Tiba di sekolah lebih awal adalah hal yang bagus. Pikiran jauh lebih siap untuk mengikuti pelajaran yang akan dimulai. Bagi Jovian ada alasan lain lagi. Tentu saja agar ia bisa keluar rumah lebih dulu ketimbang papanya. Ia tidak ingin momen awkward terjadi saat bersama ibu tirinya jika papanya lebih dulu pergi.
Jovian tiba lima belas menit sebelum bel apel pagi berbunyi. Saat ia baru selesai memarkirkan sepeda motornya, ia melihat seorang siswi berjalan cepat ke arahnya. Jovian menebak gadis berbando kuning itu sama-sama kelas X seperti dirinya. Mungkin salah satu murid kelas sebelah. Gadis itu terengah-engah ketika tiba di depan Jovian.
"Ada kabar buruk Jo. Tentang Nacita." kata gadis itu dengan napas yang masih tidak teratur.
Jovian tentu saja kaget.
"Kabar buruk apa?" tanya Jovian tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.
"Sebelum aku kasih tahu, follback instagramku dulu dong!"
Saat itu Jovian ingin segera lari meninggalkan siswi
Nacita memandangi handphone tua miliknya dengan perasaan bimbang. Sejak insiden donatnya dirampas dan diinjak-injak hingga saat ini, ia belum juga berbicara dengan Stevia. Gadis itu sepertinya benar-benar marah atas ucapannya yang tanpa dipikir waktu itu. Biasanya Stevia-lah yang terlebih dahulu memulai pembicaraan. Namun, kali ini sepertinya pemilik wajah dengan lesung pipi itu sudah bosan.Nacita malu sekaligus ragu. Sudah lama ia tidak punya sahabat selain Jovian. Dan bisa dibilang ia tidak pernah saling mendiamkan walaupun mereka sering sekali berdebat dan mengejek satu sama lain. Akhirnya ia bulatkan tekad sebelum masalahnya menjadi semakin rumit.Ia menekan tombol panggilan setelah nama Stevia muncul di kontaknya. Nacita mengembuskan napas lega karena terdengar suara dering dari handphonenya. Itu berarti gadis itu tidak memblokir nomornya."Halo!""Halo Stevia. Lagi sibuk?""Enggak, kok.""Boleh bicara sebentar?""Boleh. Mau ngomong ap
"Hahaha... Hahaha... "Itu suara tawa Nacita dan Jovian, lain hal dengan Stevia yang cemberut melihat reaksi mereka."Kalian ngetawain aku ya?" tanyanya kesal."Bukan. Kami ngetawain kakak-kakak kelas itu." jawab Jovian spontan karena tidak enak melihat ekspresi Stevia yang membuat hati iba.Beberapa menit yang lalu Stevia baru saja menceritakan apa yang ia alami kemarin saat istirahat pertama di sekolah. Siswi-siswi yang mendatanginya dengan wajah penuh amarah itu sebenarnya tidak semuanya punya urusan dengan dia. Hanya satu di antara mereka, Stevia tidak tahu namanya karena ia tidak sempat melihat papan nama di seragam sekolah gadis itu.Ia marah pada Stevia karena tidak suka postingan instagram Stevia disukai dan dikomentari oleh kekasihnya. Ia juga bilang ia muak dengan Stevia yang sok cantik di sekolah padahal masih kelas X. Tentu saja kenyataannya tidak seperti itu. Stevia merasa dirinya biasa-biasa saja, ia tidak pernah merasa lebih cantik daripa
"Aku suka dengan kondisi rumahmu, Na. Walaupun sederhana tapi bersih dan rapi," puji Stevia.Saat ini ia sedang serius memerhatikan Nacita yang sedang mengambil pepaya muda dengan galah."Makasih, Stev. Karena kemiskinan tidak bermusuhan dengan kebersihan," sahut Nacita. Ia sudah berhasil menjatuhkan sebuah pepaya. Getahnya masih menjalir dari tangkai buah."Keren juga kata-katamu, Na! Tapi aku nggak bilang kamu miskin, kok," terang Stevia. Ia tidak ingin sahabatnya itu merasa direndahkan dengan kata-katanya. Sebab yang ia maksud adalah kekagumannya pada kerapian rumah ini."Ya, aku tahu, kok. Kamu nggak mengejek, tapi kami memang miskin. Itulah kebenarannya. Omong-omong soal istilah tadi, itu sebenarnya peribahasa Spanyol. Bagus kan?" ucap Nacita sembari meletakkan galah dan mengambil pepaya yang berhasil ia dapatkan."Bagus. Aku suka dengan kalimat-kalimat yang tiba-tiba kamu ucapkan. Cewek yang dikenal jutek ini ternyata bisa mengucapkan kosakata yan
Pagi ini mentari bersinar kembali. Meski kita tidak pernah berpikir apakah matahari akan muncul atau tidak di esok hari. Bagi Jovian bintang kerdil ini adalah simbol kesetiaan dan keteraturan. Bahkan juga lambang dari keadilan karena tidak pernah pilih kasih. Baik orang jahat atau baik bisa menikmati hangatnya tanpa perlu membayar tagihan setiap bulan. Ia tidak pernah terlambat atau lupa akan tugasnya.Dulu Jovian pernah berharap saat tertidur di malam hati, esoknya ia tidak usah bangun lagi, tidak perlu melihat matahari, atau menghirup udara pagi. Ia bosan dengan kehidupan beserta penderitaannya. Namun, belakangan ia mengubah cara berpikirnya. Dan Nacita adalah orang yang berjasa menyadarkannya. Karena gadis itu menjalani kehidupan yang lebih sulit daripada dirinya.Pagi ini ia memulai hari dengan pikiran kalut. Pembicaraan mereka di ruang makan kemarin malam membuat ia takut. Terlebih yang bercerita adalah ibu tirinya. Sebenarnya itu berita bagus, tapi rasanya ia tidak
Kedua gadis di depannya itu tampak memandangnya dengan serius. Mereka menunjukkan ekspresi layaknya anak kecil yang minta dibacakan dongeng, seolah apa yang baru disampaikannya sangat menarik perhatian. Ia ingin membatalkan kata-katanya tadi tapi melihat wajah penuh rasa ingin tahu Stevia dan Nacita, sepertinya ia tidak bisa mengalihkan pembicaraan."Aku harap kalian tidak memberikan ekspresi berlebihan."Mereka mengangguk bersama-sama tanpa mengalihkan pandangan darinya."Ini tentang Tante Clara," ucapnya menggantung."Kenapa dengan Tante Clara? Beliau mengidap penyakit mematikan?" tanya Nacita dengan nada cukup tinggi.Jovian melihat ke arah Stevia yang tampak ingin berbicara, tapi gadis itu tidak juga mengeluarkan suara."Bukan, Nat. Nggak usah sampai histeris gitu!" ucap Jovian."Makanya kalau ngomong itu jangan dipotong. Kamu itu kayak pembawa acara yang selalu memotong acara dengan jeda iklan di saat yang tidak tepat," ledek Nacita.
Gadis itu belum juga pulang dan ia tidak mau mengingatkan hal itu. Nacita sudah pulang lima belas menit yang lalu tapi Stevia masih terlihat serius memandang ke taman belakang rumah.Sebenarnya Jovian menawarkan diri untuk mengantar Nacita pulang, tapi gadis itu memutuskan untuk pulang dengan berjalan kaki. Cuaca masih gerimis tapi tidak terdengar guntur lagi. Jovian paham betul, Nacita sering membawa payung lipat di tasnya. Gadis itu memang selalu membuat persiapan saat ke luar rumah.Jovian ingin pergi ke kamarnya, tapi ia tidak mungkin meninggalkan Stevia sendirian di dapur ini. Mengajak gadis itu malah merupakan ide yang lebih buruk lagi. Tiba-tiba Tante Clara datang ke dapur sepertinya ingin mengambil air minum. Saat itulah Jovian pamit kepada Stevia, setidaknya pemilik rambut bergelombang itu punya teman untuk diajak bicara.***"Ternyata ada yang nginap di rumah calon mertua tanpa bilang-bilang ya!"Gadis di seberang sana tertawa mendengar ucapan
Kenapa, Na?Setelah berpikir lama hanya kalimat itu yang berhasil Stevia tulis di bagian komentar status facebook Nacita. Dua menit berlalu belum juga ada balasan atau setidaknya chat yang dikirim Nacita. Stevia melihat kronologi akun Nacita dan ternyata gadis itu tidak membuka facebook sejak sepuluh menit yang lalu. Ia beralih ke whatsapp dan hasilnya sama saja. Akhirnya ia putuskan untuk menelpon gadis itu ketimbang menerka-nerka apa yang sedang terjadi. Dan kenyataannya juga mengecewakan, nomornya sedang tidak aktif.Hanya tersisa satu pilihan, menelepon Jovian. Hanya saja saat ini sudah malam, tidak sopan rasanya menelepon teman cowok. Tapi, daripada dirinya tidak bisa tidur nyenyak, langkah terbaik memang hanya itu. Toh dia juga pernah menghubungi Jovian dalam kondisi yang sama seperti saat ini.Stevia menghembuskan napas lega karena nomor pemuda itu masih aktif. Jovian kemungkinan besar belum tidur. Suara Jovian terdengar dari speaker handphone Stevia.
Suasana di salah satu bagian gedung serbaguna ini mulai ramai. Jovian baru saja tiba beberapa menit yang lalu. Acara kumpul-kumpul sesama penyuka kegiatan mengedit video ini sudah berjalan 3 kali sejak libur sekolah. Jovian menatap ke sekitar dan menghentikan gerakannya saat melihat seseorang yang dia cari sedang duduk di salah satu kursi. Gadis itu sedang memainkan sebuah gitar ukulele sambil bersenandung.Rambutnya diikat dua seperti model rambut gadis desa. Jovian memutuskan mendekatinya karena ia belum begitu mengenal orang-orang yang ada di ruangan ini.Gadis itu menghentikan permainan musiknya saat menyadari Jovian sudah duduk tidak jauh dari tempatnya."Kamu ...," kata mereka hampir berbarengan."Kamu duluan, deh!" saran Jovian."Kamu punya chanel youtube bareng dua cewek itu ya?" tanya gadis itu dengan wajah ceria."Ya betul. Tahu darimana?" tanya Jovian balik."Tahu dari youtube-lah aku pernah nonton video kalian. Ada teman ya
Stevia terlihat duduk santai di kursi kayu dengan Leonard di sebuah ruangan kecil yang terpisah dengan cafe. Di depan bangunan kecil ini ada sebuah kolam ikan berukuran kecil yang bisa dilihat dari dalam karena ruangan ini tidak sepenuhnya tertutup. Stevia tampak sangat senang dengan kehadiran Nacita dan Jovian."Kamu nggak diculik, Stev?" tanya Jovian sambil memastikan kalau tangan Stevia tidak terikat."Seperti yang kamu lihat aku baik-baik saja. Lucu banget ngeliat ekspresi Nacita yang khawatir banget aku diculik. Keliatan banget dia sayang sama aku," jawab Stevia sambil tertawa."Jadi kami ditipu? Ojon, ayo kita pulang!" kata Navita sambil menarik lengan Jovian."Eh tunggu dulu! Kalian udah baikan ya?" tanya Stevia.Nacita langsung melepaskan genggaman tangannya dan tampak malu karena ia sadar dia dan Jovian sudah lama tidak akrab."Aduh... Kamu nggemesin banget dengan raut muka kayak gitu, Na," tambah Stevia.Muka Nacita berubah cemberu
Jovian turun dari lantai dua menuju ke arah dapur. Ia ingin mengambil cemilan untuk menemaninya membaca buku. Saat hendak sampai ke tujuan, ia mendengar ibu tirinya sedang mengobrol dengan seseorang, tapi ia yakin itu bukan Mbak Evi. Ternyata tebakan benar. Namun, ia tak menyangka yang sedang ada di sana adalah Stevia.Ia langsung mengubah haluan menuju ruang tengah, tapi ada yang sadar dengan tingkahnya. Tante Clara yang sejak beberapa hari yang lalu dipanggilnya mama itu, memintanya untuk bergabung bersama mereka.Stevia memamerkan senyumannya tampak bahagia dan seolah tidak sedang ada masalah dengan dirinya."Boleh minta waktumu sebentar, Jo? Ada yang mau aku bicarakan," ucap Stevia."Boleh.""Kamu mau Tante Clara dengar apa yang kita bicarakan?"Jovian melirik ke arah Stevia yang sedang serius, sedangkan mamanya hanya tersenyum.***Mereka kini sudah ada di balkon lantai dua kediaman Jovian. Keputusan Jovian
Gadis itu kelihatannya akan menuju ke mejanya. Leonard merasa senang sekaligus heran. Mungkin saja gadis itu akan marah kepadanya. Dan sejak kejadian video youtube berisi masa lalu Jovian itu, Leonard bisa melihat kalau Stevia memang menyimpan rasa marah kepadanya. Whatsappnya diblokir sehingga tidak bisa mengirim chat kepada gadis itu, begitu pula dengan instagramnya.Leonard merasa bersalah karena tahu akibatnya akan seperti ini. Ia pikir hanya Jovian yang akan berhenti berteman dengan Stevia tapi ternyata ia ikut kena akibatnya. Belum lagi ia sangat sedih sekaligus kecewa karena minggu lalu Stevia membagikan hasil masakannya yaitu matcha cookies ke teman-teman sekelas tapi hanya ia yang tidak kebagian. Kelihatan sekali kalau Stevia memang sudah menganggapnya tidak ada. Dan Leonard hari ini siap menerima apa pun yang akan Stevia katakan."Selamat ya Leonard tujuanmu sukses bahkan memberikan efek ganda. Persahabatan kami retak dan mungkin minggu depan aku sudah pindah s
Waktu ibarat kuda liar, ia berlari begitu cepat tanpa kita sadari. Dan hari ini sudah lebih sebulan berlalu sejak insiden video memasak Steviana yang disabotase oleh Leonard. Suatu hal yang tidak pernah disangka, tapi beginilah akhirnya, hubungan Jovian, Nacita, dan Stevia tampaknya tidak bisa diperbaiki lagi.Nacita memutuskan sibuk belajar bersama Kak Kayla yang juga menang olimpiade matematika. Terkadang sepulang sekolah ia membantu ibunya berjualan di kedai makan sederhana miliknya. Hari-harinya berjalan hanya rutinitas saja tidak ada kejutan dan keceriaan sewaktu ia bersama Jovian dan juga Stevia.Semua bisa dilewati tapi tidak begitu ia nikmati. Yang paling ia sesali sering kali rasa rindu itu muncul sendiri. Ketika memasak di dapur, saat memandang pohon pepaya di belakang rumah, saat membuat kue, atau bahkan menonton adegan sekelompok sahabat di televisi.Nacita pikir ini akan dilewati dengan mudah, tapi pada kenyataannya ia hanya mencoba mengobati hat
CARAMU KEREN SEKALI! Sekarang semua yang kita sembunyikan sejak lama sudah diketahui orang. Bedanya bukan aku yang menyebarkan video aibmu itu, tapi di video pembalasanmu wajah dan suaramu sendiri yang terpampang nyata. Terang-terangan kamu bilang sebegitu menyedihkannya keluargaku. Dan betapa durhakanya aku karena belum memaafkan orang tuaku. Kamu bilang kecewa dan menyesal kenal denganku, tapi asal kamu tahu, aku lebih MALU punya teman kayak kamu. Kamu lebih parah ketimbang ibu-ibu komplek tukang gosip. Memang sudah sebaiknya pertemanan kita diakhiri. Semoga kamu bahagia selalu, Jovian Tarendra!Jovian tidak percaya dengan apa yang dibacanya. Sewaktu itu meletakkan ranselnya di laci ia menemukan selembar kertas berwarna putih yang dilipat. Awalnya ia berpikir untuk mengabaikannya karena mungkin saja itu surat dari siswi-siswi yang sering mengirimkan surat untuknya. Tapi biasanya surat mereka dimasukkan ke loker miliknya.Tidak ada nama pengirimannya, mes
Ia pikir dirinya tidak akan bisa keluar hidup-hidup dari toilet tadi. Siswa-siswa yang mengobrol dengan Stevia tadi,ternyata sudah pergi. Jovian tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika mereka masih ada di sana siang tadi. Sejauh ini tidak ada yang menghinanya akibat video youtube kemarin. Siswi-siswi masih ada yang tersenyum kepadanya entah karena belum sempat melihat video itu atau karena isi video itu tidak berpengaruh apa-apa terhadap penilaian mereka padanya.Hanya saja beberapa siswa-siswa tampak tersenyum mengejek kepadanya. Sejauh ini, hal itu tidak membuatnya merasa terintimidasi. Dan sepertinya murid-murid di sekolah ini tidak akan melakukan tindakan perundungan alias bully. Karena sepengetahuan Jovian, sekolah ini akan menindak tegas orang-orang yang ketahuan membully orang lain seperti yang pernah terjadi beberapa tahun lalu.Sesampainya di rumah Jovian segera menghubungi Salmira dengan panggilan video. Tidak lama kemudian mereka sudah tersamb
Nacita seperti malam-malam sebelum sedang serius mengerjakan soal-soal untuk olimpiade matematika beberapa hari lagi saat ponselnya berdering. Ia tersenyum karena yang meneleponnya adalah Jovian."Halo, Ojon! Tumben malam-malam nelpon. Padahal tadi di sekolah ketemu, udah kangen aja."Seandainya yang menelponnya bukan Jovian, ia tidak akan mungkin berkata seperti itu. Mendengarnya saja sudah bikin jijik."Maaf ya, Nat bercandaanmu nggak lucu sama sekali."Nacita kaget mendengar ucapan sinis Jovian. Jangan-jangan handphonenya sedang dibajak orang lain walaupun ia tahu itu adalah suara Jovian."Kamu kenapa sih?""Kalian yang kenapa? Kamu jangan pura-pura nggak tahu ya, Nat. Apa yang kalian unggah di video youtube terbaru sungguh keterlaluan. Aku nggak ngerti kenapa kalian sejahat itu. Kalian lebih jahat daripada yang membully aku waktu SMP."Belum pernah Nacita mendengar ucapan sedih Jovian sepanjang itu. Ia benar-benar tidak paham apa yang sa
Ia menatap Stevia dengan ekspresi tidak terima saat mengetahui Leonard yang menjadi kameramen untuk syuting mereka kali ini. Gadis yang dimaksud malah asyik merapikan meja dan bahan-bahan memasak mereka kali ini. Ketika Leonard beranjak ke toilet, Nacita langsung bertanya pada Stevia dengan nada suara rendah."Kenapa harus dia sih, Stev?""Kemarin aku posting kiriman di instagram, yang respons lumayan banyak sih. Tapi rumahnya jauh dan mereka masih sekolah. Pasti repot kalau disuruh ke mari. Kebetulan dia komen dan aku liat di feed ig-nya, hasil editannya bagus-bagus.""Siswa di sekolah kita nggak ada yang komen selain dia?""Ada sih, tapi bisa aja Jovian nggak kasih izin karena nggak kenal.""Kalau Leonard memangnya Jovian izinkan?""Nggak tahu ya. Tapi aku sudah izin ke Tante Clara. Jadi aman.""Semoga nggak terjadi apa-apa deh."Stevia mengangkat jempolnya tanda setuju. Meski begitu, Nacita merasa tidak tenang dalam hatinya. Mudah-m
Salmira sempat ragu menerima ajakan Jovian untuk berkunjung ke rumahnya. Namun, setelah menyakinkan diri, ia pun setuju ikut. Apalagi Jovian baru saja mendapat adik baru. Tak lupa ia membawa hadiah kecil sebagai ucapan selamat sekaligus tanda perkenalan.Salmira diberi tahu kalau hari ini Jovian ada syuting dengan kedua temannya. Itu menjadi alasan tambahan ia menyetujui ajakan Jovian. Ia sekalian ingin berkenalan dengan Stevia dan Nacita. Gadis yang sejauh ini hanya dilihatnya lewat youtube.Jovian senang belajar memainkan gitar dengan Salmira karena gadis itu penyabar dan termasuk jago mengajar. Itu yang membuat Jovian akrab dengan Salmira. Jadi ia ingin juga kedua sahabatnya mengenal Salmira. Gadis itu juga sepertinya berminat pada Stevia dan Nacita karena gadis itu sering bertanya tentang mereka berdua. Kini mereka berdua sudah sampai di rumahnya.Salmira terlebih dahulu berkenalan dengan Tante Clara sedangkan Jovian sibuk menyiapkan peralatan untuk syuting. Se