Share

Sandiwara

Setelah salat subuh, aku memilih keluar dari kamar. Semalam tak bisa memejamkan mata. Bayangan Mas Gilang dan Nagita melakukan malam pertama menganggu pikiran. Padahal, sudah kusiasati dengan salat malam dan membaca Al-Quran. Namun gejolak penasaran tak mampu kukendalikan.

"Nggak, Bu! Menyebalkan. Lelaki itu payah. Dia meninggalkanku sendirian." Suara Nagita terdengar jelas di telinga. Aku memilih diam di belakang tembok. Hanya berjarak tiga meter dari posisinya berdiri. Dia sepertinya sangat serius dalam berbicara. Kehadiranku tidak disadari olehnya.

"Nanti lah, Bu. Aku akan membuat dia bertekuk lutut di kakiku." Nada bicara Nagita penuh penekanan.

Hanya pembicaraan singkat itu yang mampu kudengar. Sepertinya, Nagita sudah mematikan sambungan teleponnya.

Aku mengarahkan kursi roda ke dekatnya. Dia terperangah melihat kedatanganku.

"Sejak kapan kamu di sini?"

"Dari tadi, kamu bicaranya terlalu serius sampai kehadiranku tidak kamu ketahui," balasku tenang.

"Hemm! Aku mau ke kamar, suam
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status