Angkasa semakin gelap. Ribuan kelelawar datang menutupi awan. Bersamaan itu, suara elang terdengar. Burung yang sangat gagah itu seketika mematuk para prajurit. Macan bersama semua binatang berdatangan, ikut menyerang semua prajurit.
“Argh!” Para prajurit berteriak keras saat kuku tajam para ratusan macan menyerang mereka dari berbagai arah. Gajah dan binatang lainnya menyerang para prajurit yang masih berada di atas kuda.
Mustafa menatap Aslan yang menatapnya tajam dengan kedua mata memerah. Sang raja hutan memanggil bala bantuan untuk mengakhiri semuanya.
“Aslan, jangan bunuh semua prajurit itu,” batin Mustafa sebelum melakukan penyerangan. Aslan mengaum keras, membuat semua binatang hanya menahan semua prajurit untuk melangkah.
Mustafa semakin terkejut melihat angkasa saat semua elang menyerang pemanah yang akan mengarahkan anak panah ke angkasa. Senyuman mengembang di wajahnya. Dia mulai berlari kencang menerabas semua prajurit
Akasma menatap Seria yang masih saja menundukkan kepala. Dia sangat paham jika semua putri pasti memiliki rencana untuk saling menjatuhkan satu sama lainnya.“Aku berterima kasih dengan pujianmu, Putri Seria. Aku tidak akan memihak kepada siapapun termasuk Putri Zivana walaupun semua putri tahu sendiri jika anakku Mustafa memiliki hati kepadanya. Namun aku akan memilih seorang putri yang sangat kuat di antara Kalian. Sebentar lagi gelar Sri Sultan akan dimiliki Pangeran. Dia membutuhkan seorang pendamping saat itu. Siapa yang terhebat di antara kalian, itu yang akan aku pilih. Bersiaplah kalian, karena akan bertarung dengan dua belas putri yang akan ada di Harem bersama selir lainnya.”Akasma sejenak menatap semua putri yang masih menundukkan kepalanya termasuk Zivana. Setelah beberapa detik, sang ratu berjalan keluar dari ruangan istana tertinggi diikuti Hera pelayan setianya.Zedrich yang semula diam, mulai melangkah sangat anggun mendekati Z
Mustafa menghentikan langkah ketika berada tidak jauh dari ruangan inti istana. Dia bersembunyi di balik pintu ruangan dan mengamati Aigul yang melangkah keluar disusul ibunya kemudian Zivana. Mustafa mengernyit saat mengetahui Zivana tidak berjalan menuju Harem, namun keluar halaman belakang dan akan menunggang kudanya.“Mau ke mana dia?” batin Mustafa segera ikut menarik salah satu kuda dan menaikinya untuk menyusul Zivana.Mustafa melewati arah lain, namun terus mengikuti ke mana Zivana melaju kencang hingga mendadak menghentikan kudanya di sebuah sungai. Mustafa terkejut, dia tidak mungkin membiarkan Zivana akan berenang di sungai. Pangeran berlari, sedikit menunjukkan diri di balik pohon kepada prajurit yang melihatnya melambai. Prajurit membiarkan Zivana karena mereka merasa Mustafa berada di dekat sang putri dan pasti akan sangat aman.Prajurit segera menjauh dari posisi sungai dan mengamati sekitar. Sementara Mustafa terus mengamati Zivana de
Para putri yang terbiasa dengan kekayaan dan kekuasaan, kini harus tinggal bersama di dalam satu ruangan di Harem. Mereka menyimpan amarah masing-masing. Aigul memilih untuk menempati ranjang di pojok ruangan tepat di sebelah jendela.Awal mulanya, dia berpikir akan berada di dalam kamar yang berbeda. Hatinya semakin kesal melihat dirinya harus berbagi ruangan dengan semua wanita berwajah sempurna namun berhati iblis.“Apakah benar apa yang dikatakan mereka jika Pangeran sangat tampan?” kata salah satu putri mendekati Aigul yang hanya menatapnya. Sang putri semakin kesal saat Aigul membelakanginya tanpa berbicara. Dia menarik lengan Aigul, lalu akan menamparnya. Namun tangannya tertahan dan sama sekali tidak bisa bergerak.“Jika kau melakukannya, aku akan membuatmu berwajah buruk.” Kedua mata Aigul menyorotkan pandangan tajam. Irisnya semakin berwarna hitam, membuat semua putri melotot tidak percaya.“Kau penyihir?” Put
Putri kesayangan Pangeran terjatuh. Sontak Mustafa berlari mendekati Zivana. Tangannya perlahan mengangkat tubuh Zivana yang sangat lemas. Pandangannya menamati semua tubuh sosok wanita pujaannya itu dengan saksama. “Zivana. Kenapa dengan dirimu? Zivana!”Akasma mengarahkan tangan kepada pelayan untuk segera memanggil tabib istana. Sang ratu berjalan mendekati Mustafa yang segera dia sadarkan untuk menanggapi semua dengan tenang. “Pangeran, tenanglah. Sebaiknya kita membawa Zivana menuju kamarnya. Angkatlah tubuhnya. Kita akan membawa ke sana.”Mustafa menganggukkan kepala, berjalan cepat menuju kamarnya. Wajahnya terlihat kelam seketika melihat sosok wanita pujaannya terjatuh dengan sedikit mulut berbusa.Semua putri mengamati dengan kaku. Mereka diam, tidak berekspresi apapun. Bahkan mereka kembali duduk di meja makan dan diam saling memandang tajam.Akasma mengamati mereka, melihat gerak-gerik setiap putri. Sang ratu mengerti ji
Pangeran memutuskan untuk menemui Aigul setelah melihat apa yang terjadi dengan Zivana. Para tabib masih saja memeriksa Zivana yang masih saja tidak sadar dari pingsannya. Mulut merah yang semula merekah, kini membiru dengan sedikit busa. Namun, para tabib mengatakan jika tidak ada penyakit yang masuk ke dalam tubuh Zivana. Seketika itu Mustafa paham jika sihir yang sudah membuat Zivana seperti itu. Tidak ada lagi yang bisa dia curigai kecuali Aigul yang memiliki kekuatan dari Deriya.Mustafa terus berjalan memasuki kamar. Aigul mengikutinya dengan percaya diri. Hatinya semakin bersemangat. Akhirnya dia bisa berdua saja dengan sosok Mustafa.“Tidak saya sangka bisa masuk ke dalam kamar impian para putri. Ini adalah suatu penghormatan yang sangat berarti buatku, Pangeran,” ucap Aigul masih melebarkan senyumannya.Mustafa menuangkan minuman air bercampur rempah di gelas berbahan emas. Kemudian dia sodorkan kepada Aigul yang segera menerimanya.M
Kekuatan Aigul semakin keluar dari tubuhnya. Wajahnya memucat bercampur kerutan perlahan menghiasinya. Mustafa terpaksa melakukan perbuatan yang mungkin akan menyakiti Zivana. Dia harus membuat Aigul sadar. Bibirnya perlahan mendarat. Sedikit kecupannya, membuat Aigul menarik napas seketika.Bibir hangat dengan kelembut sudah Aigul terima. Mustafa masih saja melakukannya. Bibirnya mulai sedikit terbuka, semakin masuk ke dalam. Lidah mereka bertemu di dalam saling bersentuhan. Lumatan mulai terlihat. Ciuman berbalas, tanpa sadar terjadi cukup lama.“Aku … sudah melakukan kesalahan. Tapi, ini adalah cara terbaik yang harus aku lakukan untuk membuat dia tersadar. Nyawanya akan hilang jika dia melakukannya,” batin Mustafa masih memejam memainkan bibirnya.Kehangatan semakin Aigul rasakan. Tubuhnya merasa tenang. Kesakitan yang dia rasakan menghilang perlahan. Kulit mengkerut pun mulai menghilang. Bahkan kini Aigul bisa memperlihatkan senyumannya y
Evren terdiam. Panglima masih saja menatapnya tajam.“Kenapa aku tidak boleh menyentuhnya?” tanya Evren singkat. Namun, pandangan itu masih saja terlihat tajam. Perasaan Evren mengatakan jika ada sesuatu dibalik syarat yang akan dia terima.“Jika kau tidak mempercayaiku, kau boleh menolaknya. Aku sama sekali tidak memaksamu.” Jawaban Panglima seketika membuat Evren menarik napas panjang sekaligus mengangkat wajah.“Apa yang harus aku lakukan?” balasnya singkat. Evren memutuskan untuk melakukannya. Dalam batinnya dia akan mengatasi masalah yang mungkin akan membelitnya nanti. Yang terpenting sekarang keinginannya untuk mendapatkan Aigul akan dia dapatkan.Deriya yang mendengarkan di balik pintu, menatap anak kesayangannya itu dengan tegang. Dia sama sekali tidak pernah menyetujui jika Evren bersama Aigul. “Dasar anak bodoh. Banyak sekali wanita yang bisa dia dapatkan. Untuk apa dia bersama dengan wanita itu.”
Aigul masih berusaha menenangkan dirinya. Ketika dia melihat semua putri puas membuat dirinya tersakiti, tubuhnya yang semula meringkuk di lantai kini segera berdiri. Dengan amarah Aigul mengepalkan kedua tangannya. “Aku akan membalas kalian!” teriaknya keras. Kakinya melangkah cepat menghampiri salah satu putri yang sudah membuat rambut lebatnya terpotong sebelah. Kedua tangan Aigul dengan cepat menarik tengkuk leher sang putri, kemudian dia memberikan tatapan tajam.“Aku tidak akan pernah memaafkanmu, wanita sialan!”Aigul mulai akan mengeluarkan kekuatannya. Kabut hitam sudah mulai muncul di kedua matanya. Semua putri menatapnya tegang.“Aku, akan membuat wajahmu menjadi sangat buruk!” Tangan Aigul terangkat tinggi. Dia akan mengarahkan kekuatannya untuk merusak wajah sang putri yang mulai menangis, dan memohon agar dia menghentikannya.“Aku mohon … maafkan aku,” lirihnya pelan menahan ketakutan.
Kebahagiaan semakin lengkap. Zivana akan melahirkan ahli waris Sri Sultan. Semua cemas saat menunggunya. Para tabib berjaga di dalam. Di depan kamar Zivana, Mustafa hanya diam, menatap pintu kamar Zivana. Pembawaannya yang tenang, membuat semua orang yang berada di sana juga ikut tenang. Akasma berdiri di sebelah Mustafa. Dia mengingat kejadian beberapa tahun lalu saat dirinya akan melahirkan Mustafa. Namun, dia berusaha mengalihkan pikirannya. Saat itu, kejadian mengerikan terjadi. Akasma tidak ingin hal itu terulang kembali. Burak bersama sisa prajurit menjaga dengan sangat ketat. Walaupun mereka berjumlah sangat sedikit, Burak berusaha melakukan yang terbaik. Dia juga tidak mau kejadian masa lalu terulang kembali. “Burak, Maria datang dengan Ozone,” kata Agha dengan cemas. “Baiklah. Buka gerbang dan biarkan dia masuk,” balasnya dengan tegang. Sarman mendekati Burak. Perasaannya ikut cemas. “Maria mengejar Aigul saat menyerang perut sang rat
Aslan membuka mulutnya lebar. Dia melahap Selim sekali telan. Kini Raja Spartan benar-benar binasa. Zivana dan Akasma menatap tajam. Beberapa putri spontan menutup kedua mata mereka. Burak menarik kemudi kudanya. Dia mengarahkan sang kuda medekati Mustafa yang masih terdiam menatap langit. Arwah Selim melayang ke atas. Dia kini bersama semua korbannya. Mustafa menarik napas sejenak sebelum menatap Burak. “Sri Sultan. Semua sudah berakhir. Kita akan kembali ke istana.” Mustafa menganggukkan kepala. Dia kembali menghentakkan kudanya. Mustafa beserta rombongan kembali menuju Zengini. Semua bersorak gembira menyambut kedatangan Mustafa. Para rakyat kini menikmati sinar matahari yang kembali terlihat. Mereka keluar rumah. Menikmati keindahan alam yang sudah mereka nanti. Semua hewan juga merasakan kemenangan. Tumbuhan mulai bermekaran. Semua penghuni istana bersorak. Mereka terus mengagungkan nama Sri Sultan.
Pedang legenda masih menjurus tepat ke wajah Selim. Dia masih tidak menyerah. Wajahnya masih dipenuhi amarah. Kedua matanya memerah. Tidak peduli postur tubuhnya kembali seperti semula, Selim tetap akan melawan Mustafa.“Aku sudah melakukan pengorbanan dengan nyawaku. Aku tetap tidak akan menyerah. Kau bukan yang terkuat. Aku yang paling hebat!” teriaknya. Dia berusaha bangkit, tetap akan melawan Mustafa. Sambil mendongakkan kepalanya, dia mengepalkan kedua tangannya. Tatapan tajam, semakin mengarah dengan intens.“Selim. Kau tidak akan pernah bisa melawanku. Dan aku, tidak akan pernah melawanmu. Kau bukan tandinganku. Aku tidak akan pernah melakukan itu.”Beberapa kuda datang mendekati Mustafa. Aslan yang berada di sebelah Mustafa, terus mengerang. Giginya yang tajam, ingin sekali mengunyah Selim. Mustafa terus mengelus tubuh sang singa agar mereda dengan keinginannya.“Sri Sultan!” teriak Burak diikuti beberapa prajur
Arman berlari cepat. Dia melawan beberapa prajurit Spartan yang menjaga. Sarman sangat hebat dalam memanah. Dia melumpuhkan para prajurit dengan anak panahnya.Namun, Sarman terkejut. Kabut hitam melilit di semua tubuh para prajurit, membuat mereka tidak bisa bergerak."Pasti Asmat meminta Deriya melakukan ini. Aku tidak akan menyia-nyiakan waktuku."Sarman berlari kencang. Dia menelusuri semua istana yang megah itu. Dia masih saja belum menemukan tempat batu itu berada."Aku tidak akan menyerah. Aku akan menemui pelayan," gumamnya sembari terus berlari menuju dapur istana. Sarman tidak menyangka. Sangat sepi di mana pun berada. "Ke mana mereka semua?" lanjutnya.Sarman semakin mengedarkan pandangannya ke semua arah, hingga dia mendengar suara di dalam gudang persediaan makanan. Sarman mengeluarkan pedang, mendekati pintu itu."Keluarlah kalian, atau aku akan mendobrak pintu ini!" teriaknya keras.Sarman masih bersiap. H
Mustafa tidak menyangka. Jemarinya berdarah. Dia perlahan mengangkat wajahnya, tersenyum ke arah Selim.“Aku terluka. Aku akan mengalahkannya,” batin Mustafa mulai bangkit.Aslan mengaum dengan keras. Bahkan, tanah sedikit membelah. Semua mata mendongak ke atas. Para rakyat dan penghuni istana mulai merasakan sedikit kehangatan. Paling tidak ada sesuatu yang tidak membuat mereka menggigil hingga nyaris kehilangan nyawa.Dia menatap pedang legenda, menyambarnya. Kakinya berlari cepat menghampiri Aslan dan menaiki punggungnya. Auman semakin terdengar keras. Selim mengernyit, tidak mengerti dengan Mustafa. Dia masih mengamati dengan saksama musuh hebatnya itu.“Kenapa dia tersenyum memandangku? Bahkan … udara kenapa semakin hangat,” tanya Selim membatin. “Tidak … ini tidak mungkin!” teriaknya keras.“Selim!” balas Mustafa sembari mengarahkan ujung pedang yang mulai memberikan sinarnya. Baya
"Selim! Aku tidak akan pernah membiarkanmu!" Mustafa mengarahkan pedang legenda. Dia menghentakkannya ke tanah, membuat semua es batu yang sudah mengeras dan menusuk itu meretak hingga cair. Dia terus melakukannya ke semua arah. Mendadak sedikit memberikan kehangatan yang tiba-tiba muncul. Namun, itu sia-sia. Udara yang menusuk kembali menutupnya.Mustafa tidak percaya dengan penglihatannya. Sementara Salim tertawa dengan keras melihat Mustafa semakin kebingungan. Dia ingin sekali melindungi semua manusia yang ada, namun kali ini dia gagal!"Hahaha. Lihatlah, mereka semua akan mati secara perlahan. Kau tidak akan pernah bisa menyelamatkan mereka. Pada nantinya hanya akan ada kita berdua saja. Kau kehilangan semua orang yang kau sayangi. Tapi aku tidak peduli, karena aku hanya ingin menjadi orang yang terkuat. Tidak masalah jika aku hanya sendirian di sini. Aku memiliki kerajaan Spartan dan mereka terlindungi oleh kekuatan iblis yang sudah merasukiku."
Awan mulai menggulung semakin gelap dari arah barat. Bahkan angin semakin menusuk. Tanah yang semula sedikit terasa hangat menjadi sangat dingin. Semua dilapisi oleh kerasnya es yang sangat menusuk jika menyentuh.Mustafa tidak mengerti bagaimana dia bisa menghancurkan Selim. Serangannya sama sekali tidak bisa mengenai, bahkan melukai Raja Spartan itu. Kini dia paham jika mereka sama-sama menjadi pengikut dari iblis, maka salah satu dari mereka tidak akan pernah bisa memenangkan pertandingan ini atau pun terluka. Iblis hanya bisa kalah dengan kekuatan manusia berdarah merah."Kenapa aku tidak menghancurkan batu itu? Ternyata ini membawa akibat yang sangat sulit. Akusama sekali tidak akan bisa mengalahkannya. Hanya darah merah yang bisa mengalahkan Selim.Kini aku paham dengan apa yang dikatakan Trisula.Titik darah terakhir yang hanya bisa membuat akumemenangkan pertarungan ini.""Kenapa kau diam saja Sri Sultan Mustafa? Apa kau sud
Selim tidak bisa lagi menahan amarahnya. . Dia berdiri di atas kuda hitam yang sudah memancarkan cahaya merah dari kedua matanya.Kuda itu melesat sangat kencang. Bahkan kecepatannya sama seperti angin. Tak kasat mata. Mustafa pun mengerjapkan kedua matanya hingga tiga kali untuk membuat pandangannya fokus kembali kepada kuda itu. Hanya beberapa detik saja, sang kuda sudah berada di hadapannya. Mengangkat kedua kaki depannya dan akan menyerang dari depan.Sontak Aslan mengaung sangat keras. Membuat sang kuda akhirnya tidak menyerangnya. Auman Aslam membuat tanah bergetar, hingga sedikit retak."Kau tahu Mustafa. Kekuatanmu tidak bisa dibandingkan denganku. Aku tidak akan pernah memberikanmu ampun. Walaupun kau sudah mengambil semua puluhan ribu prajuritku.Tenang saja, sekarang hanya kita berdua yang akan bertanding.""Aku juga tidak sabar untuk menghabisimu segera.Karena aku hanya ingin melindungi kerajaanku yang sudah berdiri secara tur
Selim masih sangat kesal. Dia tidak percaya melihat Panglima Spartan yang sangat hebat kini sudah kehilangan nyawanya di tangan seorang lelaki tua Ayah angkat dari Mustafa. "Aku benar-benar tidak percaya. Dia ... sudah mengalahkan Panglima!" Selim mengepalkan kedua tangannya, lalu mengangkatnya tinggi-tinggi."Argh!"Dia berteriak sangat keras, memberikan perintah kepada puluhan ribu pasukannya yang sudah siap untuk segera menyerang kerajaan Sri Sultan Mustafa Zulfikar.Sarman bersama 500 prajuritnya terdiam, dengan tubuh yang gemetar sambil mencengkram senjata mereka masing-masing untuk menerima serangan yang akhirnya datang juga."Kita akan menyerang sampai detik terakhir. Jangan pernah menyerah! Kita akan mati sebagai pahlawan, dari pada kita hidup bersembunyi seperti seorang pengecut!" teriak Sarman kepada semua prajuritnya yang semakin bergetar. Mereka bersiap untuk menyerang semua puluhan para prajurit dengan wajah sangat menyeramkan