Santi mendekati Hana di meja kerja. Dia memberikan setumpuk dokumen.
"Aku akan sibuk akhir-akhir ini," Santi memberitahu tanpa diminta, dia berdiri di depan meja Hana setelah menyerahkan tumpukan kertas dokumen itu.Hana tidak mendongakkan kepalanya, meskipun dia ingin sekali berhenti dari pekerjaannya mengetiknya saat ini dan bertanya, "Kenapa?" Tetapi pertanyaan ini tidak pernah keluar dari mulut Hana.Dia hanya menganggukkan kepalanya, dan memilih pertanyaan lain untuk ditanyakan, "Apakah dokumen ini dokumen terakhir yang sudah direvisi?"Kening Santi mengernyit, dia tidak menyukai sikap tenang Hana."Dokumen ini sudah diperiksa oleh Abang Romeo, kami sudah menyelesaikannya bersama-sama tadi malam." Santi sengaja menekankan setiap kata dalam kalimatnya. Abang ... kata panggilan ini terdengar sangat akrab, Santi memperhatikan permainan emosi yang terjadi di wajah Hana, dia mau membuat Hana cemburu.Hana tidak konsentrasi ketika memasu"Dari mana kamu tahu bahwa pria itu adalah seorang jalang yang sangat bodoh?" tanya Bima tidak sabar. Romeo memang seorang berengsek. Laki-laki itu pernah mengalahkannya dan Bima masih belum bisa melupakan rasa sakit dan malu yang dialaminya.Romeo harus menerima balasannya. Dia tidak boleh merasa menang dulu."Kamu tahu kalau aku punya sebuah rahasia?" tanya Shanti.Bima membelalakkan matanya. "Apakah itu masih ada hubungannya dengan Romeo dan Hana?" Bima menyeringai. Alkohol telah membuat kepalanya terasa berat dan hampir saja pembicaraan mereka menyimpang dari seharusnya.Shanti menganggukkan kepalanya. Dia melihat ke arah Bima dengan bengis. "Tetapi kita tidak bisa berbicara di sini." Shanti memberi kode bahwa mereka berdua butuh privasi. Butuh suasana yang lebih intim. Hanya mereka berdua tidak ada yang lain.Bima meneguk habis minumannya, membayar kemudian berdiri. "Di mana kita menghabiskan malam kita?" Mata hitam Bima su
Akhirnya Romeo pulang, dia senang melihat dan membayangkan bisa bersama Hana, meskipun temannya Tian menggodanya, mengatakan bahwa Hana tidak akan terpengaruh dan tidak memiliki perasaan yang sama dengan Romeo, tetapi Romeo tahu bahwa Hana juga mencintainya. Dia bisa merasakan tatapan lembut dan hangat ketika Hana diam-diam menatapnya. Dia juga bisa merasakan bahwa Hana menginginkannya, bila wanita itu menyadari bahwa Romeo sedang dikelilingi oleh beberapa wanita. Entah sejak kapan, namun perasaan Romeo pada Hana mulai berkembang. Awalnya Romeo berpikir bahwa dirinya hanya akan mencintai Susi seorang, namun mengapa saat Hana tidak berada di sampingnya, Romeo merasakan bahwa dunianya hampa. Seakan ada sesuatu yang hilang dalam hidup Romeo. Dia sangat mencintai Hana, sehingga saat ini dia benar-benar ingin bertemu dengan Hana, istrinya. Saat Romeo memasuki rumah ibunya, ia langsung melihat Hana turun dari tangga. Senyum Romeo mengembang lembut ke arah Hana tetapi sayangnya H
Hana memutuskan untuk mendatangi tempat kerja Romeo. Ada kegelisahan yang terus-menerus mengganggu pikirannya. Dia ingin segera berbaikan dengan Romeo.Ketika dia menuruni tangga, dan hendak bergegas, Hana mendengar suara ribut-ribut yang datang berasal dari kamar tidur Nenek Gong."Apa yang sedang terjadi?" tanya Hana wajahnya sangat khawatir. Dia melihat ke arah kamar, dan dia menemukan beberapa pelayan sedang keluar masuk kamar dengan panik."Nenek Gong jatuh, dan kini tak sadarkan diri." Pelayan yang baru saja memberitahukan Hana berlalu dengan cepat, hanya berkata kepada Hana, dan kemudian segera mengerjakan tugasnya.Hana tidak membuang waktu, dia langsung mendatangi kamar Nenek Gong."Nenek Gong!" seru Hana, dia melihat wajah Nenek Gong sangat pucat. "Bawa segera ke rumah sakit." Hana memegang tangan Nenek Gong, dan dia mendapati tangan renta itu terkulai lemas di atas ranjang mewah Nenek Gong."Nyonya Marty," panggil salah satu pelayan saa
Di rumah Nyonya Marty, sebuah keributan lainnya terjadi. Bunyi cangkir yang bertabrakan dengan lantai dingin terdengar ke sekitar tempat pelayan muda sedang berjalan. Tiba-tiba, tanpa diprediksi sebelumnya, gadis itu terjungkal dan tergeletak tak berdaya."Laela! Laela! Laela!" teriak beberapa pelayan yang sedang berada di dapur, di tempat yang sama Laela meregangkan nyawa."Panggilkan ambulans segera!" teriak kepala pelayan.Tak lama kemudian, ambulans datang dan isak tangis dari seluruh pelayan yang selama ini bekerja bersama dengan Laela terdengar di seluruh penjuru rumah.Hampir mereka yang mengenal baik Laela tidak bisa percaya bahwa gadis muda itu sedang sekarat."Aku ikut," kata kepala pelayan, bersikeras ingin ikut serta ke dalam mobil ambulans."Aku juga. Aku mau ikut. Gadis ini pasti akan sembuh," kata yang lain dan kini sedang menahan Isak tangisnya."Apa aku juga boleh ikut, aku sangat cemas. Orangtuanya me
Ini adalah sebuah dendam. Dendam yang ada dalam diri Bibi Ruth dan Paman Sam.Rangga dan Hana akhirnya harus menyerahkan sebuah lahan lainnya yang dulu dimiliki oleh orangtua mereka.Lahan itu sangat besar, dan di atas lahan itu berdiri sebuah rumah super luas yang berisi anak-anak panti asuhan.Mendiang orangtua Hana mempunyai sebuah panti asuhan. Saat kedua orangtua Hana meninggal karena kecelakaan mobil, akhirnya rumah besar yang berisi anak-anak panti asuhan diserahkan kepada Bibi Ruth dan Paman Sam. Bibi Ruth adalah adik dari mendiang ibunya Hana.Wanita yang bernama Ruth adalah seorang wanita yang gila akan harta, dia senang dengan pengelolaan uang yang terus-menerus bisa dia dapatkan dari para pengusaha yang berempati dengan keadaan panti asuhan yang semakin lama semakin tidak terurus. Saat itu di panti asuhan, istri Paman Sam mulai mengeluh bahwa Hana selalu terlambat."Apa dia memang sengaja mau pamer bahwa dirinya sekarang sudah menikah
“Siapa itu?” tanya Jennie dengan suara gemas yang dibuat-buat, namun tidak ada yang menjawab pertanyaan Jennie sebab saat ini semua orang sibuk menahan Bibi Ruuth agar tidak jatuh ke lantai.“Istriku ... istriku,” panggil Paman Sam panik, hatinya memang panik melihat istrinya pingsan malu tetapi pikiran Paman Sam jauh lebih panik karena teman Romeo yang datang ternyata adalah sosok yang baru saja mereka bicarakan.Bagaimana bisa Tuan Irwan yang datang? Mengapa Romeo tidak berteman dengan para pemuda sebayanya? umpat Paman Sam dalam hati, dia malu sekali sebab baru saja dia berkata bahwa Tuan Irwan sedang dalam krisis keuangan disebabkan karena istrinya yang jatuh sakit karena suatu penyakit, sehingga Tuan Irwan tidak lagi dapat memberikan bantuan kepada panti asuhan yang diasuhnya. Dan apa yang terjadi sekarang? Kedua sosok yang baru saja dibicar
Ada yang tidak beres, pikir Paman Sam, dan satu-satunya alasan wajah istrinya berubah seperti itu, karena ....“Paman, aku harus segera pergi. Ada sesuatu yang harus aku kerjakan.” Informasi tiba-tiba yang diterima oleh Paman Sam dan Bibi Ruth dari sebuah pemilik suara bariton ini membuat tubuh keduanya seakan mati kutu. Kaki mereka bahkan tidak dapat menopang berat tubuh masing-masing. Keduanya bertambah panik ketika mendapati pemilik suara itu sedang menatap satu per satu dari mereka.“Tuan Romeo,” ucap Paman Sam yang merasa lidahnya kelu. Meneguk ludah yang terasa pahit, Paman Sam menganggukan kepala dengan bergetar. Wajahnya sangat pucat, jantungnya bedegup tidak beraturan. Mendadak dia merasa kepalan tangannya terasa lembap.Tetapi bukan hanya Romeo yang membuat jantung Paman Sam dan Bibi Ruth melompat bebas ke lantai, kehadiran dua orang lainnya yang berjalan bersama Romeo-lah yang membuat Paman Sam dan Bibi Ruth benar-benar membuat
"Sebaiknya kamu memberi kami uang. Sebab kami saat ini sedang sangat kesusahan. Kalau Hana tahu tentang ini, maka penyamaran saya yang berpura-pura masih menjaga panti asuhannya akan segera ketahuan," Paman Sam mencoba merayu Bima sekali lagi. "Lagi pula kamu tidak akan menyesali kalau foto pembunuhan itu masih tersimpan aman pada keluarga kami." Seakan menantang maut, mulut ahli Paman Sam mengucapkannya begitu saja. Dia berbicara seolah-olah hal itu tidak akan menyinggung Bima.Banyak hal yang tidak diketahui Paman Sam tentang Bima. Sayang sekali lelaki itu mengira Bima hanyalah pemuda bodoh yang akan segera menuruti kemauan dirinya dan sebenarnya Bima tidaklah pintar seperti yang terlihat. Laki-laki itu hanyalah laki-laki bodoh."Apa kamu mau memerasku saat ini?" bisik Bima di ponselnya. Kemudian melengkungkan senyum jahat, dia tidak habis pikir, si Tua Sam hendak melakukan hal konyol kepada dirinya.Paman Sam menggelengkan kepalanya yang sudah pasti tidak aka
"Tahan dia! Dia adalah orang yang kita cari! Dia Bima!" teriak Romeo kepada para polisi yang berada di sana. "Berhati-hatilah dia memiliki banyak anak buah di sini." Romeo memberitahu kepada orang-orang yang ada di sana.Semua orang yang mengelilinginya, menjadi lebih waspada terhadap situasi di sekitarnya.Jenny berhati-hati sebab orang-orang yang disangkanya baik ternyata adalah anak buah Bima.Berengsek! umpatnya dalam hati sebab selama ini mereka ternyata telah berkhianat.Mata Romeo melihat ke sekeliling, dia telah menerima tanda bahwa anak buahnya sudah berada di sana. Dia menghitung dan mengetahui bahwa jumlah mereka ternyata lebih banyak dari jumlah anak buah Bima.Bima tertawa. "Letakkan senjata kalian, kalian bukanlah lawan sepadanku," Bima sesumbar. Dia terbahak dan tangannya segera memiting tangan Romeo.Beberapa polisi yang mengikuti Jenny, mengangkat tangan masing-masing.Ketika Bima berteriak, "Letakkan
"Romeo, kamu bohong. Milik kamu besar sekali, dan ini sangat sakit," erang Hana tidak tahan ketika Romeo memasukinya berkali-kali. "Tolong, ini benar-benar sakit." Hana mengeluh, sementara tangan dan bibir lelaki itu terus bergerak membuat Hana begitu kesakitan."Diam saja, pejamkan mata kamu, dan rasakan aku." Romeo memulai lagi hentakannya, dan mengabaikan permintaan Hana.Dia melumat bibir, dan bermain dengan lidahnya. Bibirnya menjalari seluruh tubuh Hana. Sudah lama sekali mereka tidak melakukannya, dan Romeo sangat menginginkan Hana begitu rupa.Romeo begitu keras dan liat. Otot-otot tubuh lelaki itu terasa kekar di atas tubuhnya yang lembut.Hana merasakan tubuhnya meremang, dan dia tidak dapat berbuat apa-apa lagi selain memejamkan matanya.Namun, saat ini dirinya berada di dalam mobil dan udara pengap di sekitarnya sangat menyiksa dirinya. Tolong seseorang, tolong buka mobil ini, aku tidak bisa bernapas. Tolonglah! jerit Hana dalam
"Santi! Punya siapa ini?" tanya Elang, ketika dia mendapati bungkus rokok yang tersimpan dalam laci baju wanita itu.Keduanya berencana akan menikah, kedua keluarga mereka akan melangsungkan pernikahan untuk Santi dan Elang. Acara pernikahan mereka akan berlangsung seminggu lagi.Nyonya Haruka bersama dengan keluarga besar mereka datang ke rumah Santi hendak melamar wanita itu. Alasannya bukanlah kesopanan atau memang seperti yang mereka janjikan, alasan sebenarnya mereka datang ke rumah Santi adalah hendak memamerkan kekayaan keluarga mereka.Nyonya Haruka sengaja menggunakan perhiasan yang mahal dan begitu berat. Sehingga dia kelihatan seperti toko emas yang sedang berjalan.Bukannya iri, Nyonya Joan tertawa terbahak-bahak ketika dia melihat rivalnya datang ke rumahnya yang besar dengan niat terselubung yang mudah sekali untuk dibaca."Apakah harga emas sedang turun saat ini?" tanya Nyonya Joan kepada suaminya, suaranya sengaja ditinggikan agar Nyony
"Tian! Mengapa kamu bekerja tidak becus! Mencari di mana Hana saja tidak bisa!" Romeo berteriak dengan air mata yang memenuhi wajahnya. Suaranya saat berteriak bergetar, dan setelah itu dia menangis tersedu-sedu. "Mengapa kamu sama sekali tidak bisa menemukan Hana-ku. Di mana wanita itu! Di mana! Mengapa dia ditemukan terlebih dahulu oleh pihak kepolisian! Mengapa!" Suara Romeo menggelegar dan setiap getaran sedih yang terdengar jelas di teriakannya mengandung kepahitan. Dia sedih luar biasa. Baru kali ini Romeo merasa hidupnya tidak berarti dan dia kehilangan pijakannya.Baru beberapa hari lalu Romeo kehilangan nenek kesayangannya, saat ini dia harus kehilangan Hana, istri yang sangat dicintainya.Rangga menangis begitu kencang, sehingga Jenny menepuk pundaknya pelan dan berkata, "Mohon maaf. Kami terlambat." Rangga sesenggukan. Dia tidak mengira bahwa kejadiannya akan menjadi seperti ini."Hana! Hanaa! Hanaaa!" Air mata Rangga jatuh tiada henti. Tangisan
Rumah keluarga Paman Sam sudah dipenuhi oleh banyak orang. Kebanyakan tetangga yang datang ke sana, mereka sungguh terkejut dengan apa yang saat ini mereka lihat. Kebanyakan dari mereka akan berteriak dan menjerit ketika melihat pemandangan ini. Tidak ada yang tega melihat hal mengerikan di depan mereka.Romeo dan Rangga sudah tiba di sana.Perhatian mereka sama dengan yang lain, menaruh simpati terhadap keluarga korban, tetapi ada yang mengganggu kedua lelaki itu.Di mana Hana? Ketika kedua sahabat itu saling melihat, tatapan mereka menyiratkan banyak arti.Rangga dan Romeo mengeluarkan ponsel secara bersamaan. Mereka mencoba menghubungi Hana, tetapi ponsel Hana sudah tidak aktif."Berengsek!" Romeo memaki dan dunianya terasa runtuh.Rangga segera mendekati Romeo, dan satu tinju diterima Romeo tepat di wajah. "Kurang ajar! Ini balasan kamu karena kamu tidak menjaga janji kamu ke saya!" Tangan Rangga masih terkepal ketika dia sudah meninju Romeo.
Dari jendela kamar, Romeo melihat bahwa Hana sudah pergi dan masuk ke dalam kendaraan. Romeo hafal sekali mobil siapa yang baru saja dinaiki oleh Hana."Sial! Kenapa Hana selalu bersama laki-laki itu!" geram Romeo tidak bisa menahan rasa kesal yang sejak beberapa saat lalu sudah dia tahan. Dia hanya ingin Hana membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah, namun mengapa wanita itu tidak mencoba menghubungi Oscar, dan membiarkan Oscar berbicara dengannya, dan berkata bahwa di antara mereka memang tidak ada apa-apa, tidak ada yang perlu dicurigai.Tetapi sayangnya Hana sama sekali tidak peka, kebutuhan Romeo adalah ingin dihargai, tetapi Hana tidak menganggap Romeo. Istrinya itu tidak melakukan apa yang Romeo lakukan kepadanya. "Tapi ke mana Hana akan pergi dengan berengsek itu!" seru Romeo lagi, kali ini lebih keras dari sebelumnya. Dia merasa kuku-kuku tangannya yang tumpul menekan kulitnya. Tetapi dengan cepat pikirannya teralihkan ketika dering ponselnya berbunyi nyarin
Siapa yang menjadi benalu dalam keluarga ini? tanya Paman Sam sangat tersinggung dalam hati disebut demikian oleh istrinya."Kamu lihat saja siapa yang menjadi benalu dalam keluarga ini. Kamu tahu bahwa baru saja Bima, tuan kaya raya yang baik hati itu akan memberikan saya uang yang banyak. Dia mau mengirim anak buahnya untuk memberikan saya uang. Mulut kamu akan menganga lebar ketika tahu berapa jumlah uang yang akan dia berikan padaku. Aku akan kaya sementara kamu akan mengemis kepadaku!" Paman Sam sangat puas saat dia mengumumkan berita penting ini.Jennie yang mendengar kata "uang" segera melonjak dari tempat duduknya, dan benar saja matanya langsung berbinar-binar. Dia membutuhkan uang untuk mentraktir teman-teman barunya.Dia dipanggil "melarat" karena berita yang menyebutkan bahwa keluarganya telah bangkrut, bahkan kini Jennie dianggap sebagai anak miskin.Demi membuktikan bahwa perkataan teman-temannya itu salah, maka Jennie sesumbar bahwa dia
"Sebaiknya kamu memberi kami uang. Sebab kami saat ini sedang sangat kesusahan. Kalau Hana tahu tentang ini, maka penyamaran saya yang berpura-pura masih menjaga panti asuhannya akan segera ketahuan," Paman Sam mencoba merayu Bima sekali lagi. "Lagi pula kamu tidak akan menyesali kalau foto pembunuhan itu masih tersimpan aman pada keluarga kami." Seakan menantang maut, mulut ahli Paman Sam mengucapkannya begitu saja. Dia berbicara seolah-olah hal itu tidak akan menyinggung Bima.Banyak hal yang tidak diketahui Paman Sam tentang Bima. Sayang sekali lelaki itu mengira Bima hanyalah pemuda bodoh yang akan segera menuruti kemauan dirinya dan sebenarnya Bima tidaklah pintar seperti yang terlihat. Laki-laki itu hanyalah laki-laki bodoh."Apa kamu mau memerasku saat ini?" bisik Bima di ponselnya. Kemudian melengkungkan senyum jahat, dia tidak habis pikir, si Tua Sam hendak melakukan hal konyol kepada dirinya.Paman Sam menggelengkan kepalanya yang sudah pasti tidak aka
Ada yang tidak beres, pikir Paman Sam, dan satu-satunya alasan wajah istrinya berubah seperti itu, karena ....“Paman, aku harus segera pergi. Ada sesuatu yang harus aku kerjakan.” Informasi tiba-tiba yang diterima oleh Paman Sam dan Bibi Ruth dari sebuah pemilik suara bariton ini membuat tubuh keduanya seakan mati kutu. Kaki mereka bahkan tidak dapat menopang berat tubuh masing-masing. Keduanya bertambah panik ketika mendapati pemilik suara itu sedang menatap satu per satu dari mereka.“Tuan Romeo,” ucap Paman Sam yang merasa lidahnya kelu. Meneguk ludah yang terasa pahit, Paman Sam menganggukan kepala dengan bergetar. Wajahnya sangat pucat, jantungnya bedegup tidak beraturan. Mendadak dia merasa kepalan tangannya terasa lembap.Tetapi bukan hanya Romeo yang membuat jantung Paman Sam dan Bibi Ruth melompat bebas ke lantai, kehadiran dua orang lainnya yang berjalan bersama Romeo-lah yang membuat Paman Sam dan Bibi Ruth benar-benar membuat