"Erikkkk bangun Nak!" teriak Mama Yunita yang berusaha membangunkan Erik padahal Erik sudah tidak ada.
Xabiru merasa pilu ketika melihat kondisi Mama Yunita yang semakin memburuk paska kehilangan Erik untuk selama - lamanya.
"Mah udah Mah, Erik udah enggak ada, kita harus ikhlas Mah," ujar Xabiru sambil mencoba menenangkan Mama Yunita yang sedari tadi terus memeluk Erik yang sudah tidak dapat diselamatkan.
"Kamu bohong! Erik masih hidup Erik enggak mungkin tinggalin Mama! Dia juga sangat mencintai dan sayang banget sama Mama jadi Mama yakin dia enggak akan pernah tinggalin Mama," lirih Mama Yunita sambil terus menangis terisak.
Xabiru hanya dapat memijat keningnya, ia memaklumi perasaan Mama Yunita yang begitu terpukul ketika harus mendengar kabar jika Erik sudah meninggal, Xabiru menatap teduh mata Mama Yunita, ia tidak tega melihat Mama Yunita yang terus menganggap jika Erik masih hidup.
Ras
Maura dan Mama Maia sekarang sedang ketakutan ketika mendengar Savana sedang berada di kantor polisi. "Sayang sekarang Savana udah ada di kantor polisi," lirih Mama Maia yang panik memikirkan kondisi putri kesayangannya.Mama Maia terus berpikir bagaimana caranya agar putri kesayangannya ini tetap berada dalam posisi aman. "Aku akan terus berusaha agar Maura tetap berada dalam posisi yang aman dan aku akan menjaga Maura," batin Mama Maia dalam hatinya yang tidak ingin melihat putri kesayangannya berada didalam jeruji besi.Mama Maia memang sangat mencintai dan menyayangi Maura sehingga dia akan rela melakukan apa saja demi keselamatan putri kesayangannya, Maura. "Mama akan berusaha sekuat tenaga supaya kamu tetap dalam keadaan aman," batin Mama Maia dalam hatinya."Aku enggak mau masuk penjara Mah! Aku enggak sengaja nusuk Erik! Aku enggak salah Mah," lirih Maura yang sudah sangat ketakutan.Maura terus mengeluarkan keringat dingin dari atas keningnya, ia
"Kamu harus tenang! Mama akan bantu dan temenin kamu," ucap Mama Maia sambil memegang tangan kanan putri kesayangannya agar tidak panik dan juga degdegan.Maura menatap wajah Mama Maia. "Iya Mah," sahut Maura pelan sambil menganggukkan kepalanya.Mereka berdua akhirnya melangkahkan kakinya untuk menemui polisi di ruang tamunya.Pada saat bertemu dengan polisi itu Mama Maia dan juga Maura terlihat berusaha mencoba untuk tenang dan tidak gugup agar para polisi tidak mencurigai Maura.Maura juga berusaha dengan keras untuk membuat polisi itu tidak mencurigai jika ia-lah sebenarnya orang yang telah menusuk Erik menggunakan gunting hingga meninggal. "Gue harus tenang supaya para polisi itu tidak mencurigai gue," batin Maura dalam hatinya sambil tersenyum tipis ke arah para polisi itu untuk mengurangi rasa gugupnya.Mama Maia dan Maura pun langsung duduk didepan para poli
Hari ini Mama Maia dan juga Maura sedang berdiskusi untuk melancarkan semua rencana mereka. "Mah gimana jangan sampai Papah tahu kalau aku yang udah nusuk Erik," bisik Maura pada Mama yang tengah duduk diatas tempat tidurnya."Iya sayang kamu tenang aja," sahut Mama Maia yang terus berusaha untuk menenangkan hati putri kesayangannya."Gimana selanjutnya Ma?" tanya Maura sambil mengerutkan keningnya."Kamu enggak usah khawatir! Kata Papah kan ada dua orang warga yang menjadi saksi atas penusukan Erik, nah kita kasih duit aja tuh dua orang itu pasti dia akan menuruti apa yang kita mau untuk memojokkan si Savana," ucap Mama Maia sambil menatap wajah Maura.Maura mengerutkan keningnya. "Tapi kalau mereka enggak mau gimana Mah? Aku takut! Aku enggak mau masuk penjara!" lirih Maura sambil menatap wajah Mama Maia yang terlihat sedang bingung."Kamu tenang Maura! Kamu juga harus berpikir
Sementara itu sekarang Aksa sedang berada diperjalanan untuk segera pulang karena ia sangat kaget ketika diberitahu jika Savana dituduh terlibat dalam kasus penusukan Erik. Aksa dalam hatinya tidak pernah mempercayai jika istrinya tega melakukan hal seperti itu apalagi jika harus sampai menghabisi nyawa manusia. "Savana enggak mungkin seperti itu," batin Aksa dalam hatinya.Aksa menyederkan kepalanya pada kursi mobil, sesekali ia menatap kearah orang yang tengah menyopiri dirinya, ada pertanyaan yang begitu besar dalam diri Aksa tentang Savana yang bertemu dengan Erik di rumahnya. "Katanya Erik tertusuk saat sedang menemui Savana di rumah," batin Aksa dalam hatinya.Aksa begitu bingung dan sedih ketika mendengar kabar jika istrinya menjadi tahanan sementara kasus penusukan Erik. "Aku bener - bener enggak percaya Savana melakukan itu," batin Aksa dalam hatinya.Seharusnya Aksa pulang besok tapi karena ia dit
Maura baru saja selesai menjalani pemeriksaan, dirinya merasa lega karena Mama Maia rela dimarahi oleh polisi karena terlalu ikut campur menjawab pertanyaan polisi yang diberikan kepada Maura, Maura merasa tenang karena ia tidak dicurigai oleh polisi. "Akhirnya gue bisa sedikit lebih tenang," batin Maura dalam hatinya sambil tersenyum jahat.Hal yang sama dirasakan juga oleh Mama Maia, ia merasa lega karena prosesnya lancar meski dirinya rela dibentak oleh polisi karena terlalu ikut campur tentang permasalahan yang dialami oleh Maura. "Semoga kamu terus bahagia sayang, selama ada Mama kamu akan selalu tenang dan aman sayang," batin Mama Maia dalam hatinya sambil melirik kearah Maura yang tengah duduk disampingnya.Sekarang mereka sedang berada didalam mobil dan berencana untuk menemui dua warga tadi untuk memberikannya uang agar orang - orang itu mau memojokkan Savana didepan polisi dan pengadilan nanti. "Sayang berarti kita sekarang k
Akhirnya setelah mengetuk pintu beberapa kali, orang yang mereka cari akhirnya keluar. Orang itu langsung menatap kearah wajah Mama Maia dan juga Maura. "Maaf ada keperluan apa ya?" tanya orang itu yang diduga adalah Dito.Mama Maia dan Maura langsung tersenyum manis menatapnya. "Apakah ini benar dengan Pak Dito?" tanya Mama Maia dengan nada ragu.Laki - laki paruh baya itu menganggukkan kepalanya. "Iya benar saya sendiri," ucap laki - laki itu sambil menatap mata Mama Maia."Ada apa ya?" tanya laki - laki itu ketika Mama Maia dan Maura mencari nama dirinya."Hmmm ... K-kami mau mengajak Bapak untuk bekerja sama," ucap Mama Maia dengan gugup."Kerja sama? Kerja sama apa?" tanya laki - laki itu dengan keheranan."Jadi kami minta Bapak untuk memojokkan dan mengkambing hitamkan Savana agar ia yang menjadi tersangka kasus penusukan Erik," bisik Mama Maia pada laki - laki itu."Memojokkan?" tanya laki - laki itu, ia tampak heran dengan apa
Sementara itu Xabiru sedang gencar - gencarnya menyuruh Agri yaitu asisten pribadinya untuk menelusuri kehidupan pribadi Savana yang menjadi tahanan sementara kasus penusukan Erik. "Gue enggak akan bisa melepaskan siapapun itu dari siksaan gue! Gue enggak akan mungkin membiarkan orang yang telah membuat adik gue meninggal hidup bahagia dan juga tenang," batin Xabiru dalam hatinya.Sekarang Xabiru dan Agri sedang duduk berdua di teras rumah bak istana mewah milik Xabiru, ia masih belum bisa melepaskan adiknya, Erik. Begitu juga dengan Mama Yunita yang terus menangis terisak dan terus mengurung diri dikamar karena masih belum menerima kepergian sang putra tercintanya.Xabiru juga terlihat sangat merasa kasihan dengan kondisi Mama Yunita yang terus - menerus memanggil nama Erik padahal Erik sudah pergi untuk selama - lamanya dan tidak akan pernah kembali lagi, namun Mama Yunita terus berprilaku seolah - olah Erik masih hidup.
Sementara itu sekarang Aksa tinggal di rumah orang tuanya kembali karena rumahnya sudah tidak bisa ditempati lagi. Hatinya begitu hancur ketika dirinya diberitahukan oleh polisi jika ada bunga ketika Erik terbunuh dirumahnya, polisi mengatakan jika bunga itu milik diduga milik Erik yang akan diberikan kepada Savana."Apa yang telah kamu lakukan selama aku berada di luar kota Savana?" batin Aksa sambil menatap wajah istrinya pada foto di handphone yang ia pegang.Aksa sedang berada di kamarnya, pikirannya merasa kacau dan tidak karuan, ia merasa jika rumah tangganya kali ini tidak akan berjalan dengan lama, namun ia akan terus berusaha sekuat mungkin untuk mempertahankan hubungannya bersama dengan Savana, istrinya.Saat ia bertemu dengan Savana di kantor polisi, Aksa merasa sangat kasihan dengan kondisi sang istri, namun ia begitu merasa kecewa dengan apa yang telah terjadi, Aksa terus memikirkan bagaimana bisa Erik datan
Savana masuk ke ruangan Xabiru dengan membawakan minuman untuk Mama Yunita. "Permisi, Pak, Ibu," ucap Savana dengan sangat ramah dan senyuman manis di wajahnya menggambarkan ketulusan hati dan jiwanya.Mama Yunita yang tadinya sedang asyik menggobrol dengan Xabiru langsung mengalihkan pandangannya kepada Savana. "Wah terimakasih banyak ya," ucap Mama Yunita."Iya baik sama-sama Bu, kalau begitu saya permisi ke belakang dulu," ucap Savana.Penampilan Savana yang sangat rapih dan cantik meskipun menggunakan seragam kantor sebagai cleaning servis. Hal itu langsung membuat Mama Yunita begitu sangat menyukai Savana. "Kamu Office Girl baru ya disini?" tanya Mama Yunita.Savana hanya mengangguk dan tersenyum. "Bukan Office Girl Ma, tapi dia adalah calon menantu Mama," sambung Xabiru yang sontak langsung membuat Savana terkejut seketika."Apa maksud dari ucapan Pak Xabiru? Aku enggak salah dengar kan?" tanya Savana pada dirinya sendiri dalam hatinya."Kamu yang bener Xabiru masa calon mantu M
Mama Yunita yang merasa bosan karena setiap harinya harus di rumah terus akhirnya sekarang ia memutuskan untuk pergi ke kantor meskipun tidak untuk bekerja dan hanya mengecek bagaimana kondisi kantor perusahaan peninggalan suaminya itu namun sudah cukup membuat hatinya merasa sangat senang. "Tolong antar saya ke kantor ya," ucap Mama Yunita pada salah satu sopir di rumahnya."Apa Bu? Ke kantor?" tanya sopir itu yang sepertinya terkejut dengan perkataan Mama Yunita."Iya," sahutnya.Raut wajah sopir itu tampak tegang karena ia takut dimarahi Xabiru jika ia salah. "T-tapi Bu?" ucap sopir itu dengan gugup.Setelah itu Mama Yunita langsung tersenyum karena ia langsung paham dengan maksud sopir pribadinya itu. "Kamu tenang aja enggak usah takut sama Mas Biru nanti saya bilang sama Biru kalau saya mau main ke kantor," jelas Mama Yunita."Oh baik kalau begitu, ayo Bu saya antar," sahut sopir pribadi itu yang langsung membukakan pintu mobil Toyota Alphard.Setelah itu Mama Yunita langsung mas
Setelah sampai di taman Maura pun langsung me gaja Syifa untuk duduk, ia juga tidak lupa memberikan es cream yang dibawanya kepada Syifa. "Ini Es krim nya Syifa, Tante beliin spesial hanya untuk kamu," ujar Maura yang selalu bersikap baik kepada Syifa karena ia sangat tahu jika gadis kecil yang saat ini sedang bersamanya itu bisa dimanfaatkan dengan sangat baik."Wah, makasih banyak ya Tante," jawab Syifa yang kemudian langsung memakan es cream yang dibelikan oleh Maura, raut wajah Syifa begitu sangat senang, ia tidak kesepian lagi, ia serasa memiliki seorang yang siap mendengarkan semua celotehan lucunya."Syifa Tante mau tanya deh," ucap Maura."Tanya apa Tan?""Sekarang ini Tante enggak pernah lihat kamu main bareng kaya gini Mama kamu, Mama Sava," ucap Maura mulai memancing.Syifa yang tadinya ceria langsung murung dan menundukkan kepalanya lagi ketika Maura mulai membahas Sola Savana karena memang saat ini Savana memang sedang sibuk-sibuknya bekerja hingga kurang waktu untuk berm
Sementara itu saat ini Syifa sedang ikut Papah Rangga mengurusi bisnis restoran dan juga kafenya. Pengngujung restoran hari ini cukup ramai jadinya Syifa sedikit kesal karena Papah Rangag sibuk melayani para pelanggan bersama dengan beberapa karyawan lainnya. "Oppa juga sibuk banget dari tadi mondar-mandir terus sementara itu disini sendirian terus," guamam Syifa.Papah Rangga yang sudah selesai mengantarkan pesanan ke meja pelanggan tidak sengaja melihat Syifa yang sedang melamun sendirian dengan raut wajah yang sedih, Papah Rangga langsung menengok kearah ruangan restoran miliknya. "Pelanggan lagi ramai-ramainya lagi tapi Syifa kayanya lagi sedih karena enggak ada yang ngajak main," batin Papah Rangga yang langsung menghampiri Syifa."Syifa," ucap Papah Rangga dengan lembut sambil duduk disamping cucunya."Syifa kenapa kok diem terus sih?" tanya Papah Rangga."Syifa kesel sih kenapa coba Opa sama Mama itu sibuk-sibuk banget, aku juga pengen main sama kalian,"ucap Syifa.Mendengar ce
Saat melihat Savana yang tidak pernah berhenti bekerja sejak pagi hingga siang hari membuat hati Agri cukup iba melihatnya. "Dia dari pagi enggak istirahat kali ya, kerja terus, kasihan juga kalau gini lihatnya," batin Agri dalam hatinya.Sementara itu Xabiru terus bertanya kepada Agri tentang kondisi Syifa ketika ibunya sibuk bekerja dari pagi hingga malam. "Agri Apakah kamu tahu gimana kondisi Syifa ketika ibunya bekerja?" tanya Xabiru pada Agri."Sebenarnya saya tidak tahu pasti sih Pak, tapi saya yakin kalo Syifa merasa sangat kecewa ketika ibunya terlalu sibuk dengan pekerjaannya, Syifa sendiri pasti merasa jika ibunya lebih mementingkan pekerjaannya dibandingkan dirinya," jelas Agri sambil menatap wajah Xabiru."Sebenarnya saya akan terus membuat kondisi Savana terus menerus menderita selama satu Minggu kedepan tapi Apakah fisik dia kuat? Gimana nanti kalau dia sakit jadinya yang ada enggak bisa usilin dia lagi nanti," batin Xabiru dalam hatinya."Sekarang perempuan itu lagi nga
Hari kedua bekerja Savan sudah harus berangkat pagi-pagi sekali yakni pukul 05.00 atas perintah Agri kemarin. Sebenarnya ia masih ingin melanjutkan tidurnya karena kegiatan kemarin sungguh sangat melelahkan. Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 04.45 dan ia harus cepat pergi ke kantor. Papah Rangga yang sedang duduk diruang tv langsung keningnya ketika melihat putri tercintanya sudah sangat cepat untuk pergi ke kantor pagi-pagi sekali."Savana kamu mau kemana Nak? Ini masih pagi banget loh masa udah mau pergi ke kantor lagi aja?" tanya Papah Rangga.Mendengar suara Papah Rangga, Savana langsung menghampirinya lalu menyalami tangan Papah Rangga. "Aku mau pamit sama Papah untuk pergi ke kantor karena kerjaan aku di kantor banyak banget Pah jadi harus berangkat pagi-pagi," jelas Savana mencoba memberikan penjelasan kepada Papah Rangga yang selalu mengkhawatirkan kondisi kesehatan Savana."Tapi harus pagi banget kaya gini ya? Padahal kemarin kamu juga pulang tengah malam sayang. Papah t
Waktu sudah menunjukkan pukul 22.00. Akan tetapi Savana masih juga belum sampai rumah padahal Papah Rangga juga sudah beberapa kali menghubungi dirinya untuk menyuruhnya segera pulang karena hari sudah semakin malam akan tetapi Savana nampak mengabaikannya karena sibuk dengan pekerjaannya."Savana kenapa kerjanya sampe malam gini ya? Emangnya dia lembur tapi kan ini hari pertama dia kerja masa udah langsung lembur aja? Aku takut dia sakit," batin Papah Rangga dalam hatinya.Sementara itu Mama Maia yang sudah mencuci muka dan memakai berbagai macam skincare malam untuk segera tidur tidak lupa untuk mengajak suaminya tidur. "Pah, ini udah malam loh, ayo kita tidur aja Pah lagian mungkin Savana pulang telat karena banyak kerjaan di kantor," ucap Mama Maia."Itu Syifa juga sepertinya juga udah ngantuk banget," lanjut Mama Maia sambil menatap mata Syifa yang berada dalam pangkuan Papah Rangga."Mama kemana sih Oma? Opa?" tanya Syifa pada Mama Maia dan juga Papah Rangga sementara itu Mama M
"Kamu yang bener dong bersih-bersihnya!" teriak Xabiru sambil menumpahkan seember air yang Savana gunakan untuk mengepel bagian depan loby kantor, banyak para karyawan yang menyaksikan Xabiru membentak Savana dengan sangat keras hingga membuat Savana tidak bisa berkutik lagi dan hanya bisa menundukkan kepalanya."M-maaf Pak, tapi menurut saya udah bener kok saya ngepel lantainya," ucap Savana yang sedikit gugup."Berani kau menjawab!" jawab Xabiru yang semakin mengeraskan suaranya.Dalam hatinya Xabiru merasa belum puas untuk mempermalukan Savana didepan banyak karyawan di kantor.Saat menatap dan mengamati wajah Xabiru, Savana merasa tidak asing dengan orang nomor satu di kantornya itu. "Laki-laki ini kan yang pernah nolonginaku kalau enggak salah ya? Iya aku pernah ketemu dia dijalan waktu aku masih bekerja dulu," batin Savana dalam hatinya yang tidak berani menatap wajah Xabiru terlalu lama karena ia takut dengan suara Xabiru yang begitu menggelegar ketika membentak dirinya."Habis
Saat ini Savana sudah menitipkan Syifa kepada Papah Rangga dan juga Mama Maia karena sekarang Maura sudah sibuk dengan Aksa dan tidak bisa lagi mengurusi Syifa yang saat ini sedang masa aktif-aktifnya. Tapi saat ini merasa sedih karena kesulitan mencari pekerjaan, hampir semua perusahaan menolaknya dan alasannya sama yakni Savana yang merupakan mantan napi. "Aku capek, semua perusahaan menolaku hanya karena aku mantan nara pidana," batin Savana dalam hatinya.Namun ia tidak pantang menyerah hingga terus mencari informasi tentang lowongan pekerjaan, ratusan lamaran ia berikan dan hanya tinggal satu lagi perusahaan yang ia harapkan dapat menerimanya meskipun ia rasa mustahil karena perusahaan ini merupakan perusahaan yang sangat besar di Indonesia bahkan perusahaan kecil saja menolaknya apalagi ini, Savana juga tidak terlalu berharap banyak namun ia tidak pernah lelah untuk terus mencoba."Semoga aja aku bisa diterima di perusahaan ini meskipun rasanya mustahil sekali," ucap Savana.Set