SBY 06
Keheningan yang tercipta membuat Erie larut dalam rasa nyaman dipeluk oleh Harry. Aroma parfum pria itu yang tidak berubah sejak dulu terhidu indra penciuman Erie yang masih memejamkan mata. Perempuan berambut sebahu itu sebetulnya sudah tahu dengan perasaan sayang Harry padanya, karena pria itu pernah keceplosan menyebut itu beberapa waktu lalu, tetapi ungkapan cinta sejak lama pria tersebut yang baru saja diutarakan membuat Erie gamang.Bayangan wajah Nick melintas dan membuat Erie sadar. Perempuan itu menolak tubuh dan berusaha untuk melepaskan diri, tetapi rengkuhan Harry yang erat membuatnya kalah dan pasrah saat pria itu kembali merapatkan tubuh."Mas, lepasin," lirih Erie."Biarkan aku memelukmu lebih lama, Rie. Agar bayangannya bisa hilang dari benakmu," jawab Harry yang membuat Erie spontan menengadah. "Kamu pasti lagi mikirin dia, kan?" tanyanya yang dibalas anggukan oleh perempuan tersebut. "Itu yang ingin aku hilangkan dari otakmu," sambungnya."Nggak bisa, Mas. Susah, aku udah nyoba.""Berapa lama mencobanya? Baru sebentar kan?"Erie mengangguk ragu-ragu. Sama sekali tidak bisa berbohong pada Harry yang seakan-akan bisa membaca jalan pikirannya. Erie sendiri bingung dengan hatinya saat ini. Pada satu sisi, dia masih mencintai Nick, tetapi di sisi lain dia juga sangat menyukai Harry. Perlakuan Harry yang lembut padanya berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Nick.Erie menunduk untuk menutupi rasa malu, kala teringat bila bersama Nick, mereka akan lebih banyak menghabiskan waktu di peraduan daripada mengobrol dan saling menyelami hati, hal yang sekarang dilaluinya bersama Harry. Pria berhidung bangir itu selalu menjadi pendengar yang baik hingga Erie akan terus menceritakan apa pun tanpa beban."Kalian nggak akan bisa bersama, Rie. Jangan membuang waktu untuk hal yang nggak pasti," tukas Harry."Tapi dia bilang akan pulang dan memintaku pada orang tua," jawab Erie."Yakin ayahmu akan mengizinkan?""Aku ... akan tetap pergi dengannya meskipun tidak direstui. Dan kami akan menikah di sana.""Bagaimana cara menikah beda agama?""Ehm, kata koko, di sana bisa, Mas.""Iya, memang bisa. Tapi tidak sah di mata hukum dan agama. Apa kamu mau seumur hidup dianggap zina?"Erie terkesiap. Dia benar-benar tidak berpikir tentang hal itu. Perempuan itu menunduk, bingung hendak menjawab apa pada pertanyaan yang diajukan Harry. Suasana kembali hening. Tidak ada satu pun yang ingin mengucapkan sesuatu dan larut dalam pikiran masing-masing. Erie sedikit limbung ketika Harry melepaskan rangkulan dan beranjak menjauh. Erie memandangi punggung Harry yang mengayunkan tungkai menuju balkon dan berdiam diri di tempat itu tanpa menoleh ke belakang.Erie berpindah ke sofa. Mendudukkan diri dan berusaha untuk fokus pada layar televisi yang tengah menayangkan film aksi dari luar negeri.Tatapannya mengarah ke depan, tetapi pikirannya mengembara ke mana-mana. Erie kembali memikirkan perkataan Harry dan bertanya pada diri sendiri, apakah dia mau bila pernikahan yang seharusnya suci itu tetap dianggap dosa seumur hidup.Saking asyiknya berpikir, Erie tidak menyadari bila Harry telah membalikkan badan dan kini menatapnya dari kejauhan. Pria berbibir penuh itu mengambil resiko merusak hubungan persahabatannya dengan Nick, demi bisa mendapatkan hati Erie.Harry pun menyadari, bila nantinya Samudra dan Malvin mengetahui tentang cintanya pada Erie, mungkin saja keduanya juga akan menjauhi bahkan menjauhinya. Meskipun berat, tetapi Harry tetap akan meneruskan rencananya agar bisa menikahi Erie. Masalah cinta, Harry yakin bila suatu saat nanti Erie akan bisa melupakan Nick dan beralih mencintainya.Erie yang masih tenggelam dalam lamunan, berjengit ketika merasakan sofa di sebelah kiri tertekan lebih dalam. Dia spontan menoleh dan mendapati Harry tengah memandanginya dengan lekat."Mau diantar pulang sekarang?" tanya Harry. "Sudah jam sembilan," sambungnya sambil menunjuk ke benda bulat yang tergantung di dinding, tepat di atas televisi yang masih menyala."Ehm, iya," jawab Erie sambil mengambil tas tangan yang tadi diletakkannya di atas meja.Perempuan itu berdiri dan sedikit terhuyung-huyung. Harry dengan tangkas menangkap dan menahan tubuh Erie yang tengah mengusap dada karena lagi-lagi dia lolos dari kecelakaan kecil.Erie memiliki masalah keseimbangan sejak masih bayi karena bentuk telapak kaki kiri yang agak menonjol. Dulu, pernah dilakukan operasi untuk mengangkat gumpalan daging yang tumbuh di situ, tetapi beberapa tahun terakhir ini Erie kembali merasakan ada sesuatu di tempat yang sama."Mas, Senin sore bisa anterin aku ke dokter?" tanya Erie sambil berpegangan pada Harry."Mau ngapain?" Harry balas bertanya."Telapak kaki kiri mulai ada yang nonjol lagi.""Pantesan, belakangan ini kamu makin sering jatuh.""Hu um, dari kemaren-kemaren mau periksa tapi lupa terus.""Ya udah, entar Senin kita pulang agak awal aja, biar antre di dokter nggak sampai malam."Erie mengangguk, kemudian menegakkan tubuh dan menyunggingkan senyuman sambil berkata, "Makasih, Mas. Dari dulu Mas selalu ada untuk menjagaku.""Dan aku akan terus menjagamu seumur hidup, asal kamu mau nikah sama aku."Erie menghela napas berat, lalu berujar, "Bisa nggak kita nggak ngomongin soal itu, Mas?""Nggak bisa. Karena sekarang ayahmu pasti menunggu jawaban kita."Erie menepuk dahi. Dia melupakan hal itu dan sekarang bingung hendak menjelaskan apa. Perempuan itu kembali mendudukkan diri dan menarik bantal sofa serta meletakkan benda itu di pangkuan. Menumpangkan tangan kanan di atas bantal dan meletakkan dagunya di telapak tangan."Kita harus jawab apa, Mas?" tanya Erie."Aku sih sudah punya jawaban sendiri. Sekarang tinggal kamunya aja," sahut Harry sembari duduk dan merentangkan tangan kanan ke sandaran sofa."Maksudnya?""Jawabanku adalah, aku ingin menikahimu. Seperti yang kuomongin tadi."Erie menggeleng pelan. "Udah kubilang nggak bisa.""Kenapa nggak bisa?""Aku mencintai koko.""No problem. Aku akan menunggu hingga kamu melupakannya.""Mas, dipikir gampang langsung ngelupain cinta?""Aku tau nggak gampang. Tapi setidaknya berusahalah.""Kalau nggak berhasil, gimana?""Pasti berhasil.""Hmm?""Karena aku akan melakukan berbagai cara agar kamu bisa mencintaiku.""Oh ya? Gimana caranya? Aku penasaran."Tiba-tiba Harry maju dan menyambar bibir Erie yang sempat terkejut, tetapi kemudian menurut dan membiarkan Harry memperdalam ciuman. Erie sempat merutuki diri yang begitu mudah terpancing. Antara otak dan tubuhnya tidak mau bekerjasama. Otak menyuruhnya menjauh, tetapi badannya justru menempel ke dada pria itu.Harry menarik tangan Erie dan mengaitkannya ke belakang leher. Pria itu mendekap Erie dengan erat dan bertekad untuk menjadikan perempuan itu miliknya dan tidak akan melepaskan Erie untuk kembali pada Nick.Detik berlalu menjadi menit. Cecapan penuh hasrat menjadi satu-satunya hal yang terdengar di telinga Erie. Perempuan itu merasa tungkainya melemah dan makin sulit melepaskan diri. Kungkungan gairah Harry yang menggebu-gebu membuat Erie makin pasrah dan tidak menolak saat tubuhnya direbahkan di sofa.SBY 07Desahan yang lolos dari bibir Erie membuat Harry makin semangat. Akan tetapi, alarm otaknya memperingatkan untuk menjauh dan tidak melanjutkan aktivitas. Harry memutus keintiman dan mengusap sudut bibir Erie dengan ujung jari. Mengulaskan senyuman tipis untuk menenangkan perempuan itu yang kini tengah mengerjap-ngerjapkan mata. "Ini baru permulaan, Rie. Masih banyak cara yang akan kulakukan untuk membuatmu jatuh cinta padaku," ucap Harry, kemudian dia menolak tubuh dan menarik tangan Erie agar bisa sama-sama duduk. "Dengar, aku tidak akan memperlakukanmu seperti halnya dia melakukan hal-hal di luar batas pacaran. Karena aku mencintaimu dan ingin menjadikanmu ratuku, bukan sebagai alat pemuas nafsu," sambungnya yang membuat Erie tertegun. Sesaat suasana hening, kemudian Harry berdiri dan mengulurkan tangan yang dipandangi Erie sejenak, sebelum perempuan itu menyambutnya dan berpegangan untuk berdiri. Harry mengajak Erie jalan menuju pintu
SBY 08Mentari pagi menyapa insan yang tengah berada di luar rumah dengan kehangatan yang menyentuh hati. Embusan lembut angin membelai kulit yang terbuka dan menciptakan kesejukan udara yang menyegarkan. Tiga orang anak muda tengah jalan berdampingan di jalan raya utama komplek yang lebar. Alfian jalan di sisi paling kanan sambil merangkul pundak Erie yang berada di tengah. Sementara Lisa yang berada di sisi kiri, menggamit lengan sang kakak sambil memperhatikan sekeliling.Pada kedua sisi jalan itu berderet lapak-lapak pedagang yang menyediakan berbagai makanan untuk makan pagi. Banyak kendaraan roda dua dan empat terparkir di sekitar tempat parkir yang berada di kawasan tersebut."Pada mau makan apa nih?" tanya Erie sembari celingukan."Aku mau kupat sayur," jawab Lisa sambil menunjuk ke lapak di seberang jalan. "Aku pengen nasi uduk," timpal Alfian. "Ya udah, yang di situ aja. Gerobaknyq deketan." Erie m
SBY 09Erie tengah menyisir rambut ketika mendengar suara mobil berhenti di depan rumah. Perempuan itu berdiri dan jalan mendekati jendela, mengintip dan seketika mempercepat gerakan berias. Tak berselang lama Erie sudah lari menuruni tangga. Menyambar sepatu pantofel hitam kesukaan dari rak sepatu yang berada di bawah tangga. Kemudian dia menghampiri sang ibu dan mencium punggung tangan perempuan paruh baya itu sebelum mengambil cangkir dari atas meja dan meneguk tehnya sampai habis. "Kamu itu, ya, pamali minum sambil berdiri!" sungut Wiryani. Dia pusing melihat kelakuan sang putri sulung yang tidak berubah seiring kedewasaan. "Buru-buru, Bu. Mas Harry udah di depan," jawab Erie sembari mengambil dua roti isi dan membungkusnya dengan tisu besar, sebelum memasukkannya ke tas bahu hitam kesukaan. "Oh, ya, Bu. Aku pulang agak malam. Mau kontrol ke dokter dulu," ujarnya sambil mengenakan sepatu. "Kontrol apa?" "Kaki, agak
SBY 10Sepanjang hari itu Harry sering melamun. Hatinya bimbang antara hendak memenuhi permintaan Salman yang sudah dianggapnya sebagai Ayah angkat, atau tetap bertahan di Jakarta. Dia sebetulnya ingin berangkat, tetapi setelah bisa menikahi Erie karena Harry juga ingin membawa Erie ikut dengannya agar perempuan itu bisa melupakan sosok Nick. Hingga sore tiba, akhirnya Harry memutuskan untuk bertindak nekat. Dia akan melakukan berbagai cara agar Erie menyetujui lamarannya, meskipun nanti dia harus menghadapi permusuhan dengan Nick, bahkan mungkin dengan Malvin. Sementara Sam, Harry cukup optimis akan mendapatkan dukungan dari pria gondrong itu, karena sejak dulu dirinya lebih dekat dengan Sam daripada Malvin dan Nick. Harry juga merasa yakin akan mendapatkan dukungan dari kedua orang tuanya dan keluarga Erie."Mas, kelewatan!" desis Erie saat mobil yang dikemudikan oleh Harry melewati gerbang masuk rumah sakit tempat dirinya akan
SBY 11"Sydney?" tanya Hendra dan Wiryani nyaris bersamaan. "Iya, Pak, Bu. Saya diminta bos besar buat menghandle proyek yang di sana selama satu tahun," jelas Harry. "Erie belum cerita, ya?" Dia balas bertanya. "Belum, tadi malam pulang itu langsung tidur. Disuruh mandi aja nggak dikerjain," keluh Wiryani yang membuat Harry mengulum senyum. "Nak Erie kecapean, kasihan," tukas Yunia. "Kamu harus jagain Erie benar-benar, Mas. Jangan dibecandain mulu," omelnya sambil memukul pelan paha sang putra yang duduk.di samping kirinya. "Pasti dijagain, Bu. Digodain itu karena gemes," sahut Harry seraya tersenyum lebar, lupa bila di hadapannya ada orang tua perempuan yang menjadi pujaan hati. Sosok Erie yang muncul seketika menghentikan obrolan. Perempuan yang kali ini mengenakan blus hijau lumut dan rok hitam panjang itu segera menghampiri kedua orang tua Harry dan menyalami mereka dengan takzim. Kemudian dia mendudukkan diri
SBY 12"Erie?" Suara seorang perempuan dari ujung koridor membuat Erie menengadah dan seketika mengeluh karena ternyata di tempat itu juga ada Harry dan Samudra. Ketiga orang tersebut menatap Erie yang memaksakan diri untuk melangkah maju, dan ketika Harry mengalihkan pandangan ke arah lain, hati Erie seketika mencelos. "Hai, apa kabar?" tanya perempuan berparas cantik dan sangat wangi itu sambil mendekap Erie dan mengecup kedua pipinya. "Badanmu anget. Lagi sakit?" tanyanya sambil mengurai pelukan dan memandangi Erie dengan lekat. "Kabarku seperti yang kamu lihat, Rin," jawab Erie. "Ehm, iya, kepalaku pusing dari tadi, mungkin masuk angin," sambungnya sembari memaksakan senyuman untuk menghindari kecurigaan perempuan tersebut. Sabrina, nama perempuan itu yang merupakan adiknya Samudra sekaligus putri bungsu Salman yang selama beberapa tahun terakhir menetap di Sydney untuk menuntut ilmu. Sabrina dan Erie juga berteman tetap
SBY 13Dehaman seseorang dari belakang seketika menghentikan aktivitas Harry dan Erie. Mereka serentak menoleh dan terkesiap ketika melihat sosok orang yang kini tengah memasuki ruangan dan menutup pintu. Sepasang mata beriris hitam itu mengawasi gerak-gerik pasangan yang tertangkap basah tengah berpagutan tersebut sembari melipat tangan di depan dada. Orang yang tak lain adalah Malvin itu menggeleng-geleng, kemudian menyugar rambut, ciri khasnya bila tengah gusar. "Sejak kapan kalian punya hubungan spesial?" tanya Malvin tanpa tedeng aling-aling. "Ini tidak seperti yang kamu bayangkan, Vin," jawab Harry. "Aku ... baru beberapa hari menyatakan perasaan pada Erie. Sekaligus memintanya untuk menjadi istriku," sambungnya yang membuat Malvin terperangah. "Kamu sadar dengan apa yang kamu omongin, Har? Apa kamu nggak mikirin perasaan Nick?" "Saat ini aku dalam kondisi sadar, demikian juga Erie. Aku mencintainya, tapi dia
SBY 14"Aku nggak nyangka kamu bakal menusuk Nick dari belakang, Har!" geram Malvin. Siang itu, Malvin, Harry dan Samudra berada di ruang kerja sang bos untuk membahas apa yang telah terjadi antara Harry dan Erie. Malvin sangat kesal karena Harry telah mengkhianati Nick, apalagi saat itu Nick tengah membutuhkan dukungan moral dari mereka, ketiga sahabatnya. "Aku ... sudah mencintainya sejak lama, Vin. Mungkin karena sering menjadi sopir antar jemput bila dia akan berkencan dengan Nick," terang Harry. "Setelah Nick pergi, aku makin sulit mengendalikan rasa ini yang sudah telanjur tumpah semua cinta pada Erie," sambungnya sambil memandangi wajah sahabatnya itu yang duduk di kursi seberang. "Tega banget kamu! Aku nggak tau gimana caranya buat ngertiin cintamu pada dia, di saat dia masih menjadi kekasih sahabat kita." "Nggak perlu dimengerti. Karena Erie sudah menolakku. Jadi biarkan saja keadaan tetap kayak gini." Harry terdiam
SBY 38Liburan selama beberapa hari di New Zealand, ternyata memberikan efek positif bagi Erie. Udara segar khas pegunungan dan polusi yang tidak setinggi Sydney, menjadikan Erie bisa lebih tenang dan rileks. Setiap pagi dia akan melakukan senam ringan khusus Ibu hamil bersama Tanti. Aruna dan ketiga bocah juga ikut berolahraga. Selanjutnya mereka akan mengelilingi area vila milik keluarga Timothy yang berada di Pulau Selatan. Pulau itu adalah daratan terluas di Selandia Baru, dan merupakan pulau terbesar ke-12 di dunia. Pulau Selatan terbagi sepanjang Pegunungan Alpen Selatan. Sisi timur pulau tersebut memiliki Dataran Canterbury, sedangkan Pantai Barat terkenal dengan garis pantainya yang kasar, curah hujan yang tinggi, proporsi hutan asli yang sangat tinggi, dan juga gletser. Bila para suami sedang meninjau lokasi tempat akan dibangunnya resor baru, ketiga perempuan memilih hanya berwisata di kota. Selain karena Tanti dan Erie tengah hamil, ketiga anak kecil akan sulit mengikuti
SBY 37Seunit mobil sedan hitam berhenti di area parkir gedung perkantoran puluhan lantai di pusat kota Sydney. Dua penumpangnya keluar sambil membawa tas kerja masing-masing. Setelah sopir mengunci pintu kendaraan, kedua lelaki bersetelan jas biru tua jalan berdampingan memasuki lobi utama gedung. Seorang petugas keamanan memberi hormat, sebelum mengantarkan mereka menuju lift khusus tamu direksi. Setibanya di lantai lima belas, kedua pria berbeda tampilan keluar dari lift. Mereka melintasi lorong yang di sisi kanan dan kirinya merupakan area staf direksi. Keduanya berhenti di depan meja sekretaris, yang langsung mengantarkan mereka ke ruang rapat di sisi kiri bangunan. Belasan pria dan wanita memandangi kedua lelaki berparas Asia yang baru memasuki ruangan. Seusai menyalami semua rekan kerja, keduanya mendatangi direktur utama dan direktur operasional Timothy Grup yang menyambut mereka dengan pelukan hangat. Acara rapat berlangsung hampir enam puluh menit. Selanjutnya semua reka
SBY 36Jalinan waktu terus bergulir. Awal tahun menyapa dengan kehangatan matahari yang disertai angin kencang. Masa libur telah usai, dan orang-orang kembali berjibaku mengerjakan aktivitas masing-masing. Pagi itu, Erie terbangun dengan tubuh yang linu. Kepalanya berdenyut dan badan pun terasa panas. Erie masih berbaring ketika Harry keluar dari kamar mandi dan bergegas berganti pakaian. "Rie, mau sarapan apa?" tanya Harry sembari memasang sabuk di celana kainnya. "Bubur," sahut Erie. "Oke, nanti kupesankan di bawah." "Mas, pulangnya bisa agak awal, nggak?" "Belum tahu." Harry meraih dasi hitam dan mendatangi istrinya untuk meminta dipasangkan. "Kenapa?" tanyanya. "Demamku turun naik, dan sekarang ditambah badan sakit," terang Erie sembari memasangkan dasi di kemeja sang suami.Harry meraba dahi istrinya. "Kayaknya naik lagi demammu. Tadi subuh udah turun padahal." "Hu um. Tenggorokanku juga sakit." "Ehm, gini aja. Habis meeting nanti, aku jemput kamu. Kita ke dokter, habis
SBY 35Suara tawa seorang pria di sebuah ruangan, menjadikan lawan bicaranya merengut. Lelaki berkemeja marun masih terus terbahak, tidak peduli dipandangi tajam oleh perempuan di seberang lautan. Sambungan video jarak jauh yang mereka lakukan selama belasan menit, akhirnya diputus sepihak oleh perempuan berambut panjang. Hal itu menjadikan pria bermata sipit akhirnya bisa menghentikan gelakak. Kemudian dia mengambil tisu dan mengusap sudut matanya yang berair. "Ada apa, Ko?" tanya David yang baru keluar dari kamar mandi. "Talitha video call. Dia ngedatangin Harry dan nyoba mancing. Taunya malah dibalas Harry lebih nyelekit," terang Nick. "Mancing gimana?" "Talitha nanya, apa Harry nggak jijik sama Erie. Dijawab Harry, nggak. Karena Erie cuma pernah bersamaku. Sedangkan Talitha sudah banyak laki-laki yang pernah berhubungan intim dengannya." "Mas Harry berani juga ngomong gitu." "Dia memang lebih banyak diam, tapi sekali ngoceh, bakal bikin kesal." "Ya, aku pernah dengar Mas M
SBY 34Jalinan waktu terus bergulir. Harry dan Erie telah pindah ke apartemen yang mereka sewa. Keduanya sengaja memilih tempat yang bukan di pusat kota, karena ingin menikmati waktu istirahat di unit sebaik mungkin. Mereka menyewa sebuah unit dua kamar di kawasan Ashfield, sebuah daerah suburban di barat daya Sydney. Ashfield terletak sekitar sembilan kilometer dari CBD Sydney, di mana kantor cabang SS Grup berada. Bila Harry tengah bekerja, Erie akan melakukan berbagai kegiatan untuk mengisi waktu luangnya. Seperti hari itu, seusai membersihkan unit, Erie berangkat ke pusat kota dengan menumpang pada taksi. Dia berhenti di sebuah toko makanan sekaligus kafe kecil milik Isna dan Natasha. Erie mengakrabkan diri pada Isna, karena merasa nyaman bergaul bersama perempuan berparas manis yang sangat ramah. Selain itu, mereka sama-sama keturunan Sunda. Sehingga bisa lebih akrab, dibandingkan dengan Natasha. Erie tidak mau mendekatkan diri pada Sandrina, karena dia merasa bila perempuan
SBY 33Dengungan orang mengobrol bercampur live music berpadu di ruangan luas sebuah restoran terkenal di Sydney. Hal nyaris serupa juga terjadi di teras luas yang menjadi tempat jamuan makan yang diselenggarakan Timothy Grup. Harry yang duduk diapit Erie dan Farzan, melanjutkan percakapan dengan Keven Kahraman, Bryan Achnav dan Hansel Arvasathya yang berada di kursi seberang. Pada sisi kanan meja, Grace, istri Timothy sekaligus Ibu Hansel, tengah berbincang dengan Aruna Ghania, istri Keven, beserta Erie. Selain mereka juga ada Natasha, istri Tristan, dan Isna, istri Fairel. Sisi kiri meja yang ditempati Timothy, Tristan, Fairel, Arman, Argan dan Wirya juga sama ributnya dengan sisi yang lain. Timothy yang menjadi pendengar, berulang kali terbahak saat Wirya menceritakan tingkah teman-teman bisnisnya di Indonesia. "Wir, nanti tolong sampaikan pada Sultan, bulan depan saya akan pulang ke Indonesia," tutur Timothy. "Siap, Pak," sahut Wirya. "Ada acara apa, Om?" tanya Tristan Cyrus
SBY 32Isak tangis mewarnai acara perpisahan Harry dan Erie di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. Masing-masing Ibu mendekap anak mereka yang mungkin akan lama bisa kembali ke tanah air. Hendra dan Farid terlihat lebih tegar dibandingkan Wiryani dan Yunia. Demikian pula dengan Alfian, Lisa, Ramdhan dan Astri yang turut mengantarkan pasangan pengantin baru. Samudera yang datang bersama Malvin, mengajak Harry berbincang serius. Setelahnya mereka berangkulan, kemudian berpose dan berfoto sebagai kenang-kenangan. Hisyam, Wirya dan Aditya yang juga akan berangkat menuju Sydney untuk mengontrol unit di sana, mendatangi rombongan pengantar dan menyalami mereka. Tidak berselang lama kelompok kecil jalan beriringan menuju pintu ruang pemeriksaan tiket. Harry dan Erie sempat berbalik untuk melambaikan tangan pada keluarga mereka, kemudian memutar badan dan meneruskan langkah mengekori ketiga pengawal PB. Samudera dan Malvin masih terpaku di tempat, sementara yang lainnya bergerak m
SBY 31Sepanjang hari Selasa dihabiskan Harry dan Erie di rumah sakit. Sebab mereka akan berangkat ke luar negeri hari Minggu nanti, Erie memutuskan melakukan operasi kecil untuk mengangkat daging kecil di telapak kakinya. Erie tidak mau kondisi kaki yang ada benjolan akan menjadikannya kesulitan beraktivitas di Sydney. Perempuan yang rambutnya dipotong sedikit lebih pendek, tidak mau merepotkan suaminya dan ingin mandiri. Kendatipun hanya operasi kecil, dokter yang menanganinya meminta Erie beristirahat di rumah sakit selama beberapa jam. Seusai salat asar barulah pasangan pengantin baru keluar dari ruang perawatan.Setibanya di kediaman orang tuanya, Erie keluar dari mobil dan jalan dengan hati-hati menuju teras. Sementara Harry membawakan barang-barang yang tadi dibeli, sebelum menyusul istrinya. "Kok, sepi?" tanya Erie sambil duduk di sofa ruang tengah. "Ayah sama Ibu lagi takziah," terang Lisa yang sedang menonton televisi sambil mengunyah keripik kentang. "Al lagi ke rumah t
SBY 30Lebih dari seratus manusia berkumpul di taman luas yang telah diubah menjadi tempat pernikahan. Tidak seperti acara pernikahan lainnya, Harry dan Erie telah meminta untuk tidak dibuatkan pelaminan megah. Hanya ada deretan beberapa kursi di belakang tempat akad yang akan digunakan sebagai area acara sungkeman. Selain itu, ada tempat khusus buat pelaksanaan saweran, yang berada di tengah-tengah taman. Sebagai ganti pelaminan, wedding organizer mendirikan empat spot foto, khusus digunakan semua tamu untuk berfoto dengan kedua mempelai, yang nantinya akan berkeliling mendatangi khalayak. Tepat pukul 08.00 waktu setempat, kedua kelompok keluarga mempelai bergerak menuju taman. Rombongan besar yang tiba dalam waktu yang bersamaan, segera diarahkan pihak panitia dari wedding organizer menuju dua area terpisah. Keluarga Harry yang mengenakan pakaian serba krem, menempati deretan kursi sebelah kanan. Sementara keluarga Erie yang menggunakan pakaian salem, menempati area kiri taman.