“Bagaimana malam pengantin kalian?” Ella tersenyum menyambut Claudia dan Christian yang baru saja masuk ke dalam ruang makan. Ya, keluarga inti Hastings dan keluarga inti Fritzgerald berkumpul di restoran hotel di mana Claudia dan Christian mengadakan resepsi pernikahan.Claudia dan Christian sengaja menyiapkan kamar untuk keluarga mereka. Menikmati sarapan bersama keluarga menjadi pilihan mereka. Moment hangat kebersamaan keluarga, menjadi moment yang selalu dinanti-nantikan.Pipi Claudia merona mendengar ucapan Ella. Dia duduk di kursi tepat di hadapan Ella. Di sampingnya ada Christian. Ini memang sangat lucu. Dulu Christian duduk di samping Ella, kini berubah pria itu duduk di samping Claudia. Di hadapan Christian ada Elan. Jika orang asing yang tak mengerti secara lengkap, pasti mereka sudah mengambil pikiran buruk tentang hubungan Christian, Claudia, Ella, dan Elan.“Malam yang manis, Kak,” ucap Claudia malu-malu.Ella tersenyum. “Adikku sudah dewasa. Aku merasa seperti kau masih
Persiapan pernikahan Ella dan Elan bisa dikatakan sudah mendekati seratus persen. Kali ini banyak sekali yang membantu Ella. Bukan hanya keluarga sendiri, tapi keluarga Hastings—bahkan Esther juga turut membantu di acara pernikahannya dengan Elan yang sudah di depan mata.Suasana persiapan pernikahan Ella dengan Elan, berbeda dengan suasana pernikahan Ella waktu dulu ingin menikah dengan Christian. Dulu, persiapan pernikahannya dengan Christian—terkesan biasa. Mewah tapi tidak ada yang special. Berbeda dengan persiapan pernikahannya dengan Elan ini.Sekarang Ella benar-benar sadar, bahwa memang dirinya adalah jembatan hubungan cinta Claudia dan Christian. Jembatan yang sudah digariskan oleh takdir. Begitu juga dengan Christian yang menjadi jembatan hubungan cinta antara dirinya dan Elan.“Kak, semua persiapan pernikahanmu sudah siap. Gaun pengantinmu cantik sekali, Kak. Kau selalu hebat dalam memilih pakaian yang akan kau pakai.” Claudia berseru dengan senyuman di wajahnya. Pancaran m
Beberapa bulan berlalu …Tepuk tangan riuh terdengar memenuhi ballroom di mana tempat Claudia mengadakan kelulusan. Tampak Ella berseru bersemangat ketika Claudia mendapatkan penghargaan sebagai mahasiswi terbaik. Tidak hanya itu saja, tapi nama Claudia Fritzgerald terpampang sebagai mahasiswi dengan nilai tinggi tahun ini.Semua orang bangga pada Claudia. Grania sampai meneteskan air mata ketika Claudia berpidato. Christian yang ada di sana sangat bangga pada sang istri. Apalagi saat ini kondisi Claudia tengah hamil besar.Claudia turun dari podium, langsung mendapatkan pelukan dari Grania dan Ella. Mereka sampai menciumi pipi Claudia bertubi-tubi. Mereka bangga atas percapaian yang telah Claudia dapatkan.“Kau luar biasa, Claudia. Kau memang hebat,” puji Ella dengan tatapan bangga pada adiknya.“Anak Mommy pintar.” Grania terisak menatap Claudia penuh bangga.Benny mengecup kening Claudia. “Daddy sangat bangga padamu, Sayang.”Claudia tersenyum hangat menatap kedua orang tuanya dan
Christian seperti orang gila marah-marah pada dokter. Pria itu menuntut dokter untuk membuat sang istri tidak lagi merintih kesakitan. Dia tidak tega melihat istrinya terbaring di ranjang seraya meringis kesakitan.“Kau ini dokter kandungan benar atau bohongan?! Kenapa kau tidak mampu menghilangkan rasa sakit istriku?” Christian marah-marah pada sang dokter yang malah membiarkan istrinya berteriak kesakitan.Sang dokter tersenyum memaklumi rasa takut Christian. “Tuan, Anda tidak perlu khawatir. Rasa sakit istri Anda adalah wajar. Setiap ibu yang melahirkan anak pasti akan merasakan sakit.”Christian mengusap wajahnya kasar. Kecemasan dan rasa panik melingkupi pria itu. “Jadi, istriku akan melahirkan sambil berteriak kesakitan?”Sang dokter menyentuh bahu Christian. “Tuan Hastings, itu adalah tugas seorang ibu. Proses melahirkan akan segera dimulai. Temani istri Anda, Tuan.” Christian bingung dengan perasaan campur aduk. Dia mendengar suara istrinya itu yang terus menjerit. Dia memutu
Usia Caleb memasuki enam bulan. Tubuh bayi laki-laki itu sangat gemuk dan sehat. Kulit putih. Pipi tembam. Mata bulat. Membuat Caleb benar-benar seperti boneka laki-laki yang sangat tampan dan menggemaskan.Bayi laki-laki tampan itu kerap menjadi pusat perhatian. Tidak heran kalau banyak sekali tawaran Caleb menjadi model bayi. Tapi sayang Christian dan Claudia tidak mengizinkan anak mereka menjadi seorang model.Segala bentuk penawaran menjadi model, pastinya ditolak oleh Christian ataupun Claudia. Alasannya tentu mereka tidak ingin kehidupan anak mereka terlalu menjadi sorotan di media.Selain itu, kisah masa lalu Christian dan Claudia, pastinya akan membuat Caleb menjadi pusat perhatian dari segi kehidupan. Itu yang membuat Caleb tidak akan nyaman di masa depan nanti.Suara tangis Caleb begitu keras di kala sudah selesai menyusu. Claudia yang tengah menimang putranya itu, nampak terkejut dan panik melihat putranya menangis. Dia pikir putranya ingin minum susu lain, tapi ternyata ti
Lima tahun berlalu … “Caleb, kenapa kau bertengkar dengan Oscar? Ya Tuhan, Nak. Oscar itu anak Bibi Nicole—kakak ipar Mommy.” Claudia menatap kesal Caleb yang baru saja turun dari mobil. Tampak jelas raut wajah wanita itu sangat lelah.Bagaimana tidak? Hari ini Claudia baru saja mengadakan meeting dengan asisten pribadi Shawn. Ada project baru Geovan Group yang sedang ditangani Claudia. Tapi di tengah-tengah meeting berlangsung—Claudia mendapatkan kabar Caleb dan Oscar bertengkar. Pun kebetulan Oscar sedang berada di New York. Caleb dan Oscar bertengkar di taman bermain. Claudia dan Nicole langsung datang ke taman itu. Perkelahian berhasil terhenti karena pengawal Caleb dan pengawal Oscar sama-sama merelai perkelahian.“Oscar yang salah. Dia mendekati gadis yang aku suka, Mom.” Caleb berjalan menuju kamar, namun buru-buru Claudia menghalangi putranya itu.Claudia merasa ini belum selesai. Dia membutuhkan penjelasan sejelas-jelasnya. Dia tidak mau sembarangan apalagi asal-asalan dal
“Mommy, kapan kita kan kembali ke London? Aku rindu Grandpa dan Grandma.”Olivia memeluk boneka kecil, menghampiri ibunya, mengajak bicara, bertanya kapan kembali ke London. Karena dia sudah cukup lama berada di New York. Itu kenapa sekarang gadis kecil itu bertanya kapan bisa kembali ke kotanya sendiri.Nicole menunduk, menatap penuh kasih sayang putri kecilnya. “Mommy belum tahu, nanti Mommy tanya Daddy dulu. Sekarang kau masuk ke kamarmu, Nak. Kau istirahatlah.”Olivia mengerjap beberapa kali. “Mommy, masih marah pada Oscar?”Nicole menghela napas dalam. “No, Honey. Mommy tidak marah pada Oscar. Kau masuklah ke kamar. Istirahat. Jangan bermain games.”Olivia memilih mengangguk patuh. Gadis kecil itu pun sudah lelah karena sejak tadi bersepeda. Dia masuk ke dalam kamarnya. Tepat di kala Olivia sudah masuk ke dalam kamar, Nicole segera menghubungi Oliver.“Oliver?” panggil Nicole kala panggilan terhubung.“Nicole, aku sedang sibuk bersama client-ku. Nanti aku akan menghubungimu,” uja
Caleb duduk di ranjang sambil memeluk bantal dengan raut wajah kesal. Bocah laki-laki itu kesal dengan Oscar, dan juga kesal dengan ibunya yang tak membelanya. Yang dia inginkan adalah ibunya membelanya. Tapi sayang, ibunya malah tak membela dirinya. “Sepertinya, kau baru saja melalui hari buruk.” Christian masuk ke dalam kamar putra sulungnya—dan duduk di samping putranya itu. Dia sudah melihat raut wajah Caleb menunjukkan jelas rasa kesal.Caleb mengembuskan napas kesal. “Dad, aku sudah diomeli Mom. Jika kau datang hanya ingin mengomeliku juga, lebih baik kau keluar kamarku saja. Aku pusing. Tidak ada yang mau mengerti diriku.”“Tujuanku datang ke sini bukan memerahimu.” Christian menjawab dengan tenang.Caleb mengalihkan pandangannya, menatap Christian. “Kau tidak memerahiku?”Christian menggelengkan kepalanya. “Nope. Aku tidak memerahimu.”Caleb merasa curiga. “Jangan-jangan kau langsung memberikanku hukuman?”Christian tersenyum samar. “Apa pernah aku sekejam itu padamu, Caleb?