu kepadaku, aku tidak akan tahu jika Luna besok akan berulang tahun. Sejujurnya aku belum menyiapkan kado apapun untuk Luna.Ervin : Hil, aku bisa minta tolong nggak sama kamu?Hilda : selama bukan jadi nomer darurat pengajuan pinjol gue bantuin. Lo mau dibantu apa?Ervin : tolong dekorasiin rumah gue buat ulang tahun Luna. Lo sahabatnya pasti tau dia sukanya gimana.Hilda : bini Lo di kasih roti sama balon juga sudah happy. Dia orangnya gampang, nggak ribet.Ervin : minta tolong ya, hari ini sampai besok gue ajak Luna pindah ke apartemen gue.Hilda : okay, jangan lupa bikin Luna hamil, keburu expired bini Lo.Ervin : do'a in a
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Setelah kami makan di Mall, Ervin mengajakku untuk menginap di Apartemennya. Aku hanya menurut saja karena aku hanya ingin membuatnya bahagia dan melupakan kesedihannya setelah kepergian ibu seminggu yang lalu. Pertama kali aku menginjakkan kakiku memasuki apartemen tipe studio Ervin ini, aku cukup menyukai dekorasinya yang terasa netral bagi kaum pria ataupun wanita. "Apartemen kamu bagus. Aku suka dekorasinya." Ervin hanya memasukkan kedua tangannya di saku celana jeans hitamnya dan tersenyum kepadaku. "Ayo duduk, kamu mau minum apa?" "Air putih aja," Kataku kemudian Ervin membuka kulkasnya untuk mengambilkanku minuman. Setelah mengambilkanku minuman, Ervin duduk di sebelahku dan posisi duduknya menghadapku. Ervin hanya memandangku dalam diamnya, namun aku merasa jika Ervin sedang mempertimbangkan sesuatu untuk di katakan kepadaku dan seolah ia sedang memilih kata kata yang tepat. "Kamu ngelihatin aku begitu ada apa?" "Lun, tahun depan apart
Ervin Aditya POV Malam hari aku dan Luna berdebat sebelum kami pergi tidur. Aku ingin Luna menggunakan lingerie yang aku belikan untuknya, namun Luna lebih memilih menggunakan celana hitam dan sweeter hitamnya. Aku tetap kekeh jika Luna harus memakainya. Aku sengaja membelikannya karena aku ingin melihat Luna memakainya ketika kami akan pergi tidur. Terserah mau bercinta atau tidak, aku ingin Luna menggunakannya. Aku tau, jika Luna memakainya pasti jatuhnya akan terlihat seksi sekali apalagi jika dilihat di kondisi kamar yang remang remang. Aku tidak tau jika aku berbakat juga membuat Luna mengalah dalam perdebatan kami dan akhirnya Luna lebih memilih mengganti bajunya dan menggunakan lingerie yang aku belikan untuknya. Sesuai ekspektasiku ketika aku melihat Luna memakainya. Dan aku tidak akan pernah berhenti membelikannya lingerie walau aku harus memaksa Luna memakainya. "Sudah aku pakai, sekarang aku mau tidur, besok kita pulang kan?" "Nggak, kita undur hari Senin pulangnya?" "
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Pagi hari setelah kami sarapan dengan menu seadanya di apartemen, kami pulang menuju rumah ibu. Selama di perjalanan aku hanya duduk diam dan memperhatikan lalu lintas Jakarta. Sepertinya Ervin juga nyaman-nyaman saja dengan kesunyian yang terjadi di antara kami hingga kami sampai di rumah ibu. Aku masuk dengan Ervin yang berjalan di sampingku. Suasana rumah cukup gelap karena gorden yang ditutup sepenuhnya. Hingga akhirnya tiba tiba semua lampu menyala dan teriakan dari tiga orang orang yang aku kenal menghiasi rumah ini. "Surprise," teriak Hilda, Caramel dan Vanilla yang kini muncul di hadapanku. "Happy birthday, Luna." "Happy birthday, Mbak Luna." Aku mendapatkan ucapan selamat dari mereka bertiga dan aku langsung memeluk mereka bertiga bergantian. Tanpa sadar aku menitikkan air mataku. Papa Mamaku yang notabennya adalah orangtuaku saja tidak memberikan ucapan selamat ulang tahun padaku, mungkin mereka sudah lupa karena kesibukannya selama ini,
Ervin Aditya POV Sejak sampai di Jogja dua hari lalu, aku dan Luna sama-sama disibukkan dengan pekerjaan masing-masing. Bahkan setelah sholat subuh Luna langsung menuju meja kerjanya, sedangkan aku langsung membuka laptopku mengecek laporan kedai, dari mulai tagihan sampai stok disana. Biasanya kami akan makan bersama, namun sudah dua hari ini Luna lebih memilih untuk sarapan di kantornya. Ia bahkan berangkat ke kantor lebih pagi daripada biasanya. Malam hari pun ketika aku pulang ke rumah, Luna telah tidur lebih dulu daripada diriku. Baru dua hari saja rasanya aku sudah jauh dari Luna, padahal ketika kami di Jakarta kami bisa bersama sama dan merasakan kehadiran satu sama lain. Di hari Kamis, aku harus pergi ke Bali karena ada jadwal pemotretan selama dua hari disana. Aku berharap Luna bisa mengantarku ke Bandara. Namun ketika aku mengutarakan kepadanya, ternyata harapanku harus pupus. Aku harus membawa mobil sendiri dan aku parkirkan di parkiran mobil bandara. Ingin rasanya setia
Ervin Aditya POV Sabtu siang aku dan Luna berangkat bersama menuju rumah sakit dimana Robert membuka praktek. Untuk pertama kalinya aku melihat wajah cemas Luna. Tidak biasanya Luna seperti ini. Bahkan ia saja bisa santai ketika akan menikah denganku dulu. "Lun, kamu kenapa?" "Nggak kenapa-kenapa, Vin." "Kamu takut?" Luna hanya memaparkan senyumannya kepadaku tanpa menjawab. Aku menyadari ketakutan seorang wanita ketika ia harus mengecek kesuburannya, ketakutan bila dirinya tidak subur atau memiliki masalah di rahimnya yang menghambatnya untuk bisa hamil. Setelah perjalanan 30 menit, kami memasuki kawasan salah satu rumah sakit bertaraf internasional di Jogja. Dan sejujurnya aku ingin mengumpat, karena sulitnya mencari lahan parkir mobil di tempat ini. Bahkan kami harus parkir di sisi sisi jalan sepanjang halaman rumah sakit ini. Sudah sulit mencari lahan parkir, kami harus berjalan cukup jauh hingga kami memasuki gedung klinik khusus infertilitas.Bukan hanya poli Spesialis Obs