Story Wa Istriku bag 37.
**POV Syahdan.
Aku bergegas ke parkiran buat menjumpai Vika. Kenapa dia selalu datang dan menggangguku, dia juga sudah menyeret ku dalam masalahnya. Sesungguhnya aku merasa jengah namun bagaimanapun aku sendiri yang menciptakan masalah.
Kulihat dia sudah menunggu di depan mobilnya. Dia memakai kaca mata hitamnya dan kali ini Vika tidak pakai hijab. Rambutnya diikat separuh dan yang lainnya dibiarkan tergerai. Penampilan cukup sopan dengan dress berwarna tosca berlengan pendek.
Aku melihat ke kiri dan ke kanan untuk memastikan lebih lanjut keadaan aman dan tidak ada yang melihat. Dia melambaikan tangannya padaku.
"Kenapa kamu menghubungi aku, Vik. Kamu tahu ini di yayasan dan disini aku kerja!" ucapku ketus padanya. Dia malah tertawa ringan.
"Kamu sendiri berjanji akan membantuku. Aku sudah menunggu sampai istrimu keluar dari rumah sakit kemudian dia sudah beraktivitas. Aku menuntut janjimu," ujarnya, aku menghe
Story Wa Istriku bag 38.**PoV Naya.Suara teriakan Mbak Marta masih terdengar jelas olehku, tubuh-tubuh mereka yang pingsan juga tak bisa mudah kuhapus dari ingatanku. Malam mencekam dan suara-suara menakutkan, gulita hanya ditemani senter kecil. Aku tak bisa sepenuhnya menghapus itu dari memori ku.Bercerita pada Mas Syahdan rasanya percuma. Apalagi aku sudah memutuskan masing-masing lagi dan tidak terlalu peduli padanya. Tidak cerewet mengekang keinginan nya seperti dulu. Percuma saja aku melakukannya, kalau dihatinya hanya sebuah keterpaksaan.Asalkan dia tak mendua saja dan menyakiti hatiku seperti dulu, itu sudah lebih dari cukup untukku. Mas Syahdan beberapa kali berkata kalau dia sudah memiliki rasa sayang untukku. Ungkapan yang tak pernah dia katakan selama kami menikah. Apakah ucapannya itu dari hatinya atau karena egonya. Entahlah, dia terlihat sangat cemburu saat aku dan Fikri terjebak dalam kecelakaan itu. Fikri sudah menyelamatkan aku
Story Wa Istriku bag 39.**POV Author"Naya!" Syahdan tersentak melihat istrinya di ujung pintu sedang bersama Vika. Yang lebih mengherankan dirinya, ada Lala dan Fikri. Mengapa bisa ada Fikri juga. Apa yang dilakukannya bersama Naya. Syahdan membatin dalam hati.Naya masuk ke room mereka dengan hati yang patah. Apalagi melihat pemandangan yang mencabik perasaannya. Syahdan memeluk wanita lain, dan itu Vika. Mengapa dia tak bisa move on dari Vika, padahal Naya sudah membuka mata Syahdan dengan mengirim photo Vika bersama pacarnya di hotel sebelumnya namun Syahdan tetap saja memihak Vika.Pembohong, itulah Syahdan dalam pikiran Naya. Dia berkata mencintai Naya, mulai menyayangi namun disisi lain dia bersama wanita lain. Apakah ada kata lebih pantas untuk Syahdan. Munafik, mungkin itu lebih baik dalam bayangan Naya."Oh, jadi seperti ini kelakuan kamu, Mas!" sungut Naya perih, hatinya sakit melihat dengan terang-terangan kelakuan sang suami. 
Story Wa Istriku bag 40.**PoV Naya."Ummi, kita mau kemana?" tanya anakku saat aku sedang ber-beres menyusun sebagian pakaiannya. Aku sekarang berada dikamar anakku, Ahmad."Kita ke rumah Nenek sayang!""Loh, kenapa? Baju Ahmad kok dibawa pakai tas? Biasanya di rumah nenek juga ada pakaian Ahmad beberapa lembar?" tanya bocah empat tahunku dengan lancar. Aku diam bingung mau menjawab apa, aku mendekatinya."Sayang, untuk sementara Ummi dan Ahmad akan tinggal di rumah Nenek,""Kenapa, Mi? Disini enak. Apalagi Abi sudah mau pergi ke masjid bersama. Mau membacakan cerita bila malam hari dan mau makan bersama," kata anakku, aku menjadi semakin bingung. Sikap Mas Syahdan memang sudah menunjukkan perubahan positif hampir dua bulan ini setelah aku menuntutnya selama tiga bulan untuk dia berubah menjadi suami dan ayah yang baik.Ku pandangi anakku dan kupeluk dia perlahan. Aku merasa hampa, hanya dia satu-satu nya obat untukku. Bagaiman
Story Wa Istriku bag 41.**"Naya, suami kamu sedan hujan-hujanan diluar," kata Mama masuk begitu saja ke kamar ku, aku tersentak dan terbangun dari berbaring ku."Hah!" sahutku heran, pasalnya diluar sedang hujan lebat. Ngapain Mas Syahdan menyiksa diri seperti ini. Tak bisakah dia biarkan aku berpikir. Ku singkap selimutku namun aku masih diam di tempat tidur."Jumpai gih, Nay. Entar dia sakit lagi!" seru Mama merasa kasihan."Biarin aja, Ma," sahutku dengan cemberut."Kamu gak kasihan.""Salah dia sendiri, ngapain sih dia kayak anak kecil. Apa dia gak bisa ngasi aku waktu sebentar aja buat berpikir,"Mama mendekati ku yang masih memasang wajah cemberut. Dia membelai rambutku dengan sayang."Artinya dia sayang beneran sama Naya,""Kalau sayang gak mungkin dia lebih pentingkan si Vika ganjen itu, malah pelukan dikamar lagi, Ma. Ngapain coba kalau gak selingkuh." ucapku mencebik kesal pada Mas Syahdan yang sedang huja
Story Wa Istriku bag 42.**PoV Author"Nay, nanti malam tunggu aku ya. Aku percaya pada istriku." Syahdan berbisik lagi pada Naya sejurus kemudian dia mengedipkan matanya. Naya menelan salivanya, dia pasti sengaja bertingkah genit seperti itu.Naya menghembuskan napas dan berpura-pura tak ambil pusing dengan sikap Syahdan."Mari Ustadz Fikri," kata Naya mengulas senyum. Fikri juga memberi senyum dan mempersilahkan Naya masuk keruang guru untuk berdiskusi. Syahdan mendesah kecewa namun dia berusaha sabar saja dan berpikiran positif kalau istrinya ke sini buat membicarakan prestasi anak mereka dan ada orang tua murid yang lainnya.Syahdan mendapat telepon setelah Naya masuk ruang guru dan dia harus menjadi pemateri disebuah pertemuan. Dia hanya perlu datang karena jadwal nya sudah ditentukan."Bagaimana perkembangan anak saya Ustadz?" tanya Naya saat dia mendapat giliran berbicara dengan Ustadz Fikri. Ahmad juga di panggil agar mengetahu
Story Wa Istriku bag 43.Khusus Dewasa Anak Kecil Mohon Jangan Baca**"Abi, Ahmad rindu sekali sama Abi," Ucap Ahmad memeluk Syahdan. Syahdan melirik Naya dengan kecewa padahal dia mau menuntaskan hasrat yang dipendamnya buat sang istri. Cinta memang membuat orang gila, dan rasa inilah yang sekarang dirasakan Syahdan. Dia merindukan Naya, istrinya.Syahdan mengambil anaknya buat di dudukkannya di pangkuannya. Dia kemudian mencium pipi anaknya."Ahmad gak nakal kan di rumah Nenek?" tanya Syahdan, Ahmad menggelengkan kepalanya."Enggak dong. Nenek baik sekali,""Kita pulang lagi yuk ke rumah. Abi sendirian gak ada kamu dan Ummi. Abi kangen sama Ahmad terutama kangeeenn sekali dengan Ummi," ucap Syahdan mengalihkan netra memandang genit sang istri. Naya mencibir sambil membuang muka kemudian dia tersenyum kecil tak tahan digoda Syahdan."Iya, inikan sudah malam. Besok saja kita pulang. Mau kan, Ummi.
Story Wa Istriku bag 44.**PoV Syahdan."Vika, sayang," Boy datang dengan bunga ditangannya. Dia kemudian memberikannya pada Vika namun wanita itu malah membuang muka."Vika, ini buat mu sebagai ucapan permintaan maaf ku," seru Boy duduk didekat Vika."Kamu yang ngatur ini, Syahdan!" Vika melirikku tak terima. Aku diam sebentar karena air wajah Vika berubah tak senang."Boy, kepikiran kamu terus, Vik. Pagi, siang, sore dan malam. Yang ada di hati nya cuma kamu," ucapku membela kekasihnya agar Vika mau memaafkan Boy dan bersama dengannya lagi."Udah aku bilang sama kamu, Boy. Kalau aku gak bisa menerima kamu. Kamu masih bocah dan pemuas tante-tante. Aku malu punya pasangan kayak kamu apalagi dijadikan suami. Lebih baik anak ini pergi saja selamanya," ucap Vika ketus, Boy mencebik pada Vika namun dia menghembuskan napas panjang berusaha agar Vika tak emosi."Vika, menggugurkan kandungan adalah perbuatan dosa dan melanggar hukum.
Story Wa Istriku bag 45.**PoV Naya."Guten tag." Mas Syahdan memanggil. Kami menunggu di luar rumah sederhana namun berdesain klasik itu. Udara dingin menusuk tulang ku, masih musim gugur namun dinginnya eropa sudah terasa, mungkin akan lebih dingin lagi bila masuk winter. Suamiku membetulkan jaket yang kupakai. Mas Syahdan sekarang berubah jadi suami perhatian dan terkadang genit. Tetapi aku menyukainya. Sudah lama sekali aku ingin dia perhatian padaku.Kami menunggu diluar beberapa saat kemudian keluar pria paruh baya dengan jaket dan topi. Dia menatap kami dengan kerutan di dahinya. Tubuhku bergetar melihat wajah papaku, sudah lama sekali aku tidak melihatnya. Terakhir kali aku melihatnya saat usiaku tujuh belas tahun. Mama berpisah dengannya saat aku masih remaja. Bahkan, dia tak datang ke pesta pernikahanku. Alasannya dia sakit dan mendoakan yang terbaik buatku.Aku adalah anak yang tumbuh tanpa Papa saat aku beranjak dewasa. Kasih sayan
Story Wa Istriku bag 50.**PoV Syahdan."Nay, kita diundang di acara pernikahan boy dan Vika. Kita datang ya?" Ucapku pada Naya, dia hanya tersenyum samar."Aku malas, Mas.""Kenapa? Aku tak bisa datang sendiri dan aku mau datang bersama kamu," ucapku dengan lembut ke istriku seperti sebuah permohonan."Nanti dia melihatku tak senang. Dia itu masih menginginkanmu!""Tidak mungkin. Lihatlah bocah suaminya itu. Sangat mencintai Vika dan orang tuanya juga memaksa menikahkan mereka.""Kenapa kita harus datang kesana!" ucapnya ketus. Aku hanya tersenyum melihat wajah cemberutnya."Kita kan diundang, Nay. Jadi sebaiknya lita datang. Kita tunjukkan juga sama Vika kalau kita itu pasangan yang harmonis,""Ya sudah baiklah. Aku ikut!" ujarnya mengalah."Terima kasih, sayang." ucapku. Naya mengulas senyum. Lama kami saling menatap. Tiba-tiba aura saling menginginkan berubah. Ku dekatkan wajahku ke Naya dan dia sepertinya
Story Wa Istriku bag 49.**"Ana diterima, Mi." kudengar suara Ana yang bahagia. Bahagia kenapa?"Ustaz Fikri menerima Ana!" Lanjutnya."Assalamualaikum," aku bersuara. Suamiku melirikku dengan senyuman."Abi, Nenek ...." Ahmad berlari ke arah Mas Syahdan yang berbaring sementara kedua asisten dan Baby sitter menunggu di luar."Sini, sayang!" kata Mas Syahdan menyuruhku duduk dekat dengannya. Aku duduk di dekatnya."Maaf ikutan nimbrung. Siapa yang menerima Ana," kataku penasaran."Ustaz Fikri, Kak Naya. Alhamdulillah dia bersedia menjadi suami Ana," lanjut adik iparku dengan wajah sumringah berseri. Aku tersenyum sembari memberi ucapan selamat."Alhamdulillah, Ana. Selamat semoga acara lancar dan disegerakan pernikahannya," ucapku, walau aku tahu Ana baru saja lulus, mungkin tak ada niat melanjutkan pendidikannya."Terima kasih, Kak Naya.""Hmm .... Ana sudah mantap, K
Story Wa Istriku bag 48.**POV Author.Naya keluar dari ruang privat Syahdan. Membiarkan sang suami beristirahat agar kondisi nya lekas pulih. Rasa bahagia terasa nyata, apalagi Naya memegang pipinya yang memerah akibat ucapan cinta barusan yang dikatakannya. Memalukan, padahal sudah suami istri namun bila mengucapkan kata itu rasanya agak aneh juga."Naya!" suara itu membuat Naya berpaling melihat siapa yang memanggilnya."Mama, Ummi dan Ana!" seru Naya melihat kedatangan orang tuanya. Mama langsung menghambur memeluk Naya, bergantian Ummi dan Ana."Maafkan kami karena sudah membuat Mama, Ummi dan Ana jadi repot menyusul kesini," ucap Naya, pasti mereka lelah belum lagi akan mengalami jetleg."Tak apa, Nay. Bagaimana kabar Syahdan. Ummi mau berjumpa!" seru Ummi."Mas Syahdan sedang istirahat supaya kondisinya cepat pulih. Operasi di perut berjalan lancar. Kita sama-sama berdoa semoga Mas Syahdan lekas pulih, Mi." ucap Naya pada
Story Wa Istriku bag 47.**PoV Naya."Papa!" seruku saat melihat Papa berjalan dengan langkah cepat menghampiriku."Bagaimana Syahdan, Nay?" tanya Papa dengan raut wajah cemas. Aku memeluknya dengan netra yang basah."Sedang di tangani dokter, Pa!" Papa mengelus lenganku memberikan aku kekuatan dengan sentuhannya."Sabar, dear. Kamu banyakin doanya. Semoga Syahdan lekas sembuh,""Dimana Ahmad, Pa?" tanyaku ke Papa sambil mengurai pelukan kami,"Dia di rumah dan aman walau tadi mengamuk minta ikut. Tetapi sebaiknya dia di rumah saja dulu bersama asisten dan perawatnya," ucap Papa."Terima kasih, Pa." Papa mengangguk kan kepalanya, aku mendesah sambil mengelap kasar mataku. Dari tadi yang kulakukan hanya menangis.Cukup lama kami menunggu. Hingga akhirnya dokter keluar. Secara cepat kami mendatangi dokter itu."Wie ist der Zustand meines Kindes, Doktor?"(Bagaimana kondisi anak saya, Dokter?) Papa berbica
Story Wa Istriku bag 46.**PoV Naya.Mama menghubungi melalui panggilan video, aku tersenyum sekaligus memandang Papa."Mau kah Papa berbicara pada Mama?" tanyaku padanya,"Papa malu, karena meninggalkan mamamu, dia pasti marah sama Papa," lirih Papa menarik napas panjang."Mama gak marah lagi karena Mama merasa ini sudah takdir, Mama menunggu, Pa!" ujarku dengan lembut. Dia akhirnya mengangguk. Ku tekan tombol terhubung."Assalamualaikum," ucap Mama di seberang panggilan."Waalaikum salam,""Naya, sudah ketemu sama Papa, nak?""Alhamdulillah, Ma. Sudah,""Bagaimana kabar Papa, nak?""Mama bicara sendiri ya," kataku, kulihat wajah mamaku pias. Aku tahu, dia sampai detik ini masih mencintai Papa, walau dia bilang tidak cinta lagi namun, Mama gak bisa membohongi aku. Alasan Mama tak mau menikah lagi juga cukup klise, Mama takut dikhianati dan sakit hati lagi sehingga Mama memilih sendiri sampai detik in
Story Wa Istriku bag 45.**PoV Naya."Guten tag." Mas Syahdan memanggil. Kami menunggu di luar rumah sederhana namun berdesain klasik itu. Udara dingin menusuk tulang ku, masih musim gugur namun dinginnya eropa sudah terasa, mungkin akan lebih dingin lagi bila masuk winter. Suamiku membetulkan jaket yang kupakai. Mas Syahdan sekarang berubah jadi suami perhatian dan terkadang genit. Tetapi aku menyukainya. Sudah lama sekali aku ingin dia perhatian padaku.Kami menunggu diluar beberapa saat kemudian keluar pria paruh baya dengan jaket dan topi. Dia menatap kami dengan kerutan di dahinya. Tubuhku bergetar melihat wajah papaku, sudah lama sekali aku tidak melihatnya. Terakhir kali aku melihatnya saat usiaku tujuh belas tahun. Mama berpisah dengannya saat aku masih remaja. Bahkan, dia tak datang ke pesta pernikahanku. Alasannya dia sakit dan mendoakan yang terbaik buatku.Aku adalah anak yang tumbuh tanpa Papa saat aku beranjak dewasa. Kasih sayan
Story Wa Istriku bag 44.**PoV Syahdan."Vika, sayang," Boy datang dengan bunga ditangannya. Dia kemudian memberikannya pada Vika namun wanita itu malah membuang muka."Vika, ini buat mu sebagai ucapan permintaan maaf ku," seru Boy duduk didekat Vika."Kamu yang ngatur ini, Syahdan!" Vika melirikku tak terima. Aku diam sebentar karena air wajah Vika berubah tak senang."Boy, kepikiran kamu terus, Vik. Pagi, siang, sore dan malam. Yang ada di hati nya cuma kamu," ucapku membela kekasihnya agar Vika mau memaafkan Boy dan bersama dengannya lagi."Udah aku bilang sama kamu, Boy. Kalau aku gak bisa menerima kamu. Kamu masih bocah dan pemuas tante-tante. Aku malu punya pasangan kayak kamu apalagi dijadikan suami. Lebih baik anak ini pergi saja selamanya," ucap Vika ketus, Boy mencebik pada Vika namun dia menghembuskan napas panjang berusaha agar Vika tak emosi."Vika, menggugurkan kandungan adalah perbuatan dosa dan melanggar hukum.
Story Wa Istriku bag 43.Khusus Dewasa Anak Kecil Mohon Jangan Baca**"Abi, Ahmad rindu sekali sama Abi," Ucap Ahmad memeluk Syahdan. Syahdan melirik Naya dengan kecewa padahal dia mau menuntaskan hasrat yang dipendamnya buat sang istri. Cinta memang membuat orang gila, dan rasa inilah yang sekarang dirasakan Syahdan. Dia merindukan Naya, istrinya.Syahdan mengambil anaknya buat di dudukkannya di pangkuannya. Dia kemudian mencium pipi anaknya."Ahmad gak nakal kan di rumah Nenek?" tanya Syahdan, Ahmad menggelengkan kepalanya."Enggak dong. Nenek baik sekali,""Kita pulang lagi yuk ke rumah. Abi sendirian gak ada kamu dan Ummi. Abi kangen sama Ahmad terutama kangeeenn sekali dengan Ummi," ucap Syahdan mengalihkan netra memandang genit sang istri. Naya mencibir sambil membuang muka kemudian dia tersenyum kecil tak tahan digoda Syahdan."Iya, inikan sudah malam. Besok saja kita pulang. Mau kan, Ummi.
Story Wa Istriku bag 42.**PoV Author"Nay, nanti malam tunggu aku ya. Aku percaya pada istriku." Syahdan berbisik lagi pada Naya sejurus kemudian dia mengedipkan matanya. Naya menelan salivanya, dia pasti sengaja bertingkah genit seperti itu.Naya menghembuskan napas dan berpura-pura tak ambil pusing dengan sikap Syahdan."Mari Ustadz Fikri," kata Naya mengulas senyum. Fikri juga memberi senyum dan mempersilahkan Naya masuk keruang guru untuk berdiskusi. Syahdan mendesah kecewa namun dia berusaha sabar saja dan berpikiran positif kalau istrinya ke sini buat membicarakan prestasi anak mereka dan ada orang tua murid yang lainnya.Syahdan mendapat telepon setelah Naya masuk ruang guru dan dia harus menjadi pemateri disebuah pertemuan. Dia hanya perlu datang karena jadwal nya sudah ditentukan."Bagaimana perkembangan anak saya Ustadz?" tanya Naya saat dia mendapat giliran berbicara dengan Ustadz Fikri. Ahmad juga di panggil agar mengetahu