Home / Romansa / Skenario Perjodohan Bisnis / BAB 10: Teresia Morgan

Share

BAB 10: Teresia Morgan

Author: Asayake
last update Last Updated: 2022-11-22 13:25:54

Setengah jam mengemudi ke sana-kemari, pada akhirnya Axel membawa Naomi ke rumah pribadinya.

Axel tidak memiliki banyak pilihan selain membawa Naomi ke rumahnya, ini adalah tempat teraman untuk Axel terhindar dari banyak masalah. Lagi pula, Axel tidak akan menampungnya lama-lama, setelah Sharen kembali, sekretarisnya akan mengurus Naomi.

Di rumah ini, Axel memiliki keamana yang ketat, Naomi tidak bisa bertindak apapun, akan lebih bagus jika Naomi bertindak hal yang buruk dengan begitu Axel bisa balik melaporkan Naomi dan mengusir gadis itu langsung ke sel penjara.

Kedatangan Naomi dan Axel di sambut oleh David, kepala pelayan. Pria paruh baya itu menyapa Axel namun tatapannya tertuju kepada Naomi yang menyusul keluar, sorot mata David terlihat tajam di balik kacamata yang dia kenakan, dengan cepat David melihat Axel kembali dan tersenyum formal.

 “Nyonya Teresia datang dan ingin berbicara dengan Anda,” kata David.

“Antar gadis ini ke kamar tamu,” titah Axel menunjuk Naomi. Tanpa berkata apapun lagi Axel langsung pergi memasuki rumahnya lebih dulu.

Sekali lagi David meneliti Naomi yang kini berdiri di hadapannya memasang senyuman lebar dan mata berbinar bahagia.

David terdiam cukup lama, wajah Naomi sangat familiar di ingatannya namun David sama sekali tidak dapat mengingat sebenarnya gadis yang berada di hadapannya sekarang.

“Apakah kita pernah bertemu sebelumnya? Sepertinya saya mengenal Anda,” gumam David.

Naomi tersenyum semakin lebar memaksakan diri untuk terlihat tenang meski pada kenyataannya, perasaannya di landa kegugupan. Naomi tidak ingin siapapun tahu siapa dirinya dan berakhir dengan orang-orang yang mengejek kebangkrutan keluarganya, Naomi tidak ingin itu terjadi.

Naomi menggaruk pipinya yang tidak gatal, gadis itu tertawa canggung, “Wajahku memang pasaran, karena itu terlihat mirip dengan banyak orang.”

 “Koper dan ransel itu?” David menunjuk ransel dan koper Naomi.

“Oh, itu?” Naomi menunjuk koper dan ranselnya yang tertumpuk di sisinya. “Aku baru pindah ke kota ini, tadi Axel tidak sengaja menabrakku dan dia ingin bertanggung jawab memberikan perawatan penuh sampai lukaku sembuh,” jelas Naomi terbata-bata seraya menunjukan kakinya yang di gips dan tangannya terbalut perban.

David tersenyum mengangguk dengan perasaan yang masih mengganjal di hatinya. “Nama saya David, saya kepala pelayan di rumah ini. nama Anda siapa?”

“Naomi.”

Pupil mata David terbelalak kaget, kepalanya yang sempat pusing memikirkan siapa gadis di hadapannya kini tercerahkan.

David segera memanggil pengawal agar mereka membawakan barang-barang Naomi. Tatapan tajam yang semula David tunjukan kini menghilang dengan tatapan hangat dan ramah, pria paru baya itu membantu Naomi berjalan dan menuntunnya pergi masuk ke dalam rumah menuju kamar tamu.

Naomi berjalan terpincang-pincang, sesekali gadis itu meringis menahan sakit ketika kakinya harus menekuk hendak melewati satu persatu anak tangga.

Meski melelahkan dan menyakitkan, namun Naomi sangat senang dan bersyukur karena kini dia memiliki tempat berlindung. Untuk sekarang Naomi tidak akan memikirkan apapun, dia akan berusaha sembuh secepatnya dengan begitu bisa pergi mencari pekerjaan dan menata kehidupan barunya dalam kesederhaan.

***

“Nenek,” Axel tersenyum lembut, pria itu membungkuk memeluk Teresia sejenak sebelum menarik kursi dan duduk di hadapan Teresia.

Teresia, dia adalah wanita tua yang sudah berusia delapan puluh dua tahun. Meski sudah tua, namun wanita itu tetap dapat bersikap anggun. Di tangan Teresia terdapat tablet bersama pen, Teresia memberkan kedua benda itu kepada Axel.

Axel segera mengambilnya dan menulis sesuatu di tablet, lalu menunjukannya pada Teresia.

“Ada urusan apa Nenek ke sini?”

“Membicarakan perjodohanmu Axel, kau tidak memiliki waktu lagi  untuk berpikir dan memilih,” jawab Teresia memberitahu.

Teresia, wanita yang kini berusia delapan puluh dua tahun itu mengalami mengalami ketulian permanen sejak Sembilan tahun yang lalu karena sebuah kecelakaan. Teresia terjatuh dari kuda saat menaiki sebuah gunung untuk liburan, kepalanya mengalami gegar otak dan mendapatkan benturan keras,  karena hal itulah kini Teresia harus menggunakan sebuah alat komunikasi untuk bisa berbicara dengan orang lain.

Axel tertunduk kembali menulis sesuatu di layar, lalu menunjukannya lagi pada Teresia.

“Di bandingkan dengan memintaku untuk menerima pernikahan bisnis ini, sebaiknya nenek meluangkan waktu untuk melihat hasil pekerjaanku selama ini.”

Kepala Teresia memiring, wanita itu menilik keseriusan di mata Axel yang masih enggan untuk menerima usulan Teresia mengenai pernikahan bisnis yang di ajukan.

“Kenapa kau sangat menolak pernikahan bisnis ini Axel?” Teresia melembutkan suaranya.

Axel menulis lagi, lalu menunjukannya di hadapan Teresia.

“Tentu saja aku menolak, aku  tidak ingin main-main dengan pernikahan. Aku juga khawatir  jika  nanti wanita yang aku nikahi  menusukku dari belakang.”

Jawaban Axel membuat Teresia terdiam cukup lama karena harus memikirkan kata-kata yang tepat untuk membuat Axel mengubah keputusannya dan menyetujui usulannya.

“Kau salah Axel.” Teresia menegakan tubunya sejenak, lalu kembali melanjutkan ucapannya. “Justru perempuan yang aku pilih akan mencegahmu di susupi pengkhianat. Perempuan itu adalah anak dari sahabat ayahmu, aku mengenalinya dengan baik dan dia satu-satunya orang asing yang paling aku percaya. Aku lebih percaya mereka di bandingkan dengan adik kandungku sendiri. Mereka sangat jujur dan yang paling penting ini menguntungkan.”

Penjelasan panjang lebar Teresia, sedikitpun tidak dapat mengubah pikiran Axel, pria itu tetap menggeleng dan tidak setuju dengan rencana pernikahan bisnis yang akan di rencanakan Teresia.

“Aku akan memberimu waktu untuk berpikir selama satu minggu. Jika kau masih bimbang tidak jelas seperti ini, sebaiknya bersiap-siap bekerja lebih keras atau di depak dari kursimu. Meski kau cucuku, aku akan mendukung calon peminpin lain yang lebih kuat dan memiliki dedikasi tinggi pada pekerjaan. Ingat Axel, sampai saat ini aku adalah pemegang saham terbesar, keputusan masih bisa aku atur demi kemajuan perusahaan.”

“Baik Nenek.”

Teresia segera beranjak dari duduknya dan mengambil tongkatnya, dengan tertatih-tatih dia melangkah pergi, dengan penuh perhatian Axel segera menyusul dan mengantarnya sampai keluar.

To Be Continued..

Related chapters

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 11: Sebuah Cookies

    David berlari tergesa keluar dari rumah begitu tidak menemukan keberadaan Teresia di dalam. Usai berkenalakan dengan Naomi dan memastikan wajahnya adalah orang yang sama dengan apa yang David pikirkan, kini David harus sesegera mungkin memberitahukan hal ini kepada Teresia.Kaki David melangkah lebar, dengan terkopoh-kopoh dia menuruni tangga, bibirnya yang terangkat hendak berteriak memanggil Teresia yang kini langsung terkatup rapat karena Teresia di antara oleh Axel.Axel tidak boleh mengetahui apa yang ingin David katakan kepadanya.Perlahan langkah David terhenti, pria paruh baya itu mengurungkan niatnya untuk memberitahukan apa yang terjadi. “Sepertinya ini bukan waktu yang tepat. Aku harus menemui nyonya nanti malam,” pikir David dengan serius.Di kejauhan Axel melambaikan tangannya melihat kepergian mobil Teresia, pria itu segera membalikan badan dan melihat David yang masih berdiri di tempatnya, sibuk dengan pikirannya sendiri.“Kenapa diam saja di situ? Kau sudah melakukan t

    Last Updated : 2022-11-22
  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 12: Sebuah Rahasia

    Waktu makan malam telah tiba, Naomi dan Axel kembali bertemu, mereka duduk saling berjauhan terhalang oleh meja panjang yang di isi oleh beberapa jenis makanan.Ada senyuman lebar yang terlukis di bibir mungil gadis itu saat melihat makanan yang dihangkan, sangat kebetulan sekali karena kini perutnya melilit kelaparan. Karena kecelakaan yang terjadi, Naomi sempat mengalami keram, beruntung kini keadaannya berangsur membaik.“Bagaimana keadaanmu?” tanya Axel berbasa-basi.Naomi langsung mengangkat satu tangannya yang masih bengkak dan terluka, gadis itu tersenyum lebar dengan mata berbinar. “Sakit, tapi tidak terlalu parah.”“Jika sudah sembuh, segeralah pergi keluar dari rumah ini,” ucap Axel dengan dingin.“Kau sangat menyebalkan,” rutuk Naomi mencebikan bibirnya, belum satu hari saja, bahkan baru beberapa jam dia berada di rumah Axel, dengan dinginnya pria itu mengusir Naomi.Axel bersedekap dengan angkuh. “Aku meminta identitasmu.”Naomi mengangguk setuju, dia tidak keberatan untuk

    Last Updated : 2022-11-22
  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 13: Memberitahu Teresia

    “Tidak seperti biasanya kau datang ke sini,” komentar Teresia yang kini duduk di hadapan David.David datang mendesak, usai jam kerjanya selesai dia langsung memutuskan pergi menemui Teresia meski kini sudah jam sepuluh malam. David tidak bisa membuang waktu.David menyeruput tehnya sambil memikirkan harus dari mana memulai cerita yang akan di sampaikan. David merongoh handponenya dan menulis pesan teks, lalu menunjukannya kepada Teresia.“Nyonya, ada hal penting yang harus saya beritahukan kepada Anda.” Teresia sudah bisa menebaknya, sangat jarang David menemuinya, sekali menemuinya, itu pasti penting. “Katakan saja,” jawab Teresia.David kembali mengetik cukup lama, lalu menunjukannya lagi di hadapan Teresia.“Tadi sore, tuan Axel membawa seorang gadis yang sangat mirip dengan gadis yang akan di jodohkan dengannya. Setelah saya memastikannya, ternyata gadis itu memang puteri Magnus. Namun sepertinya, mereka belum saling menyadari dan baru mengenal hari ini karena tuan Axel membawa

    Last Updated : 2022-11-22
  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 14: Bermulut Tajam

    Naomi bergerak ke sana-kemari dalam kegelisahan, rasa sakit di kaki dan tangannya mulai terasa dan membuatnya tidak bisa tidur sama sekali. Rasa pegal dan ngilu membuat Naomi kembali terduduk dan memilih melepaskan perban yang membelit tangannya.“Sakit sekali,” ringis Naomi melihat tangannya yang masih bengkak dan di hiasi banyak lebam biru.Jika di lihat dari kondisi tangan dan kakinya seperti ini, Naomi benar-benar tidak tahu kapan akan bisa segera sembuh.Naomi harus berpikir keras selagi keadaan tangan dan kakinya masih sakit, Naomi tidak tahu akan berapa lama tinggal menumpang di rumah Axel. Bila menilik sifat Axel, pria itu terlihat sombong dan berhati dingin, Naomi takut Axel akan langsung mengusirnya bila melihat kedaan Naomi membaik.Naomi harus menyusun rencana dan bersiap diri melakukan apa yang harus dia lakukan bila nanti sudah keluar dari rumah ini.Suara ketukan di pintu terdengar membuat Naomi mengusap wajahnya beberapa kali karena sempat menangis. “Masuk!” titah Naom

    Last Updated : 2022-11-22
  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 15: Memberitahu Magnus

    “Kemarilah” suara Axel sedikit melembut. “Tidak perlu,” tolak Naomi sambil memukul permukaan ranjangnya lagi. “Aku tidak akan bicara kasar,” bujuk Axel melembut. Masih dengan memunggungi Axel, Naomi bergeser dan hanya memberikan tangannya yang bengkak itu untuk di obati. “Itu caramu berterima kasih pada orang yang akan menolongmu, Naomi?” Axel menyindir sikap Naomi. Akhirnya Naomi memutar tubuhnya dan kembali menghadap Axel yang kini membuka salep. Axel menangkap tangan Naomi yang kini menjulur, pria itu sempat diam terpaku dan menelan salivanya dengan kesulitan begitu merasakan sentuhan tangannya pada kulit Naomi untuk pertama kalinya. Tangan Naomi sangat kecil, begitu lembut dan terlihat rapuh. Axel merasa seperti tengah mengganggam kaki anak kucing. Ada sebuah getaran hebat yang membangunkan sesuatu di dalam perut Axel, butuh waktu beberapa detik untuk pria itu bisa kembali bersikap normal. Dengan hati-hati Axel mengusapkan salep pada punggung tangan Naomi. “Arght” ringis Nao

    Last Updated : 2022-11-22
  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 16: Pagi Pertama

    Pagi yang cerah menyambut Naomi, termasuk David yang tersenyum cerah terlihat bahagia.Kehadiran Naomi di kediaman Axel adalah sebuah berkah untuk David, terlebih Naomi adalah orang pilihan Teresia untuk menjadi pendamping Axel.Axel Morgan, tuannya itu memiliki reputasi yang bagus dalam pekerjaan, beberapa orang terkadang memanggilnya anjing gila karena Axel berdiri dengan kokoh tanpa bisa di goyahkan dan di runtuhkan dengan mudah meski banyak serangan yang mengarah kepadanya.Sejak kecil Axel terbiasa di hadapkan banyak konflik dalam bisnis keluarga, karena keterbiasaan itu Axel terlatih untuk menjadi sosok yang kuat dan pekerja keras.Axel tidak menggantungkan kehidupannya pada warisan keluarga Morgan, diam-diam dia juga membangun kekuatan sendiri dengan secara perlahan meletakan uang-uangnya pada bisnis di pelabuhan dan menguasi beberapa wilayah juga kapal.Sipapun mungkin tidak akan percaya karena ayah Axel yang payah dan bodoh itu memiliki seorang anak yang cerdas dan kuat.Sebe

    Last Updated : 2022-12-22
  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 17: Diskusi

    Naomi memasuki ruangan makan, pandangan gadis itu mengedar tidak melihat keberadaan Axel karena pria itu kini tengah sibuk dengan handponenya dan berbincang serius di luar ruangan.Naomi mengambil segelas air dan meminumnya, gadis itu tidak dapat menyembunyikan senyuman senangnya tatkala melihat cokies cokelat kesukaannya di hidangkan juga di piring-piring makanan penutup.Sementara itu, di luar ruangan makan, Axel masih sibuk berbicara dengan Sharen melalui teleponnya.“Jika guci antiknya sudah di temukan, apalagi masalahnya?” protes Axel tidak terima. Sejak pagi buta dia menerima banyak panggilan, orang-orang mengkritik maskapai penerbangan karena sudah menurunkan kepercayaan mereka, celakanya lagi orang yang kehilangan guci antic itu adalah seorang warga negara asing.Hal-hal yang terlihat sederhana dalam dunia pekerjaan yang melibatkan jasa tidak sesederhana apa yang di lihat karena kepuasan pelanggan dan dedikasi juga kejujuran pihak perusahaan sangatlah penting.“Axel, berita gu

    Last Updated : 2022-12-23
  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 18: Tawaran Pekerjaan

    “Kau mau apa?” Tanya Naomi sambil menikmati cokies terakhir dalam genggaman tangannya. Sejak kembali duduk di kursinya Axel tidak berbicara, pria itu hanya bersedekap memperhatikan Naomi dalam diam dan penuh penilaian. Sikap aneh pria itu membuat Naomi merasa tidak nyaman. “Habiskan dulu makananmu, aku tidak bicara dengan orang yang sedang makan. Terlihat seperti kambing.” Naomi tercengang mendengar jawaban menyebalkan Axel yang terkesan sedang mengajak Naomi ribut. Jika saja kedua tangan Naomi baik-baik saja, dia pasti akan menggebrak meja dan menjambak rambut Axel hingga pria itu berteriak menangis. Naomi menghabiskan cokies cokelatnya dengan cepat dan mengakhirinya dengan minum segelas air. “Sekarang aku sudah selesai makan, katakan sekarang,” titah Naomi terdengar tidak bersahabat. “Kau bukan tunawisma?” tanya Axel tanpa basa-basi. Naomi menggeleng dengan kerutan di keningnya. “Aku sudah mengatakannya kepadamu, aku bukan gelandangan.” “Di mana kau tinggal?” “Kenapa kau ber

    Last Updated : 2022-12-25

Latest chapter

  • Skenario Perjodohan Bisnis   END

    Keduanya saling memandang dalam diam, Axel meraih wajah Naomi dan mengusapnya dengan hati-hati. “Aku minta maaf karena datang terlambat, kau pasti kecewa kepadaku.” Naomi memejamkan matanya, merasakan usapan lembut Axel di wajahnya, gadis itu menarik napasnya dalam-dalam dan perlahan membuka kembali matanya, menatap lekat mata Axel yang terlihat bersedih dan kecewa kepsada dirinya sendiri. Axel tidak puas kepada dirinya sendiri karena dia sudah datang terlambat dan tidak bisa menemani Naomi di saat-saat dia sedang terjatuh. “Aku sangat menyesal karena tidak bisa benar-benar menjagamu,” bisik Axel penuh sesal. Naomi tersenyum samar, dia tidak tahu harus berkata apa karena hari ini suka dan duka telah datang secara bersmaan dalam kehidupannya. Axel yang dia tunggu telah datang, melamarnya dihadapan Magnus, namun disisi lain Naomi juga harus mengantar kepergian Magnus dan harus merelakannya. “Naomi, apa kau marah padaku?” tanya Axel pelan. “Tidak, aku justru berterima kasih karena

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 151: Lamaran

    “Apa aku boleh berbicara dengan ayahmu berdua saja?” tanya Axel penuh kehati-hatian, dia takut Naomi masih marah kepadanya dan menolak permintaan Axel.Naomi menelan salivanya dengan kesulitan, desakan ingin menangis dan perasaan yang lega begitu kuat memenuhi hatinya. Naomi tertunduk mengusap air matanya yang tidak bisa dihentikan.Naomi sangat lega karena ternyata Axel peduli kepadanya dan mau datang.Naomi mengangguk tanpa mampu berkata-kata, memberi izin Axel untuk bisa berbicara berdua dengan ayahnya.Naomi melangkah pelan, melewati Axel yang berada di depan pintu, tiba-tiba langkah itu terhenti begitu Naomi merasakan pergelangan tangannya digenggam oleh Axel.Wajah Naomi terangkat, menatap lekat Axel. “Tidak, sepertinya kau harus berdiri di sisiku, kau juga harus mendengarkan apa yang ingin aku katakan,” ucap Axel lagi memperhatikan gerak gerik mata Magnus.Naomi membalikan badannya dengan ragu, pintu ruangan Magnus kembali tertutup dan orang-orang menunggu di depan ruangan.Ax

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 150: Kedatangan Axel

    Hans berdiri dengan senyuman puasnya, melihat Hutton yang digelandang keluar dari mobil kepolisian dan disambut oleh banyak media karena kontroversi yang dilakukannya dalam melancarkan aksi kejahatan.Hutton terhuyung-huyung dengan perban yang menghalangi kedua matanya, begitu pula dengan wajahnya yang kini sebagian terbungkus kain kasa.Semprotan cabai yang Axel buat berhasil membuat Hutton mengalami masalah dengan penglihatannya hingga membuat dia tidak bisa melihat untuk sementara waktu.Kedua tangan dan kaki Hutton diborgol, langkah terhuyung-huyung dijaga oleh kepolisian dan dikejar oleh wartawan yang membutuhkan keterangan darinya secara langsung. Hutton diperlakukan seperti penjahat kelas berat.Bibir Hutton menekan kuat, membungkam dengan rasa malu hebat dan jiwa yang terguncang. Kehidupannya hancur dalam waktu semalam, Hutton sungguh tidak akan menyangka jika dia akan berada di titik seperti ini dalam hidupnya.“Pengacara kita sudah sudah datang,” ucap Sharen yang berdiri di

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 149: Menangkap Hutton

    “Bajingan, kau sudah berhasil menghancurkan hidupku! Kau pikir aku akan diam saja hah!” geram Hutton mengayunkan pisaunya, refleks Axel menghadangnya dengan handpond di tangannya dan berhasil membuat handpone itu mati seketika.Napas Axel tertahan di dada, pria itu terlalu terkejut karena tiba-tiba saja seseorang akan menyerangnya.“Sialan!” maki Hutton menarik pisaunya.Axel bergeser mundur mencoba menciptakan jarak, butuh waktu beberapa detik untuk Axel tesadar jika orang yang hendak menyerangnya adalah Hutton. “Kenapa kau menutupi wajah jelekmu? Apa kau tidak ingin aku melihat ketakutan di wajah busukmu?”Rahang Hutton mengetat, dengan kasar dia melepaskan maskernya dan melemparkannya ke lantai.Axel menelan salivanya dengan kesulitan melihat tatapan bringas Hutton yang sudah dikuasai oleh amarah, Axel bergerak kembali mundur begitu Hutton mendekat dan mengayunkan pisaunya, kali ini Axel berhasil menangkisnya dengan menendang kaki Hutton agar dia kehilangan keseimbangan.Dengan Axe

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 148: Kedatangan Hutton

    Hutton melajukan mobilnya dengan kencang melewati jalanan, wajahnya yang babak belur terlihat di antara cahaya lampu jalan-jalan. Bola mata Hutton bergerak tajam melihat ke sekitar dengan penuh kewaspadaan karena kini wajahnya terpampang jelas di berbagai televisi gedung dan diumumkan jika kini Hutton adalah seorang buronan yang sudah melakukan kejahatan berbagai pembunuhan, pencucian uang dan sudah melakukan kekerasakan kepada isterinya.Tangan Hutton mencengkram kuat kemudi menahan amarah, dia tidak bisa pergi keluar negeri menggunakan pesawat jika wajahnya sudah terpampang dan di umumkan sebagai buronan.“Sialan!” maki Hutton memukul kemudi. Hutton tidak menyangka jika seluruh negeri mulai tahu dia penjahat, dan semua orang akan mengenali wajahnya.“Bajingan itu, aku harus menghabisinya,” bisik Hutton dengan penuh amarah.Hutton tidak terima jika seluruh usahanya selama ini harus hancur berkeping begitu saja di bawah kaki Axel. Seharusnya tidak seperti ini, seharusnya Axel yang tum

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 147: Keputusan

    “Bajingan!” Jennie terisak dengan suara yang tidak jelas karena mulunya terikat, wanita itu berusaha bergerak melepaskan diri dari ikatan tali yang mengekang tangan dan kedua kakinya pada ranjang.Tubuh Jennie terlihat memiliki banyak memar yang sudah ditinggalkan Hutton, pria paruh baya itu sudah berbuat kegilaan yang tidak terduga. Dia memperkosa Jennie berulang kali sebelum meninggalkannya dengan membawa semua uang, perhiasan hingga mobilnya.Bibir Jennie gemetar hebat, wajah cantiknya terlihat basah penuh oleh air mata merasakan seluruh tubuhnya yang sakit dan lemah tidak memiliki banyak kekuatan untuk melepaskan diri dan bergerak.Hati Jennie sangat hancur, dia merasa jijik kepada dirinya sendiri karena sudah disentuh layaknya pelacur oleh Hutton. Jennie marah kepada dirinya sendiri, dan kini dia hanya bisa memaki dirinya sendiri karena sudah salah mengambil keputusan dan terlibat dalam kehidupan Hutton.Jennie menyesal, andai saja dia tidak serakah dan mengambil keputusan yang s

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 146: Permintaan

    Genggaman lemah tangan Magnus kian tidak lagi dirasakan tenaganya, Naomi tidak berhenti memandangi wajah Magnus yang terbaring tidak sadarkan diri meski sudah mendapatkan pertolongan.Dokter yang menangani Magnus tidak mengatakan apapun dan hanya bisa menyemangati Naomi seakan memberi isyarat jika kemungkinan keadaan Magnus sudah sangat parah.Naomi mengusap wajah pucat Magnus dengan gemetar, berharap jika sepasang mata Magnus kembali terbuka dan mereka bisa bertatapan.“Masih ada banyak hal yang ingin aku lakukan dengan Ayah, tolong cepatlah sembuh agar aku bisa memasak untuk Ayah dan menemani Ayah pergi memacing, menghabiskan waktu di danau dengan membawa mobil van. Bukankah itu semua sangat ingin Ayah lakukan?” bisik Naomi dengan suara bergetar. “Aku mohon, buka mata Ayah.”Naomi menyeka air matanya dan menggenggam lebih kuat tangan Magnus, kebingungan semakin membuatnya tidak tahu harus berbuat apa selain menunggu Magnus membuka mata dan berharap jika Axel datang menemuinya.Mungk

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 145: Serba Salah

    Ketika Axel datang ke rumah sakit, dia sudah menemukan keberadaan Armon yang duduk seorang diri. Pemuda itu duduk di kursi terlihat menangis dengan tangan yang terbungkus sapu tangan, Armon tidak beranjak dari tempatnya hanya untuk menunggu kabar Rihana sekarang yang masih belum diketahui kepastiannya.Rihana mengalami kebocoran di kepalanya, dia juga mengalami luka di tulang lehernya yang mengharuskan Rihana menjalani operasi.Armon sangat takut jika terjadi sesuatu kepada ibunya karena sejak Armon mengantar Rihana ke rumah sakit, dia tidak sadarkan diri. “Apa yang sebenarnya telah terjadi?” tanya Axel dengan napas tersenggal usai berlari cukup jauh.Wajah Armon terangkat, pemuda itu mengusap wajahnya yang basah oleh air mata, sulit untuk membendung kesedihan yang dia rasakan, hingga membuat Armon tidak peduli untuk menangis di depan umum meski dia seorang pria.Dengan lemah Armon berdiri.“Duduklah,” titah Axel.Dengan patuh Armon duduk kembali, sementara Axel ikut duduk di samping

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 144: Kesialan

    Begitu pintu terbuka, tanpa permisi Hutton langsung masuk, dia butuh tempat persembunyian sementara waktu karena Rihana dibawa ke rumah sakit, besar kemungkinan dokter yang menangani dan Armon juga akan melaporkan kejadian malam ini kepada polisi.“Kau memiliki dokter pribadi? Aku butuh bantuan.”“Aku akan menghubunginya.”“Obati luka di tanganku dulu, ini sangat perih,” pinta Hutton seraya melepaskan pakaiannya.“Apa yang sudah kau lakukan?” Tanya Jennie memperhatikan luka yang dimiliki Hutton jauh lebih buruk dari apa yang dilihat.Hutton menjatuhkan dirinya ke kursi usai melepaskan pakaiannya dan hanya menyisakan celana panjang. Setelah cukup banyak menghabiskan waktu bersama Jennie, Hutton merasa tidak perlu lagi berpura-pura menjaga martabatanya, lagipula Jennie juga tidak seterhormat yang terlihat.“Istriku sudah membuat kekacauan, karena itulah aku di seperti ini,” jawab Hutton seraya mengusap kepalanya yang sangat sakit berdenyut. Beruntung saja dia masih bisa menjaga kesadara

DMCA.com Protection Status