"Kamu yakin?" Alan bertanya sekali lagi.
"Mau berapa kali tanya? Aku sudah membuat keputusan, apa masih harus ditanyakan kembali?" Jimmy menatap Alan malas "Sekarang semua sudah dilakukan, bukan? Aku hanya akan datang saat persidangan, bukan? Aku bisa fokus pada rumah sakit.""Lakukan apa yang menjadi pekerjaanmu dan kita akan melakukan apa yang menjadi pekerjaan kita." Endi mengatakan langsung yang diangguki Jimmy.Meninggalkan mereka yang masih berdiskusi, tujuannya adalah rumah sakit untuk memeriksa keadaan pasiennya untuk operasi yang akan dilakukan besok pagi. Mengendarai kendaraan dengan kecepatan normal, jarak kantor pusat dengan rumah sakit tidak terlalu jauh sehingga sampai dengan cepat."Jimmy."Jimmy seharusnya tidak menghentikan langkahnya saat mendengar namanya dipanggil, suara yang sangat dikenalnya dan sialnya dia parkir di tempat parkir staf dan dokter yang sedikit sepi."Jim, kita harus bicara." Jimmy mengangka"Dok, ada yang mau ketemu."Jimmy mengerutkan keningnya saat perawat mengatakan seseorang yang mau bertemu dengannya, pasalnya tidak memiliki janji dengan siapapun "Pasien? Bukannya sudah selesai?""Bukan, dok." "Terus siapa kalau bukan pasien atau mungkin walinya?" "Profesor Yudi."Terdiam mendengar imformasi yang diberikan perawat "Beliau ada dimana?""Coffee shop, katanya mau tunggu disana."Jimmy menganggukkan kepalanya "Kita sudah nggak ada pasien, kan? Kamu bisa handle yang lain?""Dokter tinggal saja nggak papa, saya yang menyelesaikan sisanya lagian kasihan kalau Prof Yudi menunggu lama." Jimmy beranjak dari tempatnya, membawa apa yang biasa dibawanya. Melangkahkan kakinya menuju ruangan Ruli, membutuhkan sedikit kekuatan dari sahabatnya itu."Buat apa datang kesini?" pertanyaan yang keluar dari Ruli sama seperti yang ada dalam pikiran Jimmy yang langsung mengatakan kedatangan Yudi "
"Berita menyebar dengan sangat cepat."Jimmy mengangkat kepalanya mendengar kata-kata Danu, berada di ruangan bedah jantung bersama dengan dokter lainnya untuk mengadakan rapat internal. Belum banyak yang datang hanya ada dokter residen sedangkan dokter spesialisnya masih sibuk dengan kegiatannya."Kamu tahu apa yang mereka bicarakan?" Danu membuka suaranya saat sudah berada disamping Jimmy "Mami kamu memang keren!" Danu mengangkat jempolnya yang tidak dihiraukan Jimmy "Kamu mau tahu nggak?""Aku malas dan nggak penting." Jimmy memutuskan langsung yang mendapatkan decihan pelan dari Danu "Semua yang mereka katakan itu nggak sesuai dengan kenyataan," sambung Jimmy kembali.Danu mengangguk setuju "Pembicaraan mereka bukan tentang kamu atau tante atau Febby.""Terus? Nggak mungkin mereka membahas Prof Yudi." Danu menjetikkan jarinya yang bertepatan dengan dokter lain masuk, pembicaraan mereka terhenti dan itu secara otomatis Jimmy
"Kenapa jadi masuk media?" Jimmy menatap tajam pada mereka yang berada di ruang rapat "Bagaimana Siena dan Jeno bisa pulang? Pasien dan keluarga yang aku pegang takutnya juga dikejar sama media.""Kamu mikirin mereka? Bukan mikirin diri sendiri?"Jimmy memutar bola matanya mendengar pertanyaan Lucas "Bukannya kita punya sedikit power untuk menghentikan media? Berarti ini bisa dihentikan? Aku hanya memikirkan keadaan Siena apalagi dia hamil dan abang tahu itu.""Endi sedang menghentikan ini semua, PR kita juga sedang dikejar media untuk menjawabnya." Lucas menjawab tanpa melepaskan fokusnya dari tab yang ada dihadapan.Jimmy mengusap wajahnya kasar, tidak pernah terbayangkan jika laporannya akan menjadi konsumsi publik. Masuk kedalam media sosial dan saat membacanya seketika membuatnya tidak bisa berkata-kata, memang di awal tidak menyebutkan nama dengan jelas tapi hebatnya netizen semua terbuka dengan sangat cepat."Mereka niat banget," u
"Bagaimana kamu tahu ini semua?" Tania menatap Jimmy penasaran."Hanya menduga, mi." Jimmy menatap Tania lembut yang menghembuskan napas panjang."Semua orang kayaknya mau aku menderita," ucap Tania menyandarkan tubuhnya di sofa "Apa setelah ini akan ada lagi?" "Semoga ini yang terakhir, mi." Lucas menatap sedih kearah Tania yang sama sekali tidak bisa dipeluk."Strategi selanjutnya apa?" Rifat mengalihkan perhatian pada hal semula "Kalian sudah memikirkan? Kita menghadapi psikopat lagi ini.""Apa harus ada yang terluka lagi?" Tania menatap takut kearah Rifat "Jaga mereka semua, aku takut anak-anak dan cucu-cucu yang kena. Lebih baik aku yang...""Nggak akan ada yang terluka lagi! Kita sudah memberikan perlindungan pada mereka, perlindungan yang lebih baik daripada sebelumnya." Rifat memotong kalimat Tania dengan nada tegasnya "Bagaimana mereka yang di poliklinik?""Mereka hanya bisa memberi kabar pada saat sudah di rum
"Kenapa kamu datang?" Jimmy menatap Siena yang sudah berada di rumah dan saat mengetahui itu langsung mengarahkan kendaraannya ke rumah untuk bertemu."Besok sidang awal, aku cemas kalau disana dan kamu disini. Makanya aku memutuskan buat kesini sama Jeno dan Fransiska, mereka ada di rumah depan sama mami dan Om Rifat juga Rey." Jimmy memegang tangan Siena, membawanya masuk kedalam dengan duduk di sofa keluarga. Merapikan rambut Siena yang berantakan dengan ekspresi khawatir yang terlihat sangat jelas."Kamu disini sama siapa tadi? Aku nggak lihat pengawal kalian." Jimmy menatap sekitar."Mereka pakai baju biasa biar nggak dikenalin, nggak usah mengalihkan pembicaraan. Bagaimana perkembangannnya?" Siena memukul pelan lengan Jimmy."Kamu nggak kangen?" Jimmy kembali mendapatkan pukulan pelan di lengan "Kamu mukul mulu bukannya dipeluk malah pukul."Siena memutar bola matanya mendengar nada suara Jimmy, meskipun begitu tetap memel
"Mereka terkejut saat tahu kita memiliki banyak bukti tentang kejadian dulu." Lucas menceritakan yang terjadi beberapa jam lalu pada keluarga yang ada di rumah dengan Tania yang masih berada di Bali."Kami sudah bisa pulang?" Tania bertanya dengan memohon "Abang curang masa Siena dan Fransiska bisa pulang sedangkan mami nggak boleh.""Mami masih agak riskan kalau pulang," jawab Lucas yang semakin membuat Jimmy mengerutkan keningnya "Yudi masih mencari cara untuk mendekati mami.""Bagaimana abang tahu? Pengawal yang bilang?" Lucas menganggukkan kepalanya, berbeda dengan Jimmy yang menggelengkan kepalanya "Dia ini cinta atau obsesi? Keduanya nggak jauh beda.""Jadi semuanya berjalan dengan lancar?" Tania membuka suaranya yang diangguki Lucas "Abang makin dewasa aja," goda Tania yang seketika wajah Lucas menjadi merah "Nggak usah malu gitu, bang.""Mami bicara begitu nggak akan berpengaruh apapun," ucap Lucas yang mendapatkan decakan keras.
"Fakta apalagi yang di dapat?" Jimmy menatap Endi yang masuk kedalam ruangan Lucas."Aku kira kamu di rumah sakit, jadi benar cuti?" Endi menatap Jimmy tanpa menjawab pertanyaannya yang mendapatkan decihan "Aku hanya penasaran, setidaknya Naila masih bisa dipercaya.""Ketiga sahabatku hubungi terus bertanya tentang kepastian cutiku, apa terlalu mendadak? Aku hanya ingin fokus, memang salah satu sahabatku ada yang mencurigakan?" Jimmy menatap Endi penasaran."Sejauh ini nggak, tapi tetap harus berhati-hati dalam cerita." Jimmy memilih menganggukkan kepalanya, perkataan Endi memang ada benarnya. Sahabatnya memang tidak akan berbuat sesuatu, tapi jika pihak mereka mengancam atau apapun itu yang berhubungan dengan keselamatan mereka pastinya secara tidak langsung akan membuka semuanya."Kami memiliki sample Yudi, memeriksa dengan Jeno." "Bagaimana mendapatkan milik Yudi?" Jimmy memberikan tatapan penuh selidik pada Endi "Jangan bil
"Alan sudah mengatakan semuanya." Jimmy bertemu dengan orang yang akan menjadi Alan, pria bernama Alex ini tidak lain adalah orang kepercayaan Alan yang secara kebetulan adalah saudara jauhnya. Mereka tidak tahu siapa saja saudara Arkan, pada saat itu yang datang di pemakaman hanya orang tua dan langsung keluar negeri atas ajakan Alan."Kita tinggal mengikuti apa yang dikatakan lawyer, saya harap kita bisa kerjasama dengan baik." Alex berkata dengan menatap kedua mata Jimmy."Semoga." Jimmy mengatakan dengan perasaan tidak percaya diri."Kenapa nada suaranya begitu? Kamu nggak yakin memenangkan ini semua?" Alex memberikan tatapan selidik."Bukan itu, hanya...entahlah. Kita masuk saja." Jimmy menepuk bahu Alex agar memasuki ruang sidang.Sidang kali ini meminta penjelasan Alex sebagai saudara Arkan, mendengarkan penjelasan Alex yang sebenarnya sudah dibahas beberapa waktu lalu. Tim pengacara mereka sudah menyiapkan semuanya dan A