Dengan kesulitan Naomi meraih tangan Axel dan berusaha berdiri. “Gendong aku,” pinta Naomi terdengar lebih berani. Axel menganga tidak percaya, begitu beraninya Naomi menyuruhnya Axel dengan tatapan mata polos tak berdosanya. “Kau benar-benar berani,” ucap Axel dengan penuh tekanan. Tanpa sangkalan apapun, Naomi langsung membuka tangannya lebar-lebar seperti anak kecil yang meminta di gendong. Di bandingkan dengan malu dan berpikir, Naomi bersikap lebih berani di hadapan Axel karena dia tahu, percuma bersikap baik pada Axel karena pria itu akan tetap berbicara tidak mengenakan. Tangan Axel terkepal kuat, pria itu menggeram kesal tampak tidak senang karena di perlakukan seenaknya. Dengan terpaksa Axel membungkuk dan menggendong Naomi. Naomi memeluk erat leher Axel dan menjatuhkan kepalanya di bahu pria itu, ada senyuman yang terlukis di bibir mungil Naomi ketika dia memperhatikan wajah Axel lebih dekat. Axel terlihat lebih tampan saat di lihat lebih dekat, meski kini pria itu memas
Di malam itu, tepatnya saat kepergian Naomi, gadis itu berada dalam pengawasan. Kepergian Naomi yang keluar dari rumah dan memutuskan kabur menimbulkan kekhawatiran yang besar bagi orang misterius itu, orang itu cukup takut jika rencana pernikahan politik yang terjadi pada Naomi dan Axel gagal. Di malam itu juga, saat Naomi kabur dan naik kereta pertamanya, Naomi sempat berencana pergi ke Emilia Island, bukan North Emit. Namun, ketika di dalam kereta Naomi di hampiri seorang gadis, gadis itu mengajak Naomi berbicara panjang lebarm lalu membicarakan kehebatan kota North Emit dan menggirin pikiran Naomi untuk pergi ke sana. Naomi yang baru pertama kali kabur dan pegi keluar sendirian akhirnya memilih kota yang di rekomendasikan teman berbicaranya yang baru di temui. Kedatangan Naomi di North Emit semakin mudah di pantau, rencana selanjutnya akhirnya Jamal turun tangan sendiri dengan merampok koper Naomi. Rencana yang sesungguhnya bukanlah mempertemukan Naomi dengan Axel di jalan,
“Jika untuk keperluan Anda, tentu saya akan pergi Nona,” jawab Sendy dengan senyuman lebar. “Jadi, apa yang Anda butuhkan?” Naomi menggaruk pipinya yang tidak gatal. “Aku kehabisan pakaian dalam,” ucap Naomi memberitahu. “Uhuk,” Axel tersedak makanannya sendiri karena terkejut. Terburu-buru Axel mengambil minuman untuk meredakan sakit di tenggorokannya dan melancarkan makanannya yang tersangkut. “Ba-baik, saya akan pergi untuk membelinya,” jawab Sendy dengan senyuman canggungnya terlihat malu. “ Anu, Anda memakai ukuran apa?” “Untuk lingkar dada ukuran L, untuk cup bra harus C. Aku suka yang berenda, g-string juga tidak masalah,” jawab Naomi dengan serius. “Uhuk,” Axel kembali tersedak sampai membuat juss yang teguknya menyemburnya. Wajah Axel memerah begitu malu hanya karena mendengarkan percakapan pribadi wanita, lebih memalukannya lagi Naomi memasang ekspresi tidak malu sama sekali. Brak! Axel memukul permukaan meja dengan keras sampai membuat Naomi dan Sendy terlonjak kaget
“Kau suka?” Feira tersenyum lebar terlihat begitu bahagia melihat bucket bunga besar yang di berikan Jaden kepadanya. Tidak hanya bunga, Jaden juga mengajaknya makan malam romantis di sebuah restaurant. “Aku suka, terima kasih sayang.” Jaden ikut tersenyum. “Makanlah.” Feira mengangguk, dengan cepat dia mengambil alat makannya dan mulai menyantap hidangan kesukaannya. Sementara Jaden, belum sempat dia akan makan, deringan teleponnya terdengar. Feira mengunyah makananya perlahan, namun matanya bergerak tajam memperhatikan Jaden yang tidak jadi makan dan memilih mengambil handponenya untuk melihat siapa yang memberinya pesan. Sudut bibir Jaden terangkat membentuk senyuman. “Dari siapa?” tanya Feira dengan tatapan curiga. “Adikku, dia berterima kasih karena aku membelikannya tiket ke Jepang, hari ini dia akan akan berangkat dan melanjutkan sekolah di sana,” jawab Jaden sambil memperlihatkan layar handponenya agar Feira tidak bertanya dua kali. Dengan cepat Jaden meletakan handpo
“Minuman Anda.” David meletakan secangkir kopi di atas meja kerja Axel, pria itu membungkuk dan hendak pergi. “David.” Langkah David terhenti, pria paruh baya itu segera berbalik lagi dan melihat Axel yang kini duduk termenung di kursi kerjanya. “Ya, ada yang bisa saya bantu, Tuan?” Axel menopang dagunya menatap serius komputer di hadapannya. Axel terlihat sedikit tidak nyaman karena terus teringat kejadian satu jam yang lalu di kamar Naomi, memang perlu Axel akui jika dia sudah bertindak berlebihan pada gadis itu. Axel menghela napasnya dengan berat, pria itu menegakan tubuhnya dan segera melihat David sepenuhnya. Axel-pun berkata, “Besok aku akan pergi keluar negeri dalam waktu dua sampai tiga hari, antar Naomi ke rumah sakit untuk memeriksa keadaan kakinya.” “Baik, Tuan.” Wajah Axel terangkat, pria itu menatap serius David. “Bagaimana keadaan Naomi?” David sempat terdiam tidak mengerti dan bertanya-tanya mengapa Axel menanyakan keadaan Naomi sementara kini mereka satu rumah
Ketika Naomi terbangun gadis itu dibuat kebingungan karena kakinya sudah terobati dan terpasang gips dengan baik lagi. Naomi tidak ingat apapun dengan kejadian semalam, dia terlalu pulas tidur. Naomi segera bersiap-siap dan setelah itu dia pergi turun untuk sarapan pagi. Kini Naomi tidak perlu meminta bantuan siapapun lagi karena Axel memberikan tongkat baru untuknya berjalan. “Selamat pagi Nona,” sapa David dengan senyuman lebar, dengan sigap David membantu menarikan kursi untuk Naomi. “Selamat pagi David,” balas Naomi dengan senyuman. Naomi mengedarkan pandangannya melihat ke sekitar, lalu berakhir melihat David yang berdiri di sampingnya. “David, apa semalam Anda mengobati kaki saya?” “Bukan, sepertinya tuan Axel. Semalam tuan Axel sempat ke kamar Anda.” Naomi terbelalak menatap tidak percaya, rasanya mustahil bisa dipercaya jika pria arrogant seperti Axel masuk kembali ke kamar dan membantu mengobati kaki Naomi. “Be-benarkah?” tanya Naomi terbata. “Benar,” jawab David meyak
Seharian penuh Roan mengantar Naomi bepergian, dibandingkan dengan pergi ke pusat perbelanjaan, Naomi memilih perg makan di beberapa restaurant terkenal. Sangat menyenangkan untuk Naomi karena Axel benar-benar memberinya kebebasan menggunakan uang. Naomi berpikir ini adalah keuntungan dari awal kerja sama pekerjaan yang akan Axel berikan kepadanya. Kini, setelah lelah bepergian, Naomi duduk di sebuah batu melihat keramaian dermaga dan kapal-kapal besar yang mengangkut muatan. Suasana North Emit yang ramai terasa sangat jauh berbeda dengan kota Andreas yang sebagian tempatnya masih hutan di hiasi bangunan-bangunan khas romawi kuno yang bersejarah. Naomi memutuskan untuk diam beristirahat setelah bosan pergi jalan-jalan. Axel memberinya uang yang banyak untuk berbelanja, namun belanja bukanlah hal yang Naomi sukai, dia hanya membeli pakaian yang benar-benar Naomi butuhkan. Naomi tumbuh sebagai anak pemilik pusat perbelanjaan, berbelanja dan melihat orang-orang yang belanja sudah cuku
“Aku tidak mengerti dengan sikapmu Jaden, jika kau sibuk dengan handponemu, sebaiknya jangan mengajakku bertemu,” protes Feira bersedekap tampak jengkel. Sejak bertemu setengah jam yang lalu, Jaden sibuk sendiri dengan handponenya. Feira banyak berbicara untuk membahas rencana pertunangan mereka, alih-alih menanggapi, Jaden membalasnya dengan gumaman tidak jelas dan tidak menanggapi ucapan Feira dengan serius. Mata Jaden tidak terlepas dari handpone di tangannya, pria itu terlalu sibuk menghabiskan waktu kosongnya untuk mencari keberadaan Naomi. Suara gebrakan di meja terdengar membuat Jaden mengangkat wajahnya dan melihat Feira. “Sialan kau Jaden, berhentilah sibuk dengan dirimu sendiri! Kau anggap aku ini apa?” geram Feira tidak dapat lagi menahan amarahnya. Jaden segera meletakan handponenya di atas meja. “Aku minta maaf Fei.” “Aku sudah sangat muak Jaden, berhenti memikirkan hal lain, fokuslah pada urusan kita.” Jaden tediam menatap lekat Feira, ada kilatan tidak suka di m