Setelah Hara menemukan kembali suaranya, dia segera menjawab dengan pertanyaan. “Lalu bagaimana dengan dirimu sendiri?” Hara menoleh dan mematenkan tatapannya pada Vier tanpa ingin mengalihkan ke mana pun. “Aku adalah seorang pria yang bertanggung jawab. Apa menurutmu aku akan lari terbirit-birit setelah menghamili anak orang?” “Kamu akan menikahinya?” Hanya dengan membayangkan saja, Hara tak bisa menahan kesedihannya. Bagaimana kalau perempuan yang sudah melakukan tindakan primitif dengan Vier hamil dan kemudian Vier menikahinya untuk bertanggung jawab. Perempuan itu akan menjadi istri kedua Vier. “Lalu menurutmu apa yang harus aku lakukan jika dia hamil?” Vier melontarkan kembali pertanyaannya dengan sengit. “Kalau dia hamil anakku, bukankah seharusnya jalan satu-satunya adalah menikahinya? Dia adalah gadis lajang yang putus asa karena terlibat masalah. Aku tentu saja tidak akan membiarkan dia mengurus semuanya sendiri. Aku sudah memberikanku kartu nama dan dia akan menghubungiku
Raka tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menyetir ugal-ugalan. Bersama dengan beberapa orang kepercayaannya, lelaki itu dengan cepat mencari Violet. Dia tidak mendengar suara tabrakan karena saat itu, panggilan teleponnya sudah berakhir. Sebelum berangkat, Raka sudah berhasil melacak dari panggilan telepon Violet yang terakhir. Beruntung, Violet sempat menelponnya. Karena kalau tidak, ini akan semakin menyulitkan. Dari kejauhan, Raka melihat mobil yang tampak menghadap ke arah berlawanan dengan mobilnya dan dia yakin itu adalah mobil Violet. Raka menginjak pedal gasnya dan sampai tepat di depan mobil itu. Pun dengan dua mobil yang mengikutinya. “Kalian segera cari dia di mana pun.” Raka memberikan perintah sebelum di mengecek mobil Violet.Raka mengencangkan rahangnya ketika melihat betapa mobil Violet tampak mengenaskan. Pintu kaca sebelah kiri pecah dan pintu sebelah kanannya terbuka. Bagian depan dan samping penyok. “Violet!” Raka mencoba untuk memanggil gadis itu. Tepat di
“Aku akan mengatakan itu kepada Raka,” jawab Candy. “Sekarang yang perlu kamu lakukan adalah istirahat sampai pulih. Dan ….” Candy menjeda ucapannya sebentar seolah ragu meneruskan. Tapi Candy melanjutkan juga. “Apa aku perlu memberitahu tentang keadaanmu kepada Vier?” “Tidak perlu.” Suara dari belakang Candy mengejutkan perempuan itu. Ibu Violet sudah bangun dari tidurnya. “Jangan melibatkan dia lagi, Candy. Kita sudah tidak memiliki urusan apa pun dengannya.” Perempuan paruh baya itu mendekat ke arah ranjang dan mendapati putrinya sudah sadar. “Mama lega kamu sudah sadar, Violet.” Mata ibu Violet berkaca-kaca saat menatap putrinya. Merasa bersyukur karena putrinya kuat dengan musibah ini. “Mama nggak perlu khawatir. Aku belum akan mati sampai bisa membalas dendam kepada musuh-musuhku.” “Huss … jangan berbicara yang tidak-tidak.” Meskipun ini sudah malam dan dia baru saja siuman, Violet enggan untuk menutup mata. Pikirannya berkeliaran ke mana-mana dan memikirkan banyak hal. Me
Ruangan meeting itu terasa sangat mencekam. Seperti mereka berada di dalam adegan horor yang menyeramkan. Briana yang pucat pasi terus menatap Candy yang kini sudah mengubah raut wajahnya. Candy tampak seperti pembunuh berdarah dingin dengan ekspresinya yang menggelap. Briana menatap ke arah pintu berharap ada orang yang masuk ke dalam ruangan itu kemudian membantunya keluar dari intimidasi yang dikeluarkan oleh Candy. Sayangnya itu tidak mungkin terjadi. Karena itu adalah bagian dari sebuah rencana. “Aku tidak mengerti kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal seperti itu. Membayar penjahat untuk melukai Violet? Yang benar saja.” Briana terkekeh kaku menutupi perasaannya yang terasa beku. Dia tahu tiga orang suruhannya tidak bisa dilacak, lalu kenapa Candy bisa langsung menuduhnya? Sial. Dia tidak boleh kecolongan. “Jadi itu bukan kamu?” Candy kembali bertanya dengan raut wajah menyesal. “Aku, menuduh orang yang salah?” “Tentu saja. Aku tidak ada hubungannya dengan Vi
Mata Briana yang tadinya tertutup itu kini terbuka. Hanya suara rendah dari Candy mampu membuat Briana terbangun dari tidurnya. Mata merah Briana terlihat pertama kali saat dia mendongak dan mendapati Candy di depannya. Segera, kantuk itu lenyap seketika dan berubah kebencian yang mendalam.“Candy.” Giginya bergemelatuk dan amarahnya segera berkobar keluar. “Keluarkan aku dari sini!” “Hei, jangan marah begitu. Bukannya kita akan bersenang-senang?” Candy tersenyum mencemooh. Raka mendekat dan berdiri di samping Candy. “Sangat disayangkan ketika dia harus terjerumus dengan criminal seperti ini. Tapi, Yang, pacarnya mencoba menghubunginya atau tidak?” Ponsel Briana sudah ada di tangan Candy dan dia mengangkat ponsel itu sampai ke wajahnya. Dengan ekspresi menyesal, Candy menggeleng lemah. “Nggak ada, Yang. Tapi, kita harus memberitahukannya, bukan?”“Apa kekasihnya tidak mencintainya? Seharusnya dia merasa kehilangan kekasihnya saat ini.”“Yang, kamu nggak tahu?” Candy mengubah raut w
“Aku mencari Violet.” Hara yang baru saja keluar dari mobilnya itu sudah dihadang oleh enam pengawal berotot. Mereka berpakaian hitam-hitam, dan raut wajah mereka dingin dan bengis. Hara sebenarnya takut, tapi dia sungguh tidak bisa membiarkan Briana menghadapi semua ini sendirian. Dia harus membantu bagaimanapun caranya. Meskipun ada banyak pengawal bengis di sana, dia tidak akan mundur. Dia juga menikmati hasil dari kerja sama mereka. Jadi dia juga harus berada di dekat Briana untuk membantu perempuan itu. Dua pengawal mengantarkan Hara masuk ke dalam rumah. Saat dia menginjakkan kakinya di dalam rumah tersebut, bulu kudunya meremang. Dia seperti berada di dalam film horor. “Maaf mengganggu, tapi saya sedang mengantarkan seseorang.” Suara pengawal membuat Candy, Violet, dan Raka menoleh. Karena sibuk menatap ke sana-kemari, Hara tidak begitu memperhatikan apa yang ada di depannya. Saat dia sudah fokus, matanya bisa melihat dengan jelas jika Briana tengah disekap dan duduk di
Sejujurnya masih ada keraguan di dalam diri Hara untuk mengakui semua perbuatannya. Dia tak rela kalau harus kalah semudah ini dengan Violet. Tapi, para pengawal yang ada di sekelilingnya membuatnya harus membuka mulut atau dia benar-benar akan menjadi ‘kotor’ dan aib seumur hidupnya. Sesekali, Hara menoleh ke arah Briana untuk berkomunikasi dengan perempuan itu. Tapi Briana memberikan tatapan ‘kita tidak tidak memiliki pilihan lain atau kita akan benar-benar habis’ kepada Hara. Malam semakin larut tapi Hara tak kunjung berbicara. Hal itu membuat Violet geram dan ingin sekali mencabik-cabik dua perempuan yang ada di depannya. “Kurung di dalam kamar dan pancing Evan untuk keluar. Candy, kamu kirim foto mereka kepada si brengsek itu dan kalau dia berminat untuk membantu, maka mintalah dia untuk datang.” Tubuh Violet terasa sangat lelah dan dia benci basa-basi. Dua perempuan itu membuatnya harus mengulur kesabarannya. “Violet, kamu tidak bisa memperlakukan kami seperti ini!” Briana me
Sepanjang malam itu, Vier mengintai dan dia mendapati jika di rumah itu memang ada penyekapan. Hara dan Evan tidak pernah kembali keluar saat sudah masuk ke dalam rumah. Dia memang tidak mendengar jeritan atau perdebatan. Itu artinya, bisa saja setelah para korban itu masuk, mereka sudah dilumpuhkan. Di sana adalah sebuah daerah pinggiran dan seharusnya jika ada jeritan atau apa pun, Vier bisa mendengarnya. Sayang hal itu tak pernah terjadi.Sebuah gejolak di dalam dirinya terasa mengaung tiada henti. Dia bertanya kepada dirinya sendiri apa yang harus dilakukan? Jika dia bertekad masuk, maka itu hanya akan menyerahkan dirinya kepada mereka dengan cuma-cuma. Tapi kalau dia memanggil polisi, maka dia khawatir Hara dan Evanlah pihak yang salah. Vier terus menunggu sampai hampir pagi. Untungnya, ada semak-semak tinggi dan dia bisa menyembunyikan mobilnya di sana. Sebuah mobil kembali datang dan itu adalah mobil Van. Violet datang masih dengan beberapa pengawal dan juga Candy. Setelah be