Part 31
#StatusFacebookTetangga
______________________
Akhirnya pembawa acara oleh Mama Idos. Sementara itu ibu-ibu yang lain tidak fokus, mereka berbisik-bisik dan sempat aku dengar mereka membicarakan Mama Azzah.
Acara berlangsung lancar sampai pengocokan arisan dilaksanakan. Ternyata yang dapat adalah Mama Rena, jadi bulan depan di kediaman Mama Rena.
Setelah itu, aku dibantu oleh beberapa ibu-ibu membagikan kue dan nasi kotak.
“Makasih ya, Mama Adit kue sama nasi kotaknya. Nggak kayak bulan lalu, omongnya doang tapi nggak ada nasi berkatnya,” ujar Mama Idos. Ia menyalamiku dan pamit.
Kemudian di susul oleh
Part 32#StatusFacebookTetanggaYang belum subscribe ceritaku, subscribe dulu ya, juga follow akunku, makasih ....___________________Astaghfirullah, apakah Mama Adel cerita ke Mama Azzah tentang semua orang yang menggosipkannya?Bagaimana ini?Sebenarnya kesal juga membaca Status mama Azzah seolah dia itu tidak bersalah. Coba saja semisal ibu-ibu kompleks yang sudah tahu gosipnya itu kemudian mendatangi dan konfirmasi dengannya lalu apa yang akan ia katakan?Apakah ia akan berdalih seperti kemarin-kemarin dan mengatakan bahwa akulah sebenarnya yang terlalu mengejar-ngejar suaminya dahulu?Ah sudahlah pusing memikirkan Khamila itu.Kring ... Kring ... Kring ....“Dari Khamila?” Kaget!Angkat, apa tidak, ya. Eh, udah dimatikan.Kring ... Kring ... Kring ....Khamila menelpon kembali. Mending langsung kuangkat, langsung kutekan tombol warna hijau.
#StatusFacebookTetangga____________________“Biarkan saja, Bude, nggak usah dengerin. Sekarang saya mau tutup kuping saja.”Setelah dilayani, aku langsung pulang. Sesampainya di rumah, rupanya mereka belum pada bangun.Biarkan saja, malah enak, mau ngerjain apa-apa nggak ada yang gangguin. Biasanya Papa minta bikinin kopi, minta ini dan itu. Belum lagi Adit yang rewel.Aku membereskan rumah, bersih-bersih dan memasak nasi. Sudah jam tujuh, beli sayur aja dulu ke Bang Sar, jam segini pasti masih komplit.Hari ini mau masak apa, ya.Bingung mau masak apa, kayaknya sayur asem, sambel terasi dan pecak ikan, pasti enak. Makanan kesukaan Mas Adnan.&
Part 34#StatusFacebookTetangga__________________________Kulirik Khamila, bangga sekali sepertinya.Sengaja aku mendorong dan mendukung Mas Adnan untuk mencalonkan diri menjadi ketua RT adalah agar dapat memecah suara Burhan dan Pak Warsito. Pokoknya salah satu dari keduanya jangan sampai terpilih.“Kepada seluruh warga RT empat, sebentar lagi di mulai. Monggo tentukan pilihan. Kami ada empat calon, yaitu Bapak Warsito, Bapak Topik, Bapak Burhan dan Bapak Adnan.” Pak Rahmat mengumumkan para calon ketua RT, diiringi tepukan warga. bahkan ada yang menggaungkan nama-nama calon RT.“Pak Burhan, Pak Burhan,” teriak Mama Adel, beberapa orang yang mendukung Burhan ikut berteriak menyebut namanya. Wow, rupanya Mama Adel mendukung si Burhan. Tidak apa-apa. Kulihat Khamila senyum-senyum.Melihat Mama Adel memberikan dukungan ke Burhan, Bu Umroh dan beberapa ibu-ibu yang lain berteriak. &ldqu
Part 35#StatusFacebookTetangga======================Subscribe dan subrate ya, Mak ....------------------------------------------------Oh my God, Mas Adnan menang.Bu Umroh dan ibu-ibu yang lain berpelukan.Lebay, hihi.Aku tidak menyangka kalau Mas Adnan bakalan menang. Aku tidak menyangka jika suaranya Pak Topik dan Pak Warsito bakalan ke Mas Adnan, tetapi kenapa, ya? Ini perlu aku selidiki.Kulihat Mama Azzah merengut, terpancar dari wajahnya ada rasa kecewa."Bapak-bapak dan ibu-ibu, akhirnya perolehan suara terbanyak diraih oleh Pak Adnan," ujar panitia."Hore!" seru para warga disertai tepuk tangan."Selamat kepada Pak Adnan. Kami mohon dengan hormat, silakan memberikan sambutannya," Pinta Pak RW.
PART 36#SatusFacebookTetangga=========================="Begini, Pak, saya ke sini mau minta tolong. Suami saya selingkuh dengan orang yang ada di komplek sini. Namun, ia tidak mau mengakuinya. Saya ingin menggrebek mereka," ujar Bu Ning membuat aku dan Mas Adnan melongo."Ma, maaf Bu Ning, njenengan jangan bikin isu," ucapku tidak percaya."Bu Dania, kalau njenengan tidak percaya, nanti akan saya tunjukkan buktinya. Astaghfirullah, masalah apa ini. Barusan Khamila datang mengeluhkan Mama Adel, eh, ini Mama Adel mengeluh juga."Sebaiknya Mama Adel tabayun dulu, takut jadi fitnah," ucap Mas Adnan, aku mengangguk tanda setuju. Aku nggak mau kejadian Khamila terulang."Eh, ini bener, Pak RT, ini buktinya." Mama Adel menunjukkan foto di mana dalam foto itu ada Bu Umroh yang sedang turun dari mobil dam milik Pak Dayat.
Part 37#StatusFacebookTetangga----------------------Kuutarakan maksud kedatanganku. Kuceritakan kejadian kali ini di pos. Mendengar ceritaku, Pak Dayat kaget. Segera ia mngikutiku menuju pos ronda.Di pos ronda masih ramai akibat keributan antara Bu Ning dengan Bu Umroh. Melihat keramaian yang terjadi di pos ronda, Pak Dayat kaget."Astaghfirullah, Ma! ada apa? ah, malu-maluin Papa saja," ujar Pak Dayat sembari menarik tangan Bu Ning untuk pulang."Pak Dayat, tunggu!" cegah suamiku. "Kita selesaikan masalah ini secara baik-baik. Kalau seperti ini, tidak akan ada penyelesaian.""Tapi, Pak, saya malu," ujar suaminya Bu Ning."Benar, Pak RT, saya ingin menyelesaikan persoalan di sini, biar semua warga tahu semua kebusukan Bu Umroh sama Papa!" sengit Mama Adel sembari melirik ke Bu Umroh."Sudahlah, Ma
Mama Idos mengirim status gambar kami saat di pos ronda. Di postingan tersebut, terlihat Bu Ning sedang marah dan menunjuk ke arah Bu Umroh. "Salah sangka, bermaksud menunjukkan kebusukan orang, eh kebusukannya terbongkar, wkwkwk dasar!"Itulah status dari Mama Idos.Setelah semuanya selesai akhirnya kami membubarkan diri, aku dan mas Adnan pulang."Eh mas, bukankah bu Ning itu juga utang sama Khamila? aku jadi lupa," ucapku kepada Mas Adnan. Kuingatkan kembali saat Khamila datang ke rumah dan meminta bantuan.Kami mengobrol ketika perjalanan pulang dari pos ronda."Eh iya ya, Ma, harusnya tadi sekalian dibahas. Namun nggak baik juga bahas di forum, cukup Bu Umroh saja," ujar Papa...Sampai juga kami di rumah. Ku buka pintu pagar, kemudian Mas Adnan memarkir motornya.Baru saja selesai memarkir motor, ponsel Mas
Akhirnya mereka didudukkan bersama untuk menyelesaikan permasalahan."Mama Adel, kira-kira kapan mau bayar utangnya," tanya Papa kepada Mama Adel yang masih cemberut.Siapa yang hutang, siapa yang cemberut. Aneh Mama Adel itu."Ehm, Pak RT, aku pasti akan bayar, tetapi tidak sekarang. Mana ada duit sekarang, Pak," jawab Mama Adel sambil melirik Khamila. Khamila pun masih terlihat amat sangat kesal."Suamiku aja ngasihnya nggak tentu. Kadang cukup buat makan sehari, kadang malah kurang. Makanya aku ngutang ke tukang sayur juga." Bu Ning mengeluh.Antara percaya dan tidak, sebab kalau dilihat dari keseharian, Bu Ning termasuk orang yang terbilang berada. Kehidupannya tidak seperti orang-orang yang kekurangan.Ada kalung dan anting. Beli lauk saja hampir tiap hari ayam atau ikan."Bohong Pak RT, orang kalau ke rumahku saja seri
Status Facebook TetanggaPart 52--------oOo-------Burhan berkomentar di statusku. Ah, jawabnya nanti saja biar banyak dulu. Aku menuju ke ruang keluarga dan merebahkan badan di kasur depan televisi. Memasaknya nanti sore saja sebab hanya aku saja yang makan, Mas Adnan dan Adit pulang sore, jadi memasak untuk makan malam.Wah, Mas Adnan bikin status, tumben. Status Mas Adnan muncul di berandaku. Lho, ini, kan status lama. Kalau tidak salah saat itu sedang jalan-jalan di Puncak. Karena ada yang komentar, makanya muncul di beranda.Zaskiya Putri, siapa dia. Kenapa dia komentar di statusnya Mas Adnan?"Hay, Bro, apa kabar? Kamu masih seperti dulu."Begitu isi komentarnya. Mas Adnan memberi apresiasi dengan memberi "like" di komentar Zaskiya."Bro, itu istrimu, ya, hmmm cantik juga."Komentar selan
Status Facebook TetanggaPart 51-----oOo-----Sekembalinya dua keluarga yang berseteru itu, aku dan Mas Adnan saling memandang. Mas Adnan memegang keningnya. Nampaknya ia sangat pusing."Sudahlah, Mas, memang begini kalau menjadi bapaknya warga. Sabar, ya. Jadikan setiap persoalan menjadi sebuah pengalaman," ujarku sambil mengelus pundaknya. Ia mengangguk perlahan.Kami ke ruang keluarga kemudian aku ke ruang makan untuk mengambil ponselku yang tergeletak di meja ruang makan.Saat membuka kunci ponsel, terlihat notifikasi masuk. Sekitar lima belas menit yang lalu. Oh, rupanya dari Bu Ning.[Bu Dania, tolong rayu suamiku agar membatalkan talaknya.]Lho, kok minta tolongnya ke aku, apa hubungannya denganku?[Bu Dania, please, aku benar-benar pusing. Mas Topik marah besar padaku.] Kembali pesan
"Assalaamualaikum." Terdengar suara teriakan seorang perempuan yang tidak asing. Akupun bangkit dan berlalu menuju ke luar. Ternyata ada Bu Tutik dan Bapak Wasito. Wajah mereka tampak tegang.Kubuka pagar dan kupersilakan mereka untuk masuk."Silakan duduk," ucapku. "Ada perlu apa Mama Rena," tanyaku."Pak RT mana Mama Adit," tanya Mama Rena. Terlihat dari wajahnya, ia seperti ingin menceritakan sesuatu. Seperti dugaanku, pasti tentang Mama Adel yang menyebarkan gosip mengenai kuburan Orang tuanya."Sebentar, Mas Adnan sedang makan." Akupun pamit ke dapur untuk membuat minuman sekaligus menemui suamiku."Siapa, Ma," tanya Mas Adnan yang rupanya telah selesai makan."Bu Tutik sama suaminya, mereka ingin ketemu Papa, temui geh," suruhku. Kutuang air panas ke teko untuk membuat teh."Baik, Papa temui dulu ya, Ma," ujar
Aku dan Mas Adnan ke rumah Mama Rena untuk ta'ziyah.Sesampainya di sana, para pelayat sudah banyak yang datang.Ada juga Khamila Mama Adel dan juga suaminya.Kulihat Mama Rena begitu tegar, mungkin karena ibunya sudah lama sakit sehingga mungkin ini adalah yang terbaik."Kami sekeluarga ikut berduka cita yang sedalam-dalamnya ya Mama Rena, sabar ya," ucapku sambil memeluknya dan mengelus punggungnya."Terima kasih mama Adit," balas Mama Rena.Pada saat itu terdengar percakapan antara suaminya mama Rena dengan Mas Adnan."Pak Warsito yang menggali kubur apakah sudah ada?" Kepada suaminya Mama Rena. Suaminya Mama Rina tampak kebingungan karena memang belum mendapatkan orang yang akan menggali kubur. Orang yang biasa menggali kubur sedang keluar kota.Pada saat itu pak Dayat datang dan ikut bergabu
Ternyata Mama Adel tidak datang,ia berjanji akan ke rumah selepas Asar. Aku dan Mas Adnan memutuskan untuk mendatangi rumahnya setelah Maghrib dan tadi sudah mengirim pesan...Usai sholat Maghrib, aku dan Mas Adnan menuju ke rumah Mama Adel. Sesampainya di sana, mereka tidak ada di rumah. Rumah mereka terkunci. Mas Adnan mencoba menghubunginya tetapi tidak dapat tersambung.Beberapa menit kemudian, Khamila dan Burhan datang. Mas Adnan juga mengundang mereka."Kok sepi," tanya Khamila yang masih duduk di atas motor."Kurang tahu, pintu rumahnya terkunci. Ke rumah saja yuk," ajak Mas Adnan. Khamila dan Burhan saling memandang dan akhirnya mengangguk.Akhirnya kami balik dan diikuti oleh keduanya.Sesampainya di rumah, kupersilakan keduanya untuk duduk. Aku ke dapur untuk mengambil air minum dan beberapa makanan ringan. Setelah itu aku keluar dan mempersilakan keduanya untuk minum dan menyantap makanan ringan yang aku sediakan.
Aku di dalam rumah sampai sore menunggu Mas Adnan pulang. Perasaan resah dan gelisah menyeruak dalam dada. Jam empat, Mas adnan tak kunjung pulang. Jam Limapun tak pulang. Kemana Mas Adnan, kenapa jam segini belum juga pulang?Berbagai macam pemikiran-pemikiran negatif berkecamuk dalam otakku.Aku yang sedang duduk di ruang tamu, mandengar bel berbunyi. Sepertinya ada yang datang dan aku keluar.Alhamdulillah, Mas Adnan pulang, Aku menantikannya sekak tadi. Aku mengahambur dan segera memeluknya, mencium pipinya.“Eh, Ma, aku baru pulang dan badan masih bau, lho,” ungkap Mas Adnan dengan heran. Mungkin karena tingkahku yang tidak seperti biasanya.“Kenapahape ditinggal, jadinya aku nggak bisa komunikasi,” ujarku sambil merengut dan masih merangkulnya. Mas Adnan masih berdiri sambil memegang tas kerjanya.“Kamu kangen?” Ledek suamiku“Iya,” ujarku manja. Aslinya benar-benar aku merasa resa
Setelah semua barang keperluanku telah aku beli, kemudian aku meluncur ke rumah Khamila.Sesampainya di sana ternyata rumahnya terkunci.‘Kemana Khamila, apa mungkin ia sedang belanja?’Coba aku telpon. Kukeluarkan ponselku dari saku celana jeans yang aku pakai. Langsung kucari namanya.“Assalamualaikum.” Langsung dijawab olehnya. “Ada apa Mama Adit?” tanyanya.“Waalailkum salam. Aku ada di rumahmu, sekarang kamu ada di mana?” tanyaku.“Lah, kenapa nggak dari tadi? Sekarang aku lagi belanja di swalayan,” jawabnya. Waduh, tidak bisa ketemu. Padahal aku ingin menyelesaikan persoalanku dan juga ingin tahu, siapa pria misterius yang menggangguku.Aku juga ingin meminta agar ia menghapus statusnya sekarang, tetapi jika itu aku lakukan, ia pasti tambah senang. Ia itu senang jika aku sulit.&l
Status Facebook TetanggaBenar-benar makin runyam, herannya kenapa Kamila sampai tahu. Wah, si Burhan tidak bisa dipercaya ini.Aku semakin pusing dengan persoalan ini. Jika Khamila tahu, berita ini bakalan cepat tersebar.'Ah baiknya aku memang harus cerita ke Mas Adnan.'Kudekati suamiku yang sedang tertidur pulas. Kulirik jam di dinding, rupanya bentar lagi Asar, memang harus dibangunkan."Mas, bangun sayang, sudah jam 14.40," panggilku sembari menggerak-gerakkan badannya agar cepat bangun.Mas Adnan hanya menggeliat, lalu melirikku dan merangkul."Mas, masih siang, jangan seperti ini, ah." Aku meronta. Dikhawatirkan Adit tiba-tiba pulang karena memang sudah waktunya pulang."Memangnya kenapa? Kan pintu pagar dikunci?" ucapnya. Namun matanya masih terpejam."Mas,ka
“Sudah cukup Pak, Bu! Kalau njenengan berdua ingin bertengkar, silakan di rumah saja,” lerai Suamiku. Kedua pasangan suami istri itupun akhirnya diam. “Silakan, ada apa njenegan ke sini? Apakah ada masalah?”“Pastinya ada, Pak. Saya mau lapor kalau suami saya selingkuh!” sahut Bu Ning. Pandangannya mengarah ke Pak Dayat.Oh Allah, soal perselingkuhan kenapa harus bawa-bawa RT, sih, ini sudah keberapa kali laporan seperti itu.“Ma, berapa kali Papa katakan kalau Papa itu tidak selingkuh. Mana buktinya? Mama itu selalu suudzon. Dulu dituduh selingkuh dengan langganan tukang sayur, sekarang? Ujug-ujug Mama nuduh selingkuh, lalu selingkuh dengan siapa?” Nampaknya Pak Dayat memang sangat kesal dan marah.“Justru Mama yang nggak mau ngak