"Alan sudah mengatakan semuanya."
Jimmy bertemu dengan orang yang akan menjadi Alan, pria bernama Alex ini tidak lain adalah orang kepercayaan Alan yang secara kebetulan adalah saudara jauhnya. Mereka tidak tahu siapa saja saudara Arkan, pada saat itu yang datang di pemakaman hanya orang tua dan langsung keluar negeri atas ajakan Alan."Kita tinggal mengikuti apa yang dikatakan lawyer, saya harap kita bisa kerjasama dengan baik." Alex berkata dengan menatap kedua mata Jimmy."Semoga." Jimmy mengatakan dengan perasaan tidak percaya diri."Kenapa nada suaranya begitu? Kamu nggak yakin memenangkan ini semua?" Alex memberikan tatapan selidik."Bukan itu, hanya...entahlah. Kita masuk saja." Jimmy menepuk bahu Alex agar memasuki ruang sidang.Sidang kali ini meminta penjelasan Alex sebagai saudara Arkan, mendengarkan penjelasan Alex yang sebenarnya sudah dibahas beberapa waktu lalu. Tim pengacara mereka sudah menyiapkan semuanya dan A"Semua akan baik-baik saja?" Jimmy sudah bertanya tidak terhitung jumlahnya pada Fira."Semua akan baik-baik saja, Jim. Kamu harus percaya sama Siena, dia bisa melewati itu semua." Fira menenangkan Jimmy."Kandungannya?" Jimmy menatap Tomo yang sudah memutar bola matanya."Gue harus jawab berapa kali? Kalian berdua aja yang ladeni dia," jawab Tomo mengangkat kedua tangannya "Ya...gue akan gercep kalau ada apa-apa sama Siena. Gue nggak akan jauh duduknya dari Siena. Puas? Mau mastiin lagi? Gue bosen jawabnya." Jimmy tidak menghiraukan kekesalan Tomo, bahkan tidak peduli jika sahabatnya beranjak dari tempat duduknya. Setengah jam lagi mereka akan berangkat ke pengadilan dengan Siena sebagai saksi, wajar jika Jimmy merasa tidak tenang karena Siena harus berhadapan lagi dengan pemerkosanya."Jim, nggak usah khawatir atau takut. Kamu harus percaya sama aku dan semuanya, kalau terjadi apa-apa mungkin kamu bisa tuntut pengadilannya." Siena mene
"Mereka membicarakan masalah kasusmu dengan Febby, pada kaget kalau Febby melakukan itu sama kamu."Jimmy mendengarkan Danu yang bercerita tentang kedatangannya di rumah sakit lama, mereka sedang berkumpul di rumah orang tua Jimmy sehari setelah kesaksian Siena, lebih tepatnya berada di taman belakang."Kabar Febby sama Prof Yudi memang sudah terdengar disana, group bedah sempat heboh dan tanya sama aku tentang kebenarannya tapi aku nggak jawab sama sekali dan biarkan mereka tahu sendiri nanti," sahut Ruli sambil memejamkan matanya "Jim, Bang Leo kemana?""Mau minta diskon ballroom hotel?" tembak Jimmy yang langsung diangguki Ruli "Leo biasanya jam segini sama Fransiska di rumah, tapi nggak tahu lagi soalnya abang minta kita tinggal satu rumah sampai keadaan aman.""Memang mereka akan melakukan apa lagi? Sudah dalam keadaan begini masih ingin melakukan kejahatan lagi?" Tomo menatap penasaran "Aku salut sama Siena bisa tenang menghadapi semuanya."
"Kehamilannya baik-baik saja, kan?" Leo menatap Tomo yang meletakkan alatnya."Sejauh ini baik-baik saja, denyutnya terdengar sangat jelas. Kak Fransiska kalau ada keluhan apapun langsung hubungi aku, walaupun selama ini nggak pernah ada keluhan tetap harus dijaga semuanya." Tomo menatap Fransiska yang menganggukkan kepalanya."Hubungan intim?" Fransiska langsung mencubit Leo."Aman, Kak." Tomo mengangkat ibu jarinya "Siena nggak sekalian? Mumpung bawa USG mini." Tomo mengalihkan pandangan kearah Siena yang hanya diam."Kalian kenapa tiba-tiba kesini?" Jimmy menatap Leo setelah memastikan Siena nyaman di posisi berbaringnya."Nggak tahu Fransiska pengen kesini bicara sama Anggi dan Siena," jawab Leo "Mami dimana?""Mami di kamar lain sama Om Rifat, memang kenapa?" "Jim, Siena sehat banget ini. Lo harus benar-benar jaga jangan sampai terjadi sesuatu," ucap Tomo yang diangguki Jimmy "Obat kalian nanti aku ambilkan di ruma
"Apa itu akan dijadikan bukti?" Ruli membuka suaranya yang dijawab Jimmy dengan mengangkat bahunya."Aku hanya berharap beliau nggak datang kesini," ucap Jimmy."Harapanmu tidak tercapai, beliau ada disini dan tepat di pintu masuk." Danu memberitahukan keberadaan Yudi.Jimmy menarik dan menghembuskan napas panjangnya "Harusnya aku masih di rumah, mau tidak mau harus berhadapan dengannya."Danu menepuk bahu Jimmy pelan "Aku rekam jadi jangan jauh-jauh duduknya."Tidak menanggapi kata-kata Danu memilih menunggu apa yanb dilakukan pria itu di rumah sakit ini, mengalihkan fokus dengan berbicara hal lain bersama kedua sahabatnya. Ruli memberi kode jika Yudi melangkah kearah meja mereka, tetap saja Jimmy tidak berharap pria itu akan berbicara dengannya."Bisa kita bicara?" 'Shit!' Jimmy membatin dalam hati dengan memberikan kode pada sahabatnya yang paham dengan kode tersebut.Jimmy melangkahkan kakinya mencari tempa
"Kamu nggak mau datang?" Endi memastikan yang dijawab Jimmy dengan gelengan kepala "Kamu nggak mau tahu perkembangan dari dia?""Aku sama sekali nggak peduli," jawab Jimmy langsung."Apa mantan mami masih suka datang?" "Nggak, kalau dia datang lagi dan memohon rasanya nggak tahu malu banget."Endi mengangguk setuju dengan jawaban Jimmy "Kita tetap harus hati-hati, Febby sendiri belum diputuskan hasilnya dan bisa saja dia akan melakukan sesuatu." Hati-hati, keluarga mereka masih berjaga penuh sampai hasil sidang Febby. Tania bilang jika istrinya Yudi masih hidup dan dengan adanya Galih bisa saja akan terjadi sesuatu yang tidak tahu apa. Pengalaman masa lalu membuat keluarga ini menjadi lebih waspada, mereka berjaga jika nantinya akan terjadi sesuatu yang besar."Kamu nggak pensaran sama hasil sidang?" Jimmy menatap Siena yang sudah berada dihadapannya dengan minuman, mengalihkan pandangan tidak terlihat Endi dan tampak
"Aku masih nggak percaya," ucap Ruli sambil menggelengkan kepala sambil memijat perlahan.Jimmy tahu jika Ruli sudah menghabiskan waktu panjang operasi Zee, sedangkan dokter lain langsung menangani Fira yang kondisinya tidak jauh berbeda. Setidaknya mereka bernapas lega dimana kedua wanita dalam keadaan baik-baik saja, "Lalu bagaimana kelanjutannya?" tanya Danu yang dijawab Jimmy dengan mengangkat bahunya."Siena dan Fransiska? Bagaimanapun mereka sedang hamil." Tomo mengingatkan."Abang, Om Rifat dan Endi mengambil keputusan menjadikan satu semuanya dalam satu rumah." Jimmy menjawab dengan nada lelah."Kamu sendiri bagaimana? Pengawal mengikuti kemanapun kamu pergi?" tanya Ruli yang diangguki Jimmy.Keputusan sudah dibuat dan mereka mengikutinya, tidak ada bantahan sama sekali atas keputusan yang diambil. Setidaknya Jimmy berterima kasih pada papinya yang membangun rumah mereka dengan kamar yang jumlahnya banyak, setidaknya den
"Berita itu beneran?" Ruli memasuki ruangan Jimmy diikuti kedua sahabatnya."Berita tentang istri Prof Yudi?" Mereka bertiga menganggukkan kepalanya "Benar." Jimmy memberikan jawaban yang sebenarnya."Bukannya sudah meninggal?" Tomo menatap tidak percaya."Ibu kandungnya, wanita ini adalah istri pertama. Ibunya Febby adalah istri yang lain." Jimmy menjelaskan secara lengkap."Sekarang di kantor polisi?" tanya Danu memastikan yang dijawab Jimmy dengan mengangkat bahunya "Kamu nggak ngikutin perkembangannya?"Jimmy menggelengkan kepalanya "Aku datang karena jadwal operasi yang sama sekali tidak bisa diundur.""Kasus semakin berkembang? Prof Yudi bagaimana? Datangin kalian lagi?" tanya Danu penasaran."Dia nggak akan berani melakukan itu lagi," jawab Jimmy santai dengan beranjak dari tempat duduknya "Aku mau melakukan operasi sekarang, sampai ketemu nanti."Jimmy melanggar perintah Lucas untuk tetap berada di rumah
"Sidangnya cepat banget?" Jimmy menatap Endi penasaran.Endi menggelengkan kepalanya "Bukan sidang masalah Zee dan Fira, tapi kelanjutan Febby.""Maksudnya?" Jimmy mengerutkan keningnya."Otaknya dia." Endi menunjuk wanita yang duduk dihadapan hakim sedang memberikan pernyataan."Istri pertama?" Endi menganggukkan kepalanya "Bagaimana bisa? Memang yakin dia?""Tim menemukan sesuatu yang aneh dari kamera CCTV dimana keberadaan dia tidak jauh dari sana. Febby mendatangi dia setelah melakukan tugasnya, bisa jadi ada kesepakatan diantara mereka atau Febby melakukan atas perintah dia." Endi menjelaskan yang membuat Jimmy mengalihkan pandangan kearah Febby "Tim masih mencari apa yang melatar belakangi Febby melakukan itu.""Kemungkinan dia bebas?" Endi mengangkat bahu "Kita bukan membantu Febby, tapi mengusut sampai tuntas. Kamu jangan sampai tergoda dengan Febby setelah nanti tahu kejadian yang sebenarnya." Endi mengalihkan