Share

1

Author: Kristiana0909
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Kaluna Maharani Atmaji Putri POV

Sejak kejadian semalam kehidupanku yang biasanya baik-baik saja, tenang, dan bagikan air sungai yang mengalir menjadi tiba tiba dilanda banjir. Bagaimana bisa Papa menginginkan diriku menikah lebih dulu daripada Ruben, secara aku saja tidak memiliki pacar, boro-boro pacar, gebetan saja tidak punya. Sejak usiaku memasuki kepala tiga, Keinginan menikah sudah aku buang jauh-jauh dari isi kepala. Hidupku hanya fokus mengurusi wedding organizer dan cafe. Memang aku tidak pernah terjun langsung di perusahaan keluarga karena sejak Ruben lulus kuliah, Ruben-lah yang meneruskan, dan aku lebih memilih untuk menjadi pemegang saham pasif disana.

Ketika semalam pulang dari rumah orangtuaku pukul 22:00 WIB, aku langsung menelepon sahabatku, Hilda dan memutuskan untuk bertemu besok siang di cafe. Cafeku memang biasanya dipakai oleh para Mahasiswa untuk mengerjakan tugas, ngobrol, ataupun kumpul bersama teman temannya. Aku sengaja membuat cafe dengan gaya minimalis. Harga makanan dan minuman yang disedikan di sini pun cukup ramah dikantong anak kost.

"Hai Lun, sorry Gue telat soalnya habis shopping di Paris, terus nyalon dulu di New York," aku yang sudah hafal dengan kehaluan sahabatku sejak TK ini hanya menatapnya yang sedang berjalan kearahku, ia langsung menarik kursi di depanku.

“Ada apa nih tumbenan ngajak ketemu gue, pasti lo takut ya gue balik ke Jakarta besok pagi tanpa pamit ke lo lagi,” sambung Hilda sambil meminum minumanku yang sudah ada di meja.

"Gue lebih takut nggak dapet calon suami dalam waktu deket ini daripada lo tinggal balik ke Jakarta," kataku sambil memalingkan wajah untuk menatap jalan di depan cafe yang ckup rame saat ini.

Bukannya jawaban yang aku dapatkan, justru tawa Hilda yang lepas tanpa beban memenuhi cafeku siang ini, yang untungnya sedikit lebih sepi karena masih jam perkuliahan.

"Ngapain lo ketawa, lo kira ini lucu?"

"Tenang aja kali, Lun, lo datang pada orang yang sangat tepat," kata Hilda setelah tawanya hilang.

"Lo punya solusi apa?" tanyaku langsung membetulkan posisi duduk untuk menghadap Hilda.

"Jaman sekarang, Lun, apa sih yang nggak bisa dibeli pakai duit, kan lo punya duit, lo belilah suami," kata kata Hilda terdengar enteng di telingaku. Bedebah memang wanita sosialita satu ini.

"Gue sudah nyari di shopee, tokped, semuanya ga ada yang jual suami, Oneng," kataku gemas.

"Lo yakin nggak masalah kalo ngeluarin duit buat beli suami?" Hilda mulai bertanya dengan serius yang aku jawab dengan, "hmm" saja.

"Okay, kalo gitu gue akan bantu cari, sebutin kriterianya, lo mau yang kaya apa, misal kaya kim soo hyun, rain, atau mungkin cha eun woo?"

"Gue nggak punya kriteria, selagi dia mau nikahin gue paling enggak dalam jangka waktu satu tahun dari kita nikah, gue akan kasih dia apa yang dia mau dari gue, habis itu kita bisa cerai."

“Okay, kalo gitu gue pakai standar gue aja deh milihinnya buat lo, yang pasti gue jamin nggak akan bikin lo malu."

"Asal lo dapet aja, bantuin gue beneran, awas lo," ancamku padanya.

"Iye, udah buruan lo kasih gue makan, dari pagi gue belum makan," kata Hilda tidak sabaran.

***

Dua hari setelah pertemuanku dengan Hilda, tiba-tiba di pagi hari itu Hilda meneleponku. Yang membuat aku harus mengangkat handphone walau mata ini masih ingin tertutup.

"Lun, gue beneran sudah dapat nih suami buat lo," kata Hilda, yang sukses membuat aku langsung terduduk dan membuka mata sempurna.

"Serius lo, Hil?"

"Iya, gue serius, gue janjian sama dia siang ini jam 2, lo buruan pagi ini cari penerbangan ke Jakarta, kita ketemu dia bareng bareng," Kata Hilda, yang langsung menutup teleponnya pagi ini.

Setelah telepon Hilda ditutup, aku langsung mencari tiket pesawat dan mendapatkan penerbangan pukul 09:00 WIB. Masih sisa 3 jam sebelum keberangkatan, secepatnya aku bersiap siap dan membatalkan semua agendanya hari ini.

-Jakarta-

Pukul 12.00 WIB aku sudah di dalam mobil Hilda, dan kami bersama sama menuju ke sebuah Mall untuk bertemu dengan calon suamiku.

"Lo beneran, sudah dapet calon suami buat gue hanya dalam waktu 2 hari."

"Iyalah dapat, hari gini siapa sih yang menolak dapet duit banyak apalagi dikota besar macam jakarta ini."

"Lo kenal dia dari mana?"

"Oh, dia itu langganan temen-temen arisan sosialita gue gitu kalo lagi kesepian dan butuh belaian," Jawab Hilda enteng.

"What?" aku berteriak kencang di dalam mobil, yang sukses membuat Hilda mengerem mendadak. Untung dibelakang kami sepi, kalo rame entah kejadian apa yang akan terjadi.

"Lo kenapa sih Lun, bikin gue kaget aja! pakai teriak segala," Hilda sudah sewot melihat ekspresiku yang masih shock dengan informasi yang di berikannya.

"Gimana gue nggak shock, lo cariin gue suami yang jelas-jelas sudah nggak perjaka dan lebih parahnya lagi dia gigolo," kataku yang sudah tidak bisa mengerem lagi kalimat dimulutnya.

"Hallo... Lun, hari gini gitu, Lun. Lo yakin akan dapet perjaka, anak SMA saja sudah banyak yang nggak perjaka sekarang, Lun. Lagian ya, terlalu kasar kalo lo nyebut dia gitu, sebut dong sugar baby gitu, rada lebih enak di telinga, Lun dan tenang aja, dia itu cakep, tinggi, gagah, badannya Lun, six pack, roti sobek Lun. Gue jamin lo nggak akan nyesel nikahin dia."

Aku memincingkan mata.

"Darimana lo tau kalo badannya bagus? Lo pernah pakai dia, ya?"

“Sembarangan aja lo kalo ngomong, gini gini gue ini sudah terpuaskan oleh suami, ngapain buang duit cuma buat silaturahmi kelamin doang.”

Aku masih menatap Hilda yang menyetir di sampingku sambil menunggu penjelasan lebih soal "calon suami"-ku.

"Okay, gue lanjutin penjelasan gue. Namanya Ervin, umurnya 27 tahun, profesi fotografer dan model, menurut temen-temen gue yang pernah pakai dia, Ervin ini orangnya sweet banget, mengerti plus peka sama wanita dan katanya perkasa," kata Hilda dengan menaik turunkan alisnya sambil menatap diriku.

"Busettt, lo cariin gue suami berondong? dan apa itu tadi, perkasa? Oh iya, gue nggak butuh keperkasaan dia dihidup gue, gue cuma perlu dia nikahin gue secara sah agama dan negara."

“Tujuan gue ngajakin lo ketemu dia itu buat bikin kesepakatan, berapa bayaran dia dari lo selama jadi suami kontrak lo itu.”

"Dia sudah tau tentang rencana kita?"

"Sudah, gue sudah terangin di awal, dan dia okay-okay aja, kata dia selagi lo nggak keberatan dengan keadaan dia, dia bisa nerima lo apa adanya."

***

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
ingin punya suami cepat..malah sewah gigolo jadi suami..
goodnovel comment avatar
Uly Muliyani
gak tes kesehatan dlu yah ..selama ini kan Kevin gonta ganti pasangan....siapa tau nanti gak sengaja tdr bareng..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suami Bayaran    2

    Ervin Aditya POVKemarin siang aku mendapatkan telepon dari seseorang yang mengaku bernama Hilda, dia mengatakan mendapatkan nomerku dari Ayu, wanita yang belum lama ini aku puaskan di ranjang hingga mendapatkan banyak sekali klimaks. Aku memahami, biasanya orang meneleponku ke nomer handphoneku yang ini karena mereka mau menggunakan jasaku, sehingga aku paham sekali siapa mereka, tapi ada yang berbeda dari apa yang Hilda inginkan dariku, Hilda bilang bahwa dia sedang mencarikan suami untuk sahabatnya. Aku langsung tertawa dan Hilda menggeram diujung sana dari apa yang aku dengar di telepon yang menandakan bahwa dia tidak main-main dengan ucapannya. Dari yang disampaikan oleh Hilda temannya ini seorang pengusaha muda yang cukup sukses, dan tentunya wanita baik baik, dia hanya butuh aku menikahinya secara agama dan negara lalu dia akan membayarku. Aku tau kalo aku adalah laki-laki bayaran, tapi entah kenapa hatiku merasakan sesak ketika ada wanita yang menawarkan padaku untuk menjadi

  • Suami Bayaran    3

    Kaluna Maharani Atmaji Putri POVAku berjalan keluar dari Mall bersama Hilda dan Ervin. Aku akui, Aku sedikit gugup awalnya ketika akan bertemu dengannya. Ternyata semua tidak terbukti karena Ervin sangat santai dan sama sekali tidak terlihat bahwa Ervin seorang bajingan, berengsek, atau laki laki yang memiliki pergaulan tidak benar. Aku bisa melihat wajahnya yang dominan memiliki raut wajah orang barat, dengan alis tebal, dan mata birunya yang hmm... Kalo bukan karena aku tau siapa dia, mungkin aku akan klepek-klepek.Secara fisik, aku akui Hilda memang memiliki selera yang diatas rata rata. Karena aku yakin ketika aku berjalan bersama Ervin yang tingginya aku yakin diatas 180 cm, mungkin 185 centimeter tepatnya, badannya terbentuk sempurna hasil kerja keras dari gym selama bertahun tahun ini, orang sudah pasti melirikku dan akan berkata bahwa aku tidak pantas bersanding dengannya. Baru aku sadari pantas saja dia digemari oleh para sugar mommy yang mencari kenikmatan diluar rumah, lh

  • Suami Bayaran    4

    Kaluna Maharani Atmaji Putri POVMalam ini setelah makan malam dengan keluarga Ervin, kami semua berkumpul di ruang keluarga dan menonton tv bersama. Di sana aku bisa melihat interaksi Ervin dengan Ranu, entah kenapa aku tidak bisa melepaskan tatapanku dari ke dua mahluk ciptaan Tuhan yang sungguh indah itu."Sabar Mbak, bentar lagi Mbak Luna bakal nimang anak mbak sendiri sama Mas Ervin," seketika aku kaget mendengar suara itu di telingaku.Aku hanya tersenyum. "Aku belum kepikiran sampai sana," Jawabku jujur."Kenapa belum Mbak? aku lihat mas Ervin itu Papa able banget lho Mbak, Mbak enggak usah takut kalo mas Ervin akan selingkuh, sepanjang hidup aku, baru sekali ini mas Ervin bawa cewek pulang ke rumah langsung di kenalin jadi calon istri pula dan aku lihat perlakuan dia ke Mbak itu so sweet banget.""Apanya yang so sweet?""Lha itu tadi Mbak Luna mau ke mobil ambil laptop aja di anterin, Mbak Luna di tantangin ibu masak aja, Mas Ervin bantuin kan, padahal aku tau lho Mbak, Mbak L

  • Suami Bayaran    5

    Kaluna Maharani Atmaji Putra POVHari berganti minggu, minggu berganti bulan. Tidak terasa sudah 1 bulan ini aku dan Ervin menjalin hubungan bisnis diluar kewajaran. Kalo bisnis menghasilkan uang sebagai keuntungan, maka bisnis yang aku jalani bersama Ervin menghasilkan senyum bahagia di keluarga kami berdua."Akhirnya sold out juga lo mbak bentar lagi, gagal jadi perawan tua."Kata-kata Ruben membuatku menghela napas bagai kuda, tanpa mempedulikan ocehan Ruben disebelahku yang sedang asyik ngemil brownies. Aku masih fokus pada laptop untuk mengecek pengajuan Gaji karyawan WO dan cafe dari bagian HRD. Setelah menyelesaikan tugas ini aku menutup laptop dan memandang Ruben."Ben, lo itu kaya pohon pisang, tau nggak?"Ruben mengangkat kedua alisnya tanpa berbicara karena mulutnya penuh dengan brownies.Aku tatap Ruben sambil bersedekap lalu aku melanjutkan kata kataku "Punya jantung tapi enggak punya hati. Kalo ngomong remnya blong, hati-hati itu mulut lo, nanti tabrakan sama sandal. Lam

  • Suami Bayaran    6.

    Ervin Aditya POVWeekend ini aku habiskan bersama keluargaku di kota Gudeg. Selain karena acara lamaran, aku juga berniat mengajak keluargaku untuk menikmati liburan singkat. Ya walau hanya keliling Malioboro, keraton, taman sari dan beberapa tempat populer untuk wisata di jogja. Aku beruntung dipilih oleh Luna sebagai calon suaminya. Aku bisa merasakan Luna sangat tulus kepada keluargaku terutama ibu dan Jani. Hanya saja kejadian tadi siang ketika Luna menemani kami jalan jalan membuatku sedikit marah karena Tanteku sedikit merendahkan ibu di depan Luna. Aku tidak masalah ketika orang menghina aku anak haram atau apapun itu tapi tidak dengan ibuku, yang aku tau bagaimana perjuangannya membesarkanku sebelum akhirnya bertemu dan menikah dengan Rahadian, ayah kandung Jani yang dengan sukarela menerimaku tanpa mengungkit masa lalu ibuku."Vin, kamu beruntung ya walau kamu anak haram tapi kamu bisa dapat calon istri yang sukses, dari keluarga terpandang, kaya lagi. Enggak sia sia itu waja

  • Suami Bayaran    7

    Kaluna Mahrani Atmaji Putri POVHari ini sebagai calon mantu yang baik dan semoga menjadi calon mantu idaman, aku menemani Ervin dan keluarganya keliling Jogja. Pagi hari aku sudah menjemputnya di Guest House milik Eyang Astuti, sepupu Eyangku. Aku sengaja menginapkan mereka disana karena aku merasa fasilitas disana sangat lengkap, dengan rumah bergaya tradisional modern, fasilitas lengkap bahkan kolam renang pun ada. Ketika sampai disana aku di sambut oleh Ibu yang berjalan pelan menghampiriku dan memelukku. Kemudian ibu menuntunku ke teras samping, mengajakku ngobrol berdua, ternyata Ervin masih tidur karena semalam baru pulang dari Raminten dini hari. Kami duduk di kursi taman sambil memandang ikan-ikan koi di dalam kolam yang berwarna indah itu."Nak," panggil ibu padaku."Ya, bu?"Aku melihat ibu menatapku dalam, sambil tersenyum, tangannya menyentuh tanganku lembut."Ibu titip Ervin sama kamu ya? Tolong jangan tinggalkan Ervin sendiri, karena waktu ibu untuk menemani Ervin sudah

  • Suami Bayaran    8

    Ervin Aditya POV Walau aku bukan orang kaya, dan pernikahanku dengan Luna didasari atas pernikahan kontrak, aku merasa tetap berkewajiban memberikan apa yang sepatutnya diberikan kepada wanita yang akan menikah dari calon suaminya. Aku berusaha memberikan yang terbaik kepada Luna semampuku. Aku mengajaknya belanja Senin siang ini ke Ambarukmo plaza. Pernikahan kami hanya kurang 2 minggu lagi dan berbeda denganku yang terlihat sibuk tidak jelas serta was-was menuju hari H, aku melihat calon istriku ini sangat santai, bahkan masih terlihat sibuk dengan pekerjaannya. Seolah rencana pernikahan kami hanya sebuah mimpi baginya atau aku yang terlalu bersemangat? "Lun, kamu mau isi seserahannya apa saja? Kamu pilih sendiri saja, aku nggak mau milihin, nanti nggak sesuai sama selera kamu dan malah nggak kamu pakai." "Memang harus ya, Vin? aku rasa nggak perlu sih, soalnya aku lagi nggak pengen belanja." "Lun, aku tau kalo aku saat ini belum mampu beliin kamu barang branded seperti apa yang

  • Suami Bayaran    9

    Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Pagi yang indah dengan kicauan suara burung di atap rumah orangtuaku menambah semarak kehangatan keluarga saat ini. Semua keluarga besar berkumpul untuk menghadiri ijab qobul pernikahanku dan Ervin. Akhirnya orangtuaku mengalah untuk tidak mengadakan pesta. Hanya akan ada acara makan-makan saja di rumah setelah pulang dari KUA. Rumor bahwa aku hamil duluan sempat menyeruak di bahasan keluarga karena aku tidak mau mengadakan pesta yang lazimnya dilakukan oleh keluarga. Apalagi ini aku anak perempuan pertama yang seharusnya orangtuaku melakukan syukuran besar besaran mengingat orangtuaku bukan orang sembarangan di dunia bisnis. Pukul 08.00 WIB keluarga Ervin telah tiba di rumah orangtuaku sambil membawa seserahan yang 2 minggu lalu kami beli bersama. Setelahnya kami berencana untuk berangkat bersama menuju ke KUA. "Ketiban durian runtuh lo Lun, dapet suami kaya Ervin." Aku melirik Hilda yang menatap Ervin seakan Ervin adalah es buah ketika siang har

Latest chapter

  • Suami Bayaran    Extra-part 59

    Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Pagi ini aku bangun dengan badan yang lebih segar. Aku renggangkan kedua tanganku ke atas sambil pelan-pelan membuka mataku. Saat kedua mataku terbuka, aku menoleh ke sisi samping sebelah kiriku dan tidak aku temukan keberadaan Ervin di sana. Mataku langsung membelalak lebar. Pantas saja aku bisa bangun siang tanpa ada yang membangunkanku.Tanpa banyak bermalas-malasan di atas kasur, aku segera bangun dari atas ranjang. Sambil berjalan menuju ke arah kamar mandi, aku yg memanggil-manggil Ervin. "Vin.... Ervin.... Where are you?"Tidak ada tanggapan dari Ervin yang sama saja artinya dengan dia tidak ada di kamar ini. Rasa penasaran mulai muncul di dalam hatiku. Kini setelah aku selesai mencuci muka dan menggosok gigi, aku keluar dari dalam kamar. Sebelum keluar dari kamar, aku mengganti pakaian yang aku kenakan dengan kaos oblong berwarna putih yang oversize dan hotpants berwarna hitam polos. Selesai berganti pakaian, aku mencoba mencari Ervin di seki

  • Suami Bayaran    Extra-part 58

    Ervin Aditya POVSepertinya hidup memang tidak akan pernah lengkap tanpa adanya masalah yang hadir di dalamnya. Begitupula dengan kehidupan rumah tanggaku dan Luna. Aku bersyukur karena kehidupan rumah tangga kami berjalan lancar walau sesekali kami sering berbeda pandangan serta pendapat. Selama ini kami masih bisa menyelesaikan semua itu berdua dengan kepala dingin. Cobaan rumah tangga kami justru datang dari keluarga serta orang-orang disekitar kami. Mulai dari Papa Risnawan yang memutuskan menikah lagi, hingga aku harus berusaha membuat Luna tetap tegar menghadapi semua ini dan seperti informasi yang baru saja Jani kirimkan kepadaku.Jani : Mas, aku sudah enggak kuat rasanya. Mau nangis sekarang tapi air mataku sudah habis. Aku mengernyitkan kening ketika membaca pesan dari Jani malam ini. Selama ini aku berusaha untuk tidak pernah mencampuri rumah tangga Jani serta Bayu. Terlebih mereka sudah tinggal bersama sejak ibu meninggal dunia beberapa tahun lalu. Aku berpikir jika mereka

  • Suami Bayaran    Extra-part 57

    Kaluna Maharani Atmaji Putri POV"Kita pulang yuk, Vin?" Ajakku kepada Ervin setelah rasanya kami sudah cukup lama berada di warung ini. "Masa langsung pulang sih, Lun. Kita jalan-jalan dulu lah mumpung masih di Bali.""Mau nyari apa lagi? Makan? Udah kenyang. Baju? Di lemari sudah banyak.""Ya pingin aja gitu jalan-jalan kaya orang pacaran."Nasib, oh, nasib....Beginilah jika punya pasangan seperti Ervin yang tidak bisa diajak duduk santai di rumah setiap kali sedang berlibur. Ervin adalah tipikal orang yang tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk duduk di dalam villa atau hotel saja. Hanya sekali ia begitu sulit diajak jalan-jalan ketika kami berlibur berdua. Itu adalah ketika kami honeymoon ke Austria. "Ingat, buntut sudah ada satu, Vin. Aku aja rasanya kangen banget sama Eric.""Sama, Lun. Tapi kita memang butuh waktu untuk berdua dan menikmati kehadiran satu sama lain tanpa ada pengganggu. Jangan sampai kita kalah sama Papa dan Lolanya Eric."Aku tertawa di hadapan Ervin. Ya, te

  • Suami Bayaran    Extra-part 56

    Ervin Aditya POVMisi untuk mengajak Luna menikmati waktu kami berdua di Bali cukup sukses aku lakukan. Apalagi sejak sampai di Bali kami langsung aktif bersilaturahmi di atas ranjang. Tidak hanya di atas ranjang seluruhnya juga sih, lebih tepatnya kami melakukannya di seluruh penjuru kamar sejak siang sampai sore hari. Bahkan matahari yang mulai pulang ke peraduannya pun bisa aku lihat dari jendela kamar ini. Saat aku menoleh ke arah Luna, aku bisa melihatnya yang sudah tidur dengan mulut sedikit terbuka. Mulutnya bahkan telah membaut aliran air terjun hingga membentuk gugusan pulau baru di atas bantal yang ia tiduri. Aku tersenyum saat melihatnya. Sepertinya istriku cukup lelah dengan aktivitas bercinta kami berdua sejak sampai di villa ini. Kini aku memilih untuk bangun dari ranjang dan membiarkan Luna untuk menikmati waktu istirahatnya. Aku berjalan menuju ke kamar mandi dan melakukan mandi junub. Sudah saatnya melakukan kewajibanku di dunia ini sebagai seorang umat dari Tuhan.

  • Suami Bayaran     Extra-part 55

    Kaluna Maharani Atmaji Putri POVAku kembali menginjakkan kakiku siang ini di Bandara Ngurah Rai, Denpasar bersama Ervin. Ya, hari ini kami langsung terbang ke pulau Dewata ini sekedar untuk merasakan liburan kami berdua lagi tanpa kehadiran Eric. Tentu saja Eric kami titipkan kepada Mamaku. Walau sebenarnya aku paling tidak tega menitipkan Eric kepada Mama, namun Mama terlebih Eric terlihat senang-senang saja. Tentu saja Eric senang, apalagi Mama terlalu memanjakan dirinya sebagai seorang cucu tunggal."Hari ini rencananya kita mau ke mana, Lun?""Terserah kamu saja, Vin.""Jangan gitu dong, Lun. Soalnya aku paling enggak bisa kalo kamu bilang terserah. Nanti seenak udel aku bikin jadwal, kamu cemberut."Aku tersenyum ke arahnya dan aku gelengkan kepalaku."Enggak, tenang aja. Tapi aku rasa kita lebih baik pulang dulu ke villa-ku yang ada di Canggu."Aku tahu wajah Ervin tampak tidak bersemangat karena sebenarnya dirinya yang sudah membuatkan aku sebuah villa di Bali dengan hasil ker

  • Suami Bayaran    Extra part 54

    Ervin Aditya POVAku sengaja mengajak Luna menuju ke kamar kami yang ada di lantai empat. Bukan tanpa alasan aku mengajaknya ke kamar. Tentu saja itu harus aku lakukan karena aku memiliki hal-hal yang sangat privasi untuk dibicarakan sedangkan tadi kami tidak memiliki tempat yang layak untuk melakukan itu. Saat kami sudah berada di dalam kamar hotel, Luna memilih untuk duduk di pinggiran ranjang berukuran king yang ada di dalam kamar kami. Aku memilih duduk di sampingnya. Saat aku duduk di sampingnya, Luna sudah menatapku dengan tatapan lembutnya. "Ada apa, Vin?""Enggak, cuma pingin ngobrol sama kamu aja."Luna mengernyitkan keningnya. Aku tahu jika aku terdengar sangat absurd dan konyol saat ini namun aku berusaha untuk mengabaikannya. "Ngobrolin apa?""Ngobrolin tentang ketakutan kamu ketika aku melihat gown yang dipakai sama Kimaya tadi."Aku melihat Luna terdiam, kemungkinan ia tidak menyangka jika aku bisa tahu tentang isi hatinya. Tentu saja aku bisa tahu, lebih dari lima t

  • Suami Bayaran    Extra part 53

    Kaluna Maharani Atmaji Putri POVHari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Hari ini adalah hari resepsi pernikahan Kimaya dengan Papa akan digelar. Tidak ada keluarga besar dari Mama yang mendapatkan undangan satu pun. Namun lucunya Kimaya justru meminta Mama untuk hadir di acara ini. Aku kira Mama akan menolaknya, ternyata aku salah, yang ada Mama justru menyanggupi untuk datang ke acara ini. Entahlah, aku sedikit tidak paham dengan jalan pikiran Mama ini. Kini aku memilih duduk di sofa yang ada di dalam kamar hotel tempat Mama menginap. Aku perhatikan wajah Mama yang tampak sudah bisa tersenyum kembali. Tidak seperti awal-awal ketika menerima kabar jika Papa akan menikah dengan Kimaya. "Lun, kenapa kamu diam aja? Kamu lagi ada masalah sama Ervin?""Enggak, Ma. Aku baik-baik aja sama Ervin.""Terus kenapa kamu diam saja seperti itu? Muka kamu kelihatan mirip orang yang lagi banyak masalah hidup."Aku tersenyum kecil dan menggelengkan kepalaku pelan. Mama masih diam dan menunggu

  • Suami Bayaran    Extra-part 52

    Ervin Aditya POV"Papa...," Suara teriakan Eric memanggil namaku membuatku tersenyum lebar. Cepat-cepat aku turun dari mobil Mama Kartika diikuti Luna setelahnya. Saat Eric sampai di dekatku dan langsung mendekap tubuhku, itu membuatku merasa terharu. Dari semua panggilan yang pernah aku terima, bagiku panggilan paling membuatku bahagia adalah panggilan dari Eric. Ia yang memanggil diriku dengan sebutan Papa merupakan panggilan yang paling indah di telingaku. Saat Eric mengurai pelukannya kepadaku, aku membungkuk untuk mengangkatnya. Saat ia sudah ada dalam gendonganku lalu menghujaniku dengan kecupan-kecupan kecilnya, aku memilih memejamkan mataku sambil tertawa kecil karena aku sedikit merasa geli. "Ric, biarin Papa masuk dulu." Suara Mama Kartika membuat Eric berhenti menghujaniku dengan kecupan-kecupan kecilnya. Saat aku membuka mataku, di hadapanku sudah ada Luna yang sedang memberi salam kepada Mamanya. Setelah ia selesai memberi salam kepada Mama Kartika, Luna membalikkan tu

  • Suami Bayaran    Extra-part 51

    Kaluna Maharani Atmaji Putri POVHari ini aku belum bisa pulang ke Jogja walau aku sudah ingin memeluk Eric kembali. Walau Ervin mengatakan jika ia juga merasakan hal yang sama denganku, namun aku tidak percaya dengan kata-katanya begitu saja. Kenyataanya semalam dia mengajakku bercinta kembali hanya karena tidak bisa tidur dan rindu untuk memeluk anaknya. Sungguh tidak nyambung, tapi aku tidak mau berdebat dengan dirinya. Mau tidak mau jika suami sudah meminta jatah nafkah batinnya, aku pun harus siap untuk melayaninya. Selain itu juga aku selalu berharap jika aku tak pernah menolaknya, maka itu akan memperkecil kemungkinan Ervin melakukan perelingkuhan dengan wanita lain di luar rumah. Walau pada kenyataannya pilihan untuk berselingkuh atau tetap setia kepada pasangan adalah pilihan yang bisa diambil orang itu sendiri. Bagiku tidak ada perselingkuhan itu karena khilaf. Tentu saja orang yang melakukan perselingkuhan sudah sadar serta tahu jika apa yang dirinya lakukan adalah salah d

DMCA.com Protection Status