Ayesha menatap malu-malu pada sosok pria tampan yang duduk saling berhadapan dengannya. Barusan saja keluarga besar Raswandi sampai dan disambut dengan baik oleh keluarga Wicaksana.
Begitu pula dengan Adnan Raswandi, pria itu menatap penuh kagum pada sosok Ayesha yang sangat cantik. Ditambah malam ini penampilannya begitu luar biasa hingga semakin menambah aura kecantikannya.
Setelah acara perkenalan putra dan putri mereka, tiba-tiba saja Adnan meminta izin waktu sebentar untuk mengobrol berdua dengan Ayesha. Sontak semua mata menatap ke arah Ayesha seolah meminta persetujuan dari kesediaan wanita itu. Ayesha tersenyum menganggukkan kepalanya masih dengan raut wajah malunya.
Ayesha dan Adnan memilih mengobrol berdua di halaman teras depan rumah keluarga Wicaksana. Mereka berdua duduk di kursi yang memang sudah di sediakan, disana juga sudah tersedia dua gelas orange jus dan juga beberapa cemilan.
Adnan melirik
Ayesha mengucap syukur dan merasa lega ketika Hasan pada akhirnya meminum kopi hitam panas buatannya serta memujinya enak. Ayesha pikir tadi bakalan ada tragedi mengerikan berikutnya. Nyatanya tidak, dan ia sangat senang sekali."Terima kasih," ucap Ayesha tersenyum manis pada Hasan yang justru menatapnya dengan pandangan bingung."Uhm, saya pikir Bapak tidak akan menyukai kopi buatan saya dan malah akan melemparkannya seperti tadi." sambung Ayesha yang terlalu begitu jujur.Setelah menyesap kopinya beberapa kali yang langsung memberikan efek pada perutnya yang menjadi hangat, Hasan meletakkan kembali gelas kopinya ke meja."Kalau begitu, saya permisi pamit keluar Pak.""Siapa yang menyuruh kamu untuk keluar?" tanya Hasan sukses membuat Ayesha tercengang kaget."Tapi, bukannya tugas saya sudah selesai Pak?"
Hasan terbangun dengan tubuh dan kepalanya yang terasa sangat sakit. Punggung yang terasa begitu pegal akibat terlalu lama tidur dalam posisi duduk membungkuk, dan kepala yang bersandar ke meja menghadap arah kiri terlalu lama.Jelas ini namanya Hasan salah tidur, pantas paginya ia mendapati seluruh tubuhnya tak nyaman. Hasan bangkit berdiri dan mencoba untuk menggerakkan badannya guna merilekskan seluruh otot-otot tubuhnya.Dan hasilnya lumayan, Hasan sudah tak terlalu merasakan pegal yang terlalu seperti tadi. Hasan kembali duduk dan mencoba membuka berkas-berkas yang belum selesai ia kerjakan. Namun sebelum itu terjadi Hasan mencium bau tak sedap yang menguar dari tubuhnya. Hasan pun mencoba mengendus-endus tubuhnya dan benar saja jika tubuhnya yang ternyata bau asem.Hasan malas sekali untuk mandi ataupun sekadar berganti pakaian, hingga pada akhirnya ia memutuskan jalan pintas saja yaitu menyemprotkan parfum favoritnya k
"Kenapa kamu tidak mengangkat panggilan teleponku ataupun membalas pesan dariku?" tanya Adnan menatap lekat Ayesha yang sejak tadi malah terus menundukkan kepalanya.Siang hari ini mereka berdua tengah berada di cafe, sejak malam dimana Adnan mengantarkan Ayesha pulang yang berakhir kesalah pahaman akibat dari sudut pandang Ayesha mengenai perbedaan status derajat mereka berdua. Sejak itulah Ayesha tak mau mengangkat panggilan telepon Adnan maupun membalas setiap pesan yang Adnan kirimkan. Hingga hari libur ini Adnan memberanikan diri untuk langsung mendatangi rumah Ayesha, Adnan butuh bicara dengan wanita itu sebab ia merasa tak tahan jika Ayesha tak mengacuhkan dirinya.Tentu saja kehadiran Adnan ke rumah Ayesha di sambut baik dan hangat oleh bapak Ridwan. Tak mungkin bagi Ayesha untuk menolak bertemu dengan Adnan.Adnan sendiri yang merasa mendapatkan respon positif dan baik dari bapaknya Ayesha, mengambil kesempatan ini u
Ayesha merasa bahagia setelah mendengar kabar Davira yang kembali pulang ke rumah, tentu hal itu menjadi kabar yang membahagiakan untuk seluruh keluarga.Senyuman tak pernah luntur menghiasi wajah cantiknya yang alami tanpa polesan riasan sedikitpun. Ayesha jarang memakai riasan terkecuali jika ada acara-acara keluarga penting saja yang harus membuatnya tampak lebih cantik dan berbeda dari biasanya."Kapan kita akan mengunjungi kediaman keluarga Atmadja?" tanya pak Ridwan menatap Ayehsa yang masih tersenyum,"Bapak ingin kesana?""Tentu saja, ini kabar bahagia nak."Ayehsa mengangguk setuju, "Bapak saja yang kesana.""Kamu tidak ikut, nak?"Ayesha menggeleng. "Tidak Pak.""Kenapa kamu tidak mau ikut? Apa alasannya?""Davira, gadis itu tidak menyukaiku Pa
Sepasang manik mata hitam itu menatap lurus ke depan dengan tatapan hampa, tubuhnya terasa kaku seolah mati rasa setelah beberapa menit yang lalu mendengar pengakuan putrinya.Ayesha sendiri terisak pelan setelah ia berhasil mengungkapkan rahasia buruknya yang selama ini ia simpan rapih. Tapi, tak di pungkiri jika Ayesha merasa lega setelahnya. Dan hal ini juga Ayesha pastikan akan menjadi akhir dari segala keburukan yang pernah ia alami, menjadi akhir dari segala hubungan tak sehat antara ia dan Hasan."Sudah berapa lama?" tanya Ridwan tiba-tiba mengaggeti Ayesha."A-apanya?""Hubungan gila yang terjalin antara kamu dan Hasan?" Ridwan lebih memperjelaskan pertanyaannya. "Jawab dengan jujur!"Ayesha menggigit bibirnya seraya menundukkan kepalanya, "kurang lebih dari dua tahun yang lalu." jawab Ayesha lirih.Ridwan memejamkan matanya sembari terisak, hatinya begitu sakit da
"Mas," panggil Kia."Ya, sayang?"Kia menyerahkan ponsel Nando yang tadi berbunyi saat pria itu ke kamar mandi."Mas Ridwan tadi menelpon," beritahu Kia."Lalu, kamu tidak mengangkatnya?"Kia menggeleng, "aku mengangkatnya.""Oh ya? Lalu dia bilang apa?""Mas Ridwan bilang, ada hal penting yang sangat ingin dia katakan pada Mas. Dia juga menyuruhku untuk menyampaikan pesannya ini, dan meminta Mas untuk segera menghubunginya kembali."Nando mengangguk mengerti, "baiklah, terima kasih Sayang." ucap Nando mengecup kening istrinya."Aku akan menelpon Ridwan di ruang kerjaku, oke." Kia mengangguk.Di tatapnya punggung sang suami yang perlahan menjauh dan menghilang di balik pintu kamar yang tertutup. Sebenarnya ada rasa penasaran dan
Dua pasang mata itu saling menatap satu sama lain, menikmati keheningan yang menemani mereka."Ternyata benar sesuai dugaan kita," ucap salah satu diantara kedua orang itu."Benarkah? Kau yakin?""Tentu saja, putriku sendiri sudah mengatakannya secara jujur. Ayesha sudah mengakuinya, bahwa selama ini ia memang mempunyai hubungan khusus dengan Hasan, putramu." tukas Ridwan dengan raut wajah datar."Hubungan khusus seperti apa?" tanya Nando penasaran. "Apakah mereka berdua berpacaran," sedikit senyum terbit menghiasi wajah tampan Nando.Ridwan menggeleng lemah, "lebih mengerikan dari itu."Mendengar itu dalam sekejap senyuman Nando luntur. "J-jadi apa? Ridwan, katakan yang sebenarnya?!" pinta Nando menuntut jawaban."Aku telah hancur sebagai orangtua," lirih Ridwan berubah murung.
Baca ya 😘***"Bapak!" panggil Ayesha ketika melihat Ridwan baru pulang ke rumah setelah langit menggelap.Dari tadi siang Ayesha mencari keberadaan sosok Ridwan yang tak terlihat di setiap sudut rumah. Cukup kecewa lantaran Ridwan tidak berpamitan padanya, tak seperti biasanya Ridwan akan selalu berpamitan pada Ayesha jika ia ingin pergi dalam jangka waktu sebentar maupun lama. Hal itu Ridwan lakukan agar sang anak tidak khawatir, tapi sekarang?Ayesha cukup mengerti, jika perubahan sikap bapaknya itu tentulah karena dirinya. Wajar bila Ridwan marah dan kecewa pada Ayesha."Cepatlah kemasi barang-barangmu," titah Ridwan menatap sekilas sang anak, lalu melangkah cepat dan lebar ke arah kamarnya.Tentu saja ucapan Ridwan tadi mampu membuat Ayesha dilanda kebingungan dengan lipatan kerutan di dahinya yang tampak nyat
Part bonus.Ayesha terlihat lelah dan kini memilih kembali berbaring di ranjang, siang ini sudah kali ketiganya ia mandi membersihkan diri dari lengketnya sisa-sisa percintaannya dengan Hasan.Suaminya itu seperti orang kesurupan yang gak pernah ada kata lelah menggempur dirinya. Hampir seminggu ini mereka terus 'melakukan itu' jika ada kesempatan. Tak mempedulikan dimana tempat Hasan terus menggodanya dan merengek meminta jatah.Pagi, siang, sore hampir selalu mereka isi dengan desahan dan erangan. Jadilah siang ini Ayesha merasakan tubuhnya lelah luar biasa, tulang dan sendinya seakan remuk tak bersisa."Hentikan, Mas. Aku sangat lelah!" lirih Ayesha berusaha mendorong tubuh Hasan yang sudah bertengger nyaman menindih tubuhnya.Hasan tertawa namun tetap tak ingin beranjak dari atas tubuh Ayesha. "Capek banget ya sayang?"Ayesha mengangguk, "bangetlah. Habisnya tenaga
Tepat setelah satu bulan pernikahan Davira dan Haikal, keluarga Wicaksana menyelenggarakan acara pernikahan Hasan dan Ayesha.Semua persiapan sudah dilakukan secaraepikdan mantap, yang tentu saja kemewahan tetap terasa kental dalam acara tersebut. Nando bersikeras ingin melakukan yang terbaik dan termewah untuk pernikahan putranya, semua ini sebagai hadiah dan juga kenang-kenangan terindah untuknya. Menyaksikan sendiri pernikahan sang anak dengan Ayesha yang memang sudah lama menjadi impiannya.Sejak Hasan lahir, Nando sudah mengklaim pada dirinya sendiri bahwa putranya kelak yang akan menjadi jodoh Ayesha. Doanya terkabul dan ia sangat senang sekali, apalagi perjalanan kisah cinta Hasan dan Ayesha tidaklah mudah. Terlalu banyak drama dan duka yang mengiringi perjalanan asmara mereka.Lamunan Nando buyar saat seseorang menepuk pelan pundaknya, ia menoleh dan menemukan sosok besannya yang hari ini terlihat
Ayesha terhenyak kaget begitu mendengar kata-kata yang meluncur mulus keluar dari mulut bapaknya. Menikah? Satu hal yang tak pernah Ayesha duga jika bapaknya menyuruh sekaligus memberikan izin untuk Hasan menikahinya?Sungguh? Hah, yang benar saja! Ayesha lagi tak sedang bermimpi 'kan?Dan bukan hanya Ayesha saja disini yang kaget. Tetapi, Nando dan Hasan pun gak kalah kagetnya. Dan jangan lupakan bagaimana ekspresi terkejut ayah dan anak itu."Ridwan, benarkah ucapanmu itu?" tanya Nando melangkah masuk ke dalam kamar itu. "Kamu tidak sedang bercanda ataupun mempermainkanku dan putraku 'kan?"Ridwan menggelengkan kepala mantap, "aku serius dengan ucapanku. Memangnya kenapa? Kok kalian seperti tidak percaya begini?" Ridwan menatap mereka dengan pandangan bingung, apakah ada yang salah dengan ucapannya barusan?Hasan bergerak cepat bang
Hasan berjalan mengendap-endap seperti maling saat hendak ke kamar yang sekarang ini di tempati Ayesha, kamar yang dulu sering di tempati Ayesha saat tinggal di kediaman keluarga Wicaksana.Selama seminggu lebih ini Ayesha dan Ridwan menginap di rumah keluarga Wicaksana, dan rencananya siang nanti kedua orang itu memutuskan untuk pulang.Klek.Satu keuntungan bagi Hasan atas kecerobohan Ayesha untuk yang satu ini, sebab Hasan sangat hafal dan tahu betul jika Ayesha jarang menutup pintu kamarnya saat tidur.Mendapatkan kesempatan emas seperti ini tentu saja Hasan tak menyia-nyiakannya, dengan langkah riang yang disertai senyuman kebahagiaan yang tampak terbit menghiasi wajahnya.Hasan menatap lekat wajah Ayesha yang tertidur damai dalam jarak sedekat ini, perlahan tangannya terulur menyentuh surai panjang nan hitam yang terasa sangat lembut itu.Ayesha menggeliat kecil m
Ridwan meradang mendengar pengakuan putrinya yang bercerita tentang penghianatan Adnan yang begitu teganya berselingkuh dengan wanita lain.Ia sungguh tak percaya jika Adnan ternyata juga seorang pria berengsek, yang sialnya selama ini tertutupi oleh sikapnya yang baik bak seperti malaikat pelindung untuk putrinya. Ridwan pikir itu murni sifat alamiah dari diri seorang Adnan, namun nyatanya hanya kepalsuan belaka.Ridwan benci, kesal, dan marah. Ya, tentu saja. Orangtua mana yang tak marah jika ternyata selama ini anaknya hanya di permainkan dan terus-menerus dibohongi."Sini," ucap Ridwan merentangkan kedua tangan kekarnya lebar-lebar sebagai kode untuk Ayesha agar memeluknya.Tentu saja Ayesha langsung menerima pelukan bapaknya yang terasa begitu hangat dan nyaman. Apalagi ditambah sebuah kecupan yang mampir di puncak kepalanya secara beruntun. Ayesha mendongakkan kepalanya menatap wajah Ridwan yang tersenyu
Ayesha meremas ke sepuluh jari rampingnya yang saat ini saling bertautan, beragam perasaan cemas dan panik berkecamuk dalam dirinya.Bagaimanapun usahanya yang sudah susah payah mencari berbagai alasan agar Hasan tak mengantarkannya sampai ke rumah nyatanya sia-sia. Rupanya pria itu lebih licik sehingga mampu membalas ucapan Ayesha secara telak.Dan, pada akhirnya Hasan telah sampai mengantarkan Ayesha tepat di depan rumah wanita itu.Hasan mengamati rumah baru Ayesha yang tampak lumayan mewah, tidak se-sederhana seperti rumahnya yang dulu."Bagus," ucap Hasan tiba-tiba, reflek Ayesha menoleh padanya dengan mata berkedip berulang kali. "Uhm, maksudku rumah barumu bagus. Dan juga cantik."Mendengar itu Ayesha menjadi malu, ia pikir pujian bagus dan cantik itu ditujukan untuknya namun nyatanya tidak. Hmm, sepertinya Ayesha terlalu berha
"Kenapa menatapku seperti itu?!" hardik Hasan merasa risih sekaligus kesal dengan tatapan Ayesha padanya."Tatapanmu seolah menunjukkan bahwa kau tengah melihat hantu saja." dengkus Hasan benar-benar tak suka dengan tatapan Ayesha.Mendengar itu Ayesha memalingkan wajahnya tak ingin melihat ke arah Hasan lagi. Pria itu terlalu cerewet dan berisik, telinga Ayesha terasa kebas dan panas mendengarnya."Hei, kenapa kau cuek? Aku sedang bicara padamu," Hasan menyentuh lengan Ayesha langsung segera menepisnya."Pergi!" sentak Ayesha mengusir Hasan."Tidak, aku tidak akan pergi meninggalkanmu disini sendirian." tolak Hasan menggelengkan kepalanya, "apalagi di jalanan sunyi seperti ini. Oh, tidak akan aku meninggalkanmu."Mungkin jika wanita lain yang mendengar ucapan manis Hasan in
Pagi ini Ayesha memutuskan untuk menemui Adnan di apartemen milik pria itu saja. Setahu Ayesha, Adnan jarang pulang ke rumahnya dan lebih sering menghabiskan waktunya di apartemen sama seperti Hasan.Astaga! Ayesha mengumpat dalam hati, disaat seperti ini bisa-bisanya ia malah kepikiran si berengsek Hasan.Tidak, Ayesha harus bisa mengenyahkan Hasan dari pikirannya sejauh mungkin. Dan sekarang Ayesha harus fokus pada Adnan, pria itu mungkin saja memang sedang marah padanya.Ayesha sebenarnya juga merasa bersalah karena belakangan ini kurang perhatian pada Adnan, dan malah lebih mementingkan lamunan konyol yang selalu memikirkan pria berengsek itu. Sungguh bodoh! Tak seharusnya ia memikirkan pria lain disaat seorang pria yang berstatus tunangannya itu lebih penting dan lebih berarti setelah kedua orang tuanya.Ayesha tersenyum sumringah menatap bangunan unit apartemen, ia langsung segera masuk ke dalam li
Aahhh.Suara desahan saling bersahutan itu terdengar memenuhi seisi ruangan kamar bernuansa putih tersebut. Kamar milik seorang pria di sebuah apartemen mewah miliknya.Adnan tampak begitu bersemangat menghujamkan miliknya ke lembah sempit nan hangat milik wanita bayaran itu, atau yang biasa di panggil dengan sebutan jalang favorit Adnan.Ya, favorit karena Adnan selalu meminta jasa berupa tubuh dan tenaga wanita itu untuk memuaskannya. Dengan kata lain, wanita tersebut berhasil membuat Adnan kecanduan akan dirinya. Tidak, pada tubuhnya. Padahal Adnan adalah tipekal pria yang mudah bosan, sekali pakai buang alias tidak ada kata yang kedua, ketiga, dan seterusnya.Tapi, dengan Maya? Lihatlah! Adnan seperti tak pernah puas akan tubuh montok itu. Tubuh yang saat ini tengah di gagahinya dengan sangat buas, panas dan liar."Oh, fu*k!" Adnan mengumpat dengan keras, persetubuhan mereka memang se