Sepasang manik mata hitam itu menatap lurus ke depan dengan tatapan hampa, tubuhnya terasa kaku seolah mati rasa setelah beberapa menit yang lalu mendengar pengakuan putrinya.
Ayesha sendiri terisak pelan setelah ia berhasil mengungkapkan rahasia buruknya yang selama ini ia simpan rapih. Tapi, tak di pungkiri jika Ayesha merasa lega setelahnya. Dan hal ini juga Ayesha pastikan akan menjadi akhir dari segala keburukan yang pernah ia alami, menjadi akhir dari segala hubungan tak sehat antara ia dan Hasan.
"Sudah berapa lama?" tanya Ridwan tiba-tiba mengaggeti Ayesha.
"A-apanya?"
"Hubungan gila yang terjalin antara kamu dan Hasan?" Ridwan lebih memperjelaskan pertanyaannya. "Jawab dengan jujur!"
Ayesha menggigit bibirnya seraya menundukkan kepalanya, "kurang lebih dari dua tahun yang lalu." jawab Ayesha lirih.
Ridwan memejamkan matanya sembari terisak, hatinya begitu sakit da
"Mas," panggil Kia."Ya, sayang?"Kia menyerahkan ponsel Nando yang tadi berbunyi saat pria itu ke kamar mandi."Mas Ridwan tadi menelpon," beritahu Kia."Lalu, kamu tidak mengangkatnya?"Kia menggeleng, "aku mengangkatnya.""Oh ya? Lalu dia bilang apa?""Mas Ridwan bilang, ada hal penting yang sangat ingin dia katakan pada Mas. Dia juga menyuruhku untuk menyampaikan pesannya ini, dan meminta Mas untuk segera menghubunginya kembali."Nando mengangguk mengerti, "baiklah, terima kasih Sayang." ucap Nando mengecup kening istrinya."Aku akan menelpon Ridwan di ruang kerjaku, oke." Kia mengangguk.Di tatapnya punggung sang suami yang perlahan menjauh dan menghilang di balik pintu kamar yang tertutup. Sebenarnya ada rasa penasaran dan
Dua pasang mata itu saling menatap satu sama lain, menikmati keheningan yang menemani mereka."Ternyata benar sesuai dugaan kita," ucap salah satu diantara kedua orang itu."Benarkah? Kau yakin?""Tentu saja, putriku sendiri sudah mengatakannya secara jujur. Ayesha sudah mengakuinya, bahwa selama ini ia memang mempunyai hubungan khusus dengan Hasan, putramu." tukas Ridwan dengan raut wajah datar."Hubungan khusus seperti apa?" tanya Nando penasaran. "Apakah mereka berdua berpacaran," sedikit senyum terbit menghiasi wajah tampan Nando.Ridwan menggeleng lemah, "lebih mengerikan dari itu."Mendengar itu dalam sekejap senyuman Nando luntur. "J-jadi apa? Ridwan, katakan yang sebenarnya?!" pinta Nando menuntut jawaban."Aku telah hancur sebagai orangtua," lirih Ridwan berubah murung.
Baca ya 😘***"Bapak!" panggil Ayesha ketika melihat Ridwan baru pulang ke rumah setelah langit menggelap.Dari tadi siang Ayesha mencari keberadaan sosok Ridwan yang tak terlihat di setiap sudut rumah. Cukup kecewa lantaran Ridwan tidak berpamitan padanya, tak seperti biasanya Ridwan akan selalu berpamitan pada Ayesha jika ia ingin pergi dalam jangka waktu sebentar maupun lama. Hal itu Ridwan lakukan agar sang anak tidak khawatir, tapi sekarang?Ayesha cukup mengerti, jika perubahan sikap bapaknya itu tentulah karena dirinya. Wajar bila Ridwan marah dan kecewa pada Ayesha."Cepatlah kemasi barang-barangmu," titah Ridwan menatap sekilas sang anak, lalu melangkah cepat dan lebar ke arah kamarnya.Tentu saja ucapan Ridwan tadi mampu membuat Ayesha dilanda kebingungan dengan lipatan kerutan di dahinya yang tampak nyat
"Apa Ayah sudah mengetahuinya?!" tanya Hasan dengan air mukanya yang terlihat memucat."Ya!" sahut Nando lantang."Darimana? Darimana Ayah mengetahuinya?"Nando tersenyum sinis, "kau tidak perlu tau itu.""Apakah Ayesha yang mengadukan hal ini pada Ayah?""Bukankah sudah ku bilang, kau tidak perlu tahu!" cengkeraman tangan Nando di kerah baju Hasan bertambah kuat.Cengkraman yang kuat itu membuat Hasan susah bernafas, Nando seakan kehilangan kendali dalam dirinya sehingga tak memperhatikan kesakitan Hasan yang tampak jelas dari raut wajah sang anak yang memerah.Seperti apapun rasa sakitnya Hasan sama sekali tidak memohon pada Nando untuk melepaskan cengkraman tangannya. Hasan jutsru terlihat santai walau merasa tercekik sekalipun, bahkan tatapan Hasan seakan menantang Nando.Beruntung Nando tersadar dengan apa yang dilakukanya, ia melepaskan ceng
Tap!Ayesha tak bisa mengelak dari rengkuhan hangat kedua tangan kekar Hasan yang saat ini tengah mendekap tubuhnya erat. Perasaan hangat dan nyaman langsung mengaliri diri keduanya."Lepas!" rontahan Ayesha menampik hal itu dan berusaha melepaskan diri dari kungkungan tubuh Hasan yang memeluknya erat."Ssstt," desis Hasan menahan segala pergerakan Ayesha dan memintanya untuk diam. "Biarkanlah tetap seperti ini,please!"Ayesha diam tak berkutik, meskipun hari ini Hasan bersikap lembut tapi tetap saja aura menakutkan dari pria itu masih terasa dan terpancar jelas.Ayesha menurut bukan berarti ia masih ingin di perbudak dan di kendalikan oleh Hasan. Hanya saja Ayesha tak ingin membuat keributan di rumah ini, karena sejauh yang ia tahu bahwa sosok yang tengah memeluknya saat ini adalah orang yang tidak suka penolakan.Ayesha pun tak menampik jika ia merasaka
Waktu terasa berputar begitu cepat, entah sudah berapa lamanya Hasan tak pernah bertemu dengan sosok Ayesha dan Bapaknya. Selama itu pula banyak hal dan masalah yang terjadi, dimulai dari dirinya sendiri sampai permasalahan sang adik tercinta, Cavia.Hasan tak pernah menyangka jika adik kesayangannya bisa bertindak melakukan percobaan bunuh diri. Hasan yang semenjak hari dimana Ayesha datang ke rumahnya waktu itu, sempat merasakan semangat hidup. Tapi, semangat itu kian redup dan perlahan menghilang saat mengetahui jika Ayesha dan Ridwan sungguh benaran pergi dari kota ini.Terbukti saat Hasan tak bisa menahan rindunya lagi pada Ayesha, dia memutuskan untuk menemui Ayesha di rumahnya. Namun alangkah terkejutnya saat Hasan menemukan rumah Ayesha yang di gembok menandakan jika rumah itu kosong tak berpenghuni.Dugaannya semakin kuat saat keesokan harinya dan seterusnya Hasan datang kembali ke rumah Ayesha, rumah itu tetap masih
Dengan tertatih karena kakinya yang sakit di tendang Ayesha, Hasan memaksakan dirinya untuk berjalan cepat dan mencegah kepergiannya."Akkhh, lepas—" ucapan Ayesha terhenti karena Hasan yang langsung membekap mulutnya.Dengan gerakan cepat Hasan langsung membawa tubuh ramping Ayesha ke dalam mobilnya."Masuk!" titah Hasan dengan masih membekap mulut Ayesha."Emhhh," Ayesha terlihat kesusahan bicara dalam keadaan seperti itu sembari menggelengkan kepalanya."Aku akan—akhhh!" jerit Hasan mengadu kesakitan saat Ayesha menggigit tangannya.Mendapatkan peluang untuk lolos Ayesha langsung berlari pergi dari sana, namun lagi-lagi usahanya gagal. Ayesha kalah cepat dari Hasan yang tenyata berhasil mengejarnya."Mau lari kemana kamu, hmm?" tanya Hasan menyeringai."To—"Plakkk.Hasan yang geram melihat tingkah Ayesha yang me
Melihat perubahan sikap Ayesha yang secara signifikan dan tiba-tiba itu pun membuat Hasan bingung setengah mati. Hal apa yang membuat Ayesha kembali membuatnya bertingkah seperti itu?Tadinya wanita itu mulai melembut dan seakan lupa dengan pemberontakannya tadi, namun entah mengapa kini Ayesha kembali meronta."Hei, tenanglah," kata Hasan lembut.Ayesha menggeleng, "aku ingin pulang!""Tidak akan!" permintaan itu pun langsung di tolak mentah-mentah oleh Hasan."Kalau aku mengantarkanmu pulang, itu sama saja artinya kebodohan. Dengan susah payah aku menculikmu dan membawamu kemari, lalu dengan gampangnya aku mengembalikanmu pulang ke rumah?" tukas Hasan terkekeh kecil."Tentu saja itu tidak akan pernah ku lakukan, Ayesha." sambung Hasan menekankan setiap katanya.Setelah mengatakan itu Hasan keluar dari kamar tersebut dan mengunci pintunya. Ayesha yang melihat it
Part bonus.Ayesha terlihat lelah dan kini memilih kembali berbaring di ranjang, siang ini sudah kali ketiganya ia mandi membersihkan diri dari lengketnya sisa-sisa percintaannya dengan Hasan.Suaminya itu seperti orang kesurupan yang gak pernah ada kata lelah menggempur dirinya. Hampir seminggu ini mereka terus 'melakukan itu' jika ada kesempatan. Tak mempedulikan dimana tempat Hasan terus menggodanya dan merengek meminta jatah.Pagi, siang, sore hampir selalu mereka isi dengan desahan dan erangan. Jadilah siang ini Ayesha merasakan tubuhnya lelah luar biasa, tulang dan sendinya seakan remuk tak bersisa."Hentikan, Mas. Aku sangat lelah!" lirih Ayesha berusaha mendorong tubuh Hasan yang sudah bertengger nyaman menindih tubuhnya.Hasan tertawa namun tetap tak ingin beranjak dari atas tubuh Ayesha. "Capek banget ya sayang?"Ayesha mengangguk, "bangetlah. Habisnya tenaga
Tepat setelah satu bulan pernikahan Davira dan Haikal, keluarga Wicaksana menyelenggarakan acara pernikahan Hasan dan Ayesha.Semua persiapan sudah dilakukan secaraepikdan mantap, yang tentu saja kemewahan tetap terasa kental dalam acara tersebut. Nando bersikeras ingin melakukan yang terbaik dan termewah untuk pernikahan putranya, semua ini sebagai hadiah dan juga kenang-kenangan terindah untuknya. Menyaksikan sendiri pernikahan sang anak dengan Ayesha yang memang sudah lama menjadi impiannya.Sejak Hasan lahir, Nando sudah mengklaim pada dirinya sendiri bahwa putranya kelak yang akan menjadi jodoh Ayesha. Doanya terkabul dan ia sangat senang sekali, apalagi perjalanan kisah cinta Hasan dan Ayesha tidaklah mudah. Terlalu banyak drama dan duka yang mengiringi perjalanan asmara mereka.Lamunan Nando buyar saat seseorang menepuk pelan pundaknya, ia menoleh dan menemukan sosok besannya yang hari ini terlihat
Ayesha terhenyak kaget begitu mendengar kata-kata yang meluncur mulus keluar dari mulut bapaknya. Menikah? Satu hal yang tak pernah Ayesha duga jika bapaknya menyuruh sekaligus memberikan izin untuk Hasan menikahinya?Sungguh? Hah, yang benar saja! Ayesha lagi tak sedang bermimpi 'kan?Dan bukan hanya Ayesha saja disini yang kaget. Tetapi, Nando dan Hasan pun gak kalah kagetnya. Dan jangan lupakan bagaimana ekspresi terkejut ayah dan anak itu."Ridwan, benarkah ucapanmu itu?" tanya Nando melangkah masuk ke dalam kamar itu. "Kamu tidak sedang bercanda ataupun mempermainkanku dan putraku 'kan?"Ridwan menggelengkan kepala mantap, "aku serius dengan ucapanku. Memangnya kenapa? Kok kalian seperti tidak percaya begini?" Ridwan menatap mereka dengan pandangan bingung, apakah ada yang salah dengan ucapannya barusan?Hasan bergerak cepat bang
Hasan berjalan mengendap-endap seperti maling saat hendak ke kamar yang sekarang ini di tempati Ayesha, kamar yang dulu sering di tempati Ayesha saat tinggal di kediaman keluarga Wicaksana.Selama seminggu lebih ini Ayesha dan Ridwan menginap di rumah keluarga Wicaksana, dan rencananya siang nanti kedua orang itu memutuskan untuk pulang.Klek.Satu keuntungan bagi Hasan atas kecerobohan Ayesha untuk yang satu ini, sebab Hasan sangat hafal dan tahu betul jika Ayesha jarang menutup pintu kamarnya saat tidur.Mendapatkan kesempatan emas seperti ini tentu saja Hasan tak menyia-nyiakannya, dengan langkah riang yang disertai senyuman kebahagiaan yang tampak terbit menghiasi wajahnya.Hasan menatap lekat wajah Ayesha yang tertidur damai dalam jarak sedekat ini, perlahan tangannya terulur menyentuh surai panjang nan hitam yang terasa sangat lembut itu.Ayesha menggeliat kecil m
Ridwan meradang mendengar pengakuan putrinya yang bercerita tentang penghianatan Adnan yang begitu teganya berselingkuh dengan wanita lain.Ia sungguh tak percaya jika Adnan ternyata juga seorang pria berengsek, yang sialnya selama ini tertutupi oleh sikapnya yang baik bak seperti malaikat pelindung untuk putrinya. Ridwan pikir itu murni sifat alamiah dari diri seorang Adnan, namun nyatanya hanya kepalsuan belaka.Ridwan benci, kesal, dan marah. Ya, tentu saja. Orangtua mana yang tak marah jika ternyata selama ini anaknya hanya di permainkan dan terus-menerus dibohongi."Sini," ucap Ridwan merentangkan kedua tangan kekarnya lebar-lebar sebagai kode untuk Ayesha agar memeluknya.Tentu saja Ayesha langsung menerima pelukan bapaknya yang terasa begitu hangat dan nyaman. Apalagi ditambah sebuah kecupan yang mampir di puncak kepalanya secara beruntun. Ayesha mendongakkan kepalanya menatap wajah Ridwan yang tersenyu
Ayesha meremas ke sepuluh jari rampingnya yang saat ini saling bertautan, beragam perasaan cemas dan panik berkecamuk dalam dirinya.Bagaimanapun usahanya yang sudah susah payah mencari berbagai alasan agar Hasan tak mengantarkannya sampai ke rumah nyatanya sia-sia. Rupanya pria itu lebih licik sehingga mampu membalas ucapan Ayesha secara telak.Dan, pada akhirnya Hasan telah sampai mengantarkan Ayesha tepat di depan rumah wanita itu.Hasan mengamati rumah baru Ayesha yang tampak lumayan mewah, tidak se-sederhana seperti rumahnya yang dulu."Bagus," ucap Hasan tiba-tiba, reflek Ayesha menoleh padanya dengan mata berkedip berulang kali. "Uhm, maksudku rumah barumu bagus. Dan juga cantik."Mendengar itu Ayesha menjadi malu, ia pikir pujian bagus dan cantik itu ditujukan untuknya namun nyatanya tidak. Hmm, sepertinya Ayesha terlalu berha
"Kenapa menatapku seperti itu?!" hardik Hasan merasa risih sekaligus kesal dengan tatapan Ayesha padanya."Tatapanmu seolah menunjukkan bahwa kau tengah melihat hantu saja." dengkus Hasan benar-benar tak suka dengan tatapan Ayesha.Mendengar itu Ayesha memalingkan wajahnya tak ingin melihat ke arah Hasan lagi. Pria itu terlalu cerewet dan berisik, telinga Ayesha terasa kebas dan panas mendengarnya."Hei, kenapa kau cuek? Aku sedang bicara padamu," Hasan menyentuh lengan Ayesha langsung segera menepisnya."Pergi!" sentak Ayesha mengusir Hasan."Tidak, aku tidak akan pergi meninggalkanmu disini sendirian." tolak Hasan menggelengkan kepalanya, "apalagi di jalanan sunyi seperti ini. Oh, tidak akan aku meninggalkanmu."Mungkin jika wanita lain yang mendengar ucapan manis Hasan in
Pagi ini Ayesha memutuskan untuk menemui Adnan di apartemen milik pria itu saja. Setahu Ayesha, Adnan jarang pulang ke rumahnya dan lebih sering menghabiskan waktunya di apartemen sama seperti Hasan.Astaga! Ayesha mengumpat dalam hati, disaat seperti ini bisa-bisanya ia malah kepikiran si berengsek Hasan.Tidak, Ayesha harus bisa mengenyahkan Hasan dari pikirannya sejauh mungkin. Dan sekarang Ayesha harus fokus pada Adnan, pria itu mungkin saja memang sedang marah padanya.Ayesha sebenarnya juga merasa bersalah karena belakangan ini kurang perhatian pada Adnan, dan malah lebih mementingkan lamunan konyol yang selalu memikirkan pria berengsek itu. Sungguh bodoh! Tak seharusnya ia memikirkan pria lain disaat seorang pria yang berstatus tunangannya itu lebih penting dan lebih berarti setelah kedua orang tuanya.Ayesha tersenyum sumringah menatap bangunan unit apartemen, ia langsung segera masuk ke dalam li
Aahhh.Suara desahan saling bersahutan itu terdengar memenuhi seisi ruangan kamar bernuansa putih tersebut. Kamar milik seorang pria di sebuah apartemen mewah miliknya.Adnan tampak begitu bersemangat menghujamkan miliknya ke lembah sempit nan hangat milik wanita bayaran itu, atau yang biasa di panggil dengan sebutan jalang favorit Adnan.Ya, favorit karena Adnan selalu meminta jasa berupa tubuh dan tenaga wanita itu untuk memuaskannya. Dengan kata lain, wanita tersebut berhasil membuat Adnan kecanduan akan dirinya. Tidak, pada tubuhnya. Padahal Adnan adalah tipekal pria yang mudah bosan, sekali pakai buang alias tidak ada kata yang kedua, ketiga, dan seterusnya.Tapi, dengan Maya? Lihatlah! Adnan seperti tak pernah puas akan tubuh montok itu. Tubuh yang saat ini tengah di gagahinya dengan sangat buas, panas dan liar."Oh, fu*k!" Adnan mengumpat dengan keras, persetubuhan mereka memang se