แชร์

Bab 41: Lanjutkan Saja

ผู้เขียน: Senja Berpena
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-12-08 23:29:42

“Apa yang kau lakukan, Smith?” Mata Stella menatap tajam ke arah Smith, tatapannya seperti mata elang yang menemukan mangsanya, tajam dan menusuk, saat ia melihat Laura duduk di samping pria itu.

Smith melirik sebentar ke arah Laura, yang tampak canggung namun berusaha tetap tenang. Tatapannya kembali beralih kepada Stella, wajahnya tetap datar namun ada guratan kelelahan di sana.

Mereka bertemu di sebuah café, tempat Stella meminta bertemu setelah mengetahui keberadaannya.

“Aku baru saja menjemput Laura dari rumah sakit. Dia sedang sakit, Stella,” ucap Smith, suaranya datar namun cukup jelas untuk menunjukkan kejujuran.

Stella tersenyum, senyum yang tidak sampai ke matanya, sembari melipat tangan di dadanya. Gerakannya penuh ironi, seperti aktris yang memainkan peran dalam drama yang terlalu sering ia lakoni.

“Sudah mulai perhatian padanya, huh?” ucapnya, nada suaranya penuh sindiran yang mengiris udara.

Smith memijat keningnya, gerakan kecil yang menunjukkan keletihan yang tak ia co
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Bab 42: Tak ingin Jadi Orang Ketiga

    “Ya. Memang itu yang kuinginkan. Pernikahan kalian harus segera berakhir sebelum kesabaranku habis,” ucap Stella, suaranya dingin bak angin malam yang menggigit. Matanya tajam, menelusuri wajah Laura seolah menelanjangi setiap sudut pikirannya.Laura mengangguk pelan, bibirnya melengkung membentuk senyum tipis yang lebih menyerupai bayangan bulan sabit di tengah kabut kelam. “Jangan khawatir, Stella. Smith akan tetap menjadi milikmu.”Tangan Smith terkepal erat, urat-urat di lengannya menegang seolah mencoba menahan badai yang menggulung dalam dadanya. Kata-kata Laura menusuknya seperti sembilu berkarat yang menghunjam tanpa ampun.Dalam hening yang penuh gemuruh, pikirannya berteriak: Apakah wanita itu benar-benar tidak berniat mencintaiku? Namun, ia segera mengusir pikirannya sendiri dengan geram. Ck! Untuk apa juga mengharapkan cinta dari Laura?“Aku akan menunggunya, Laura. Jangan mengingkari janjimu, atau kau akan tahu akibatnya!” Stella mendesis seperti ular yang siap melompat, n

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-09
  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Bab 43: Jangan Harap akan Berhenti

    Dua minggu telah berlalu sejak Laura diculik, namun bayang-bayang kejadian itu masih membekas dalam ingatannya seperti noda yang enggan terhapus.Marissa dan Andy, dua nama yang kini menjadi bisik-bisik di tengah kegelapan, terus bersembunyi.Tak ada yang tahu di mana mereka berada, tapi bayangan mereka tetap menjulang, mengintai dari balik kabut ketidakpastian.Status mereka sebagai buronan adalah pengingat tajam bahwa kebenaran belum menemukan jalannya.“Jangan melamun.”Suara itu, rendah namun tegas, menghantam kesunyian seperti tetes air di permukaan kaca. Laura tersentak, tubuhnya kaku sejenak sebelum ia menoleh. Di sana, berdiri Louis dengan senyuman tipis yang seolah menyimpan rahasia dunia.“Louis. Kau mengagetkanku saja,” ucapnya pelan, suaranya hampir tenggelam di antara desahan napasnya.Louis hanya tersenyum, senyuman yang penuh makna, bagai seseorang yang baru saja menyaksikan sebuah lelucon yang hanya ia pahami. “Apa yang sedang kau lihat? Sepertinya serius sekali.”Laura

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-09
  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Bab 44: Ingin jadi Korban Selanjutnya?

    Waktu sudah menunjuk angka tujuh malam. Langit di luar jendela berkilauan bagai hamparan beludru hitam bertabur berlian, seolah turut menjadi saksi sebuah babak baru yang akan segera dimulai.Smith menghampiri Laura, yang sedang menggoreskan warna merah menggoda di bibirnya dengan gerakan lambat, nyaris seperti ritual. Laura melirik pria itu di balik cermin, bola matanya berkilat seperti obsidian yang memantulkan nyala lilin.“Aku akan pergi makan malam. Jangan bertanya lagi,” ucap Laura dengan suara datar, tetapi ada keangkuhan tersembunyi di sana, seperti rintik hujan yang nyaris tak terdengar namun cukup membasahi.Smith melipat tangan di dadanya, sorot matanya menelusuri Laura dengan intensitas yang nyaris membakar. “Ya. Makan malam denganku.”Laura menoleh cepat ke arah suaminya, rambut hitamnya yang bergelombang bergerak bagaikan air terjun gelap yang jatuh dalam keheningan. “Huh? Apa kau sedang bergurau?” Laura terkekeh, sebuah tawa kecil yang lebih mirip cemoohan. “Jangan meng

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-10
  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Bab 45: Jangan Keras Kepala

    “Kau pasti bercanda.” Laura menggelengkan kepalanya, tak percaya pada kata-kata Smith tentang Louis barusan.Matanya yang bening seperti danau musim semi kini dipenuhi keraguan, menggigil di bawah tatapan intens Smith yang membara seperti bara api di malam gelap.Smith menggeram, nada suaranya tajam seperti belati yang mengiris udara. “Tanyakan saja pada Louis jika memang kau tak percaya padaku, Laura.”“Baiklah. Aku akan bertanya padanya,” ucap Laura, suaranya datar seperti gemerisik angin di padang ilalang, tanpa sedikit pun menoleh pada Smith.Namun, hatinya telah memutuskan. Melihat sorot mata yang penuh kesungguhan itu, Laura tahu Smith tak sedang bermain-main. Kata-katanya adalah kebenaran yang keras, seperti batu karang di tengah hempasan ombak.‘Aku pikir Louis jauh lebih baik dari Smith. Rupanya aku salah,’ batin Laura, pikirannya melayang seperti daun gugur yang terombang-ambing di arus sungai. ‘Mereka berdua sama saja—dua pria yang saling berebut, menjebak aku dalam jaring-

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-11
  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Bab 46: Sudah Dipastikan akan Bercerai

    “Pembohong!” desis Laura, suaranya bagai angin dingin yang menyusup ke dalam tulang. Matanya yang tajam seperti panah berapi menghujam wajah Smith tanpa ampun.Dia merasa ditipu—dibohongi mentah-mentah oleh pria yang seharusnya menjadi pelindungnya. Smith bilang, makan malam ini hanya untuk mereka berdua.Namun kini, Stella duduk di sana dengan anggun, di sisi Smith, seolah tempat itu memang selalu miliknya.“Stella? Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Smith dengan ekspresi yang bergeser antara bingung dan terkejut, meskipun di mata Laura, itu tampak seperti sandiwara yang buruk.“What? Kau yang mengundangku kemari, Smith. Lagi pula, ini adalah hari Valentine. Sudah menjadi rutinitas kita merayakan dan makan malam bersama.”Stella menjawab dengan santai, suaranya seperti madu yang dibubuhkan pada luka terbuka—manis tetapi menyakitkan.Wanita itu melirik Laura, seolah sengaja menambahkan garam pada luka yang sudah perih. “Meskipun kali ini berbeda. Ada seseorang yang harus kau ikuti d

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-12
  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Tidak akan Membiarkan Mereka Berpisah

    “Kenapa kau pergi begitu saja, Laura?” tanya Smith dengan suara yang berat, penuh tekanan, ketika ia menghampiri Laura.Wanita itu duduk di meja makan, tampak tenang di luar tetapi menyimpan badai di dalam hatinya. Ia tengah menyendokkan pudding ke mulutnya, sebuah kenyamanan kecil yang ia cicipi di tengah kekacauan.Pudding buatan pelayan rumah itu terasa manis, tetapi tidak cukup untuk melunakkan kepahitan di hatinya.Smith baru tiba satu jam setelah Laura meninggalkan restoran. Selama perjalanan, ia mencoba menyusun alasan, kata-kata, tetapi semuanya terasa kosong ketika berhadapan langsung dengan istrinya.Laura, dengan sikap dinginnya, memilih pulang setelah melihat Stella dengan begitu santainya duduk di sisi Smith.“Kau pikir saja sendiri kenapa aku pergi begitu saja. Apa aku harus menjelaskan lagi?” ucap Laura, suaranya datar, nyaris tak beremosi, tetapi menyimpan ketegasan yang memukul.Ia bahkan tidak mengalihkan pandangannya dari pudding yang kini hampir habis.Smith mengge

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-13
  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Keputusannya tetap Sama

    Smith mengangkat cangkir kopinya dan melirik jam dinding. Waktu menunjukkan pukul sembilan lebih sepuluh menit. Ia menghela napas, lalu meletakkan cangkir itu di meja."Aku harus bertemu dengan klienku pukul sepuluh nanti," ucapnya sembari berdiri dari kursinya.Laura mengangkat wajahnya dari piring sarapannya. “Hati-hati di jalan,” balasnya singkat.Smith hanya mengangguk sebelum meraih tasnya dan pergi meninggalkan Laura sendirian di meja makan.Laura memandang piring di depannya, tapi perutnya tiba-tiba terasa tidak nyaman. Ia memegangi perutnya yang mulai terasa bergejolak.“Ada apa denganku? Kenapa rasanya tidak enak seperti ini,” gumamnya pelan.Ia menutup mulutnya dengan tangan, mencoba menahan rasa mual yang semakin menjadi-jadi. Tak kuasa, ia bangkit dari kursinya dan berlari menuju wastafel di dapur.Tubuhnya terguncang saat ia memuntahkan isi perutnya. Rasa pahit di tenggorokannya membuatnya semakin tak karuan.“Ada apa ini? Kenapa tiba-tiba aku mual?” tanyanya pada dirinya

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-14
  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Memberitahu Vincent yang Sebenarnya

    Laura mengetuk pintu ruang kerja Vincent dengan pelan. Suara ketukan itu memecah keheningan yang dipenuhi oleh suara jam dinding yang berdetak pelan.Di balik pintu, Vincent sedang duduk di balik meja kerjanya, memeriksa sejumlah dokumen dengan kaca mata bacanya.“Masuk,” katanya tanpa mengalihkan pandangan dari berkas-berkas di tangannya.Laura membuka pintu perlahan dan melangkah masuk, menutupnya kembali dengan hati-hati.Ia berdiri beberapa saat di depan meja kerja Vincent, menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya berkata, “Daddy, ada yang ingin aku bicarakan denganmu.”Vincent mengangkat kepalanya, memandang menantunya itu dengan tatapan tajam, penuh perhatian.Ia melepas kacamatanya dan meletakkannya di atas meja dengan rapi. “Ada apa, Laura?” tanyanya, suaranya terdengar tenang, tetapi ada nada yang menyiratkan ia tahu pembicaraan ini tidak akan mudah.Laura menggigit bibir bawahnya, merasa gugup. Ia memainkan jari-jarinya dengan gelisah, matanya melirik Vincent yang tetap me

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-15

บทล่าสุด

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Si Kembar Telah Lahir

    "Lakukan apa pun yang terbaik bagi istri dan anak-anak saya, Dok. Lagi pula, istri saya sudah sangat kesakitan, saya tidak tega melihatnya."Smith berbicara seraya menatap dokter kandungan tersebut dengan seksama. Dokter pun mengangguk, siap melaksanakan prosedur operasi caesar.Namun, sebelum nya Smith mesti menandatangani dulu surat persetujuan karena prosedur ini bisa dibilang sakral, tidak boleh dilakukan sembarangan.Setelah selesai semua persyaratan, Smith langsung menemui Laura yang sedang kesakitan di ruang bersalin. Smith mengabarkan kalau Laura akan dioperasi demi keselamatan buah hati mereka."Gak papa, kan, kalau operasi? Kondisi kamu tidak memungkinkan, Sayang. Plasentanya menghalangi jalan lahir dan itu akan membahayakan anak-anak kita. Begitu kata dokter," tanya Smith seraya menjelaskan.Laura sudah pasrah, apa pun tindakan yang akan diambil terhadapnya, Laura tidak akan mencegah apalagi melawan. Melahirkan secara normal maupun caesar baginya sama saja, sama-sama memerl

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Menjelang Persalinan

    Setelah mendengar kabar bahwa Laura kemungkinan akan melahirkan dalam waktu dua minggu ke depan, Smith mempersiapkan segalanya salah satunya yakni dengan mengambil cuti dari kantornya.Meskipun dia adalah seorang CEO, pemilik perusahaan yang tentu memiliki kuasa, Smith tetap bersikap profesional dengan mengajukan cuti secara resmi. Untuk sementara, posisi dan pekerjaannya akan ditangani oleh Louis, adiknya."Smith, sebenarnya tanpa ada yang menggantikanmu pun sepertinya bukan masalah besar, pekerjaan CEO, kan, tinggal ongkang-ongkang kaki saja," ujar Louis membuat sang kakak sontak mendelikkan matanya."Jadi, begitu yang kamu pikirkan selama ini, aku hanya ongkang-ongkang kaki saja?" Smith menatap Louis dengan seksama."Hehehe, aku hanya bercanda, Smith. Jangan melotot begitu lah, serius amat!" sahut Louis menggaruk kepalanya yang tak gatal."Lihat saja, kamu nanti akan merasakan apa yang aku rasakan. Kamu akan sangat sibuk bahkan melebihi kesibukanku dulu. Kamu akan kewalahan dan men

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Kemungkinan Minggu Depan

    Smith sangat sigap menuntun Laura yang merasakan sakit seperti kram di perutnya. Dengan tertatih, Laura berjalan menuju mobil yang sudah siap di depan."Jangan-jangan kamu kecapean, Sayang," tebak Smith. "Kalau melahirkan, kan, waktunya belum genap."Smith terus berbicara dengan perasaa resah dan gelisah. Sementara itu, Laura hanya bisa menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Aktifitas itu cukup mengurangi rasa sakitnya.Saat ini, Laura dan Smith sudah berada di perjalanan ke rumah sakit demi memeriksa keadaan Laura yang sempat merasakan sakit di perutnya.Namun, baru juga setengah perjalanan, sakit yang dirasakan Laura sudah reda bahkan menghilang. Laura yang belum memiliki pengalaman sebelumnya merasa heran, dia ingin mengatakan hal itu pada suaminya tapi merasa enggan."Sayang, apa kamu baik-baik saja? Sakitnya masih terasa?" tanya Smith mengelus perut istrinya. Laura sedikit meringis. "Sepertinya perutku sudah lebih baik, Sayang. Aku juga gak paham kenapa. Apa kita pu

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Mendadak Mulas

    Semenjak makan malam di luar itu, Laura sudah tidak pernah lagi bepergia ke luar rumah demi menjaga kehamilannya yang sangat rentan.Namun, Smith tidak mau membuat Laura jadi jenuh berada di rumah. Dia selalu mengadakan kegiatan apa pun supaya Laura tetap merasa senang berada di rumah.Hari ini, Smith sengaja menyuruh para asisten rumah tangga di rumahnya untuk membersihkan satu ruangan yang lama tidak terpakai. Ruangan itu cukup luas, tapi Smith belum pernah menggunakannya sehingga hanya menjadi gudang barang tak terpakai."Kamu mau menggunakannya jadi ruangan apa, Sayang? Ruang kerja baru kah?" tanya Laura pada suaminya.Smith mengulum senyum, dia masih ingin merahasiakan apa yang akan dibuatnya sekarang."Kok malah senyum-senyum, sih? Nyebelih banget ih." Laura mencubit lengan suaminya.Tak lama kemudian, suara klakson yang cukup keras terdengar dari luar. Smith menarik tangan Laura untuk membawanya ke luar sambil melihat apa yang telah dia beli.Saat keluar dari rumah, Laura langs

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Ucapan Terima Kasih Smith

    Hari beganti minggu, minggu berganti bulan. Tak terasa satu bulan lagi Laura diperkirakan akan melahirkan anak pertama sekaligus kedua dia dan Smith.Semakin tua kehamilannya, perut Laura semakin membesar dan hal itu membuat Laura jarang bergerak karena berat. Namun, Laura tidak terbiasa jika harus duduk saja, dia meminta Smith untuk mengajaknya jalan-jalan.Setiap pagi, Smith meluangkan waktu untuk menemani Laura jalan-jalan di sekitar area perumahan. Hal tersebut dilakukan supaya persalinan Laura berjalan dengan lancar."Kamu capek?" tanya Smith ketika Laura berhenti sejenak."Tidak, hanya merasa sedikit sakit di pinggang. Tapi tak apa, kata dokter itu hal yang biasa," jawab Laura."Jangan berlagak baik-baik saja, mau sekuat apa pun seorang ibu hamil, sebenarnya dia tidak baik-baik saja. Banyak rasa sakit dan derita yang dipikulnya," ujar Smith.Smith lalu mengajak Laura untuk istirahat di salah satu kursi yang ada di pinggir jalan, keduanya minum demi melepas dahaga dan mengganti c

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Dia akan Gila

    Ucapan Stella yang mengatakan bahwa Smith juga akan masuk penjara dan dirinya akan melahirkan tanpa kehadiran Smith masih terngiang di pikiran Laura. Dia takut kalau ucapan itu akan menjadi kenyataan.Ketika sampai di dalam mobil, Laura langsung mengatakan apa yang menjadi beban pikirannya. Laura sangat cemas karena tahu kalau Stella adalah orang yang licik dan bisa melakukan apa saja untuk mencapai keinginannya sekalipun Smith tidak memiliki salah."Sayang, lupakan saja, apa yang dia katakan hanya bentuk ungkapan dari segala kekalahannya. Jangan khawatir, aku akan selalu berada di sisimu. Do'akan aku selalu," ucap Smith dengan tegas."Tentu saja, tapi bagaimana kalau Stella nekad? Zaman sekarang, penjara bukan menjadi tempat paling aman dari kejahatan. "Justru dari dalam sana banyak orang yang bisa bebas melakukan kejahatan jika mereka memiliki uang dan kuasa," tutur Laura.Dia mengutarakan segala kemungkinan yang ada di pikirannya. Hormon kehamilan membuat Laura jadi mudah sekali b

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Sidang Putusan

    Tok tok tok!Palu diketuk membuat Juan menunduk dengan air mata yang menetes di pipinya. Juan merasa sedih tapi juga sebenarnya lega karena hukumannya tidak terlalu berat.Perasaan itu berbanding terbalik dirasakan oleh Stella yang sebentar lagi mendengar dakwaannya. Stella berpikir kalau Juan saja dijatuhi hukuman selama 5 tahun, bagaimana dengan dirinya yang merupakan otak serta orang yang selama ini tak hentinya melakukan kejahatan kepada Smith."Mana kipas portable milikku? Aku gerah," tanya Stella seraya mengibas-kibaskan tangan ke wajahnya.Belum juga pengacaranya memberikannya, Stella malah sudah dipanggil oleh hakim untuk mengganti Juan duduk di kursi pesakitan. Stella mengambuskan napas berat, dia melangkah maju dengan percaya diri meskipun sebenarnya hatinya sangat takut saat ini."Sayang, aku merasa deg-degan," ucap Smith memegang tangan Laura.Padahal Laura juga sangat gugup sekarang bahkan tangannya mengeluarkan keringat dingin saking gugupnya. Namun, keduanya tetap saling

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Wanita Gila

    Tiba masanya pada moment yang ditunggu-tunggu yakni persidangan Stella setelah Smith, Vincent, dan Louis menlewati banyak sekali proses yang tak luput dari halangan dan rintangan.Pagi-pagi sekali, keluarga Smith sudah siap berangkat menuju ke pengadilan. Laura juga ikut, wanita itu hanya ingin menemani serta mendukung suaminya.Sesampainya di sana, Smith, Laura, Louis, dan Vincent yang sama-sama mengenakan pakaian serba hitam melenggang dengan percaya diri menuju ke ruang persidangan. Tak lama kemudian, datang teman-teman Vincent yang merupakan para pengacara untuk mendukung Smith. Mereka siap membela seandainya putusan hakim tak sesuai dengan harapan."Tenang, Smith, para hakim sudah tahu siapa kami dan pasti tidak akan berani macam-macam mengecoh putusan. Lagi pula, kami lihat lawanmu tidak seberapa, kamu pasti menang," ucap salah satu dari pengacara itu."Terima kasih sebelumnya, sungguh kehormatan bagi kami karena mendapat dukungan dari Anda semua. Semoga para hakim bisa seadil-a

  • Skandal Satu Malam Sang Presdir   Ditakdirkan untuk Bersatu

    Laura terkejut dengan ucapan Vincent barusan. Dia mengambil foto usang tersebut lalu mengamatinya dengan seksama. Vincent mengatakan bahwa dia dan Ferdy--ayah Laura adalah sahabat karib yang sangat dekat. Mereka bukan hanya teman bermain, tapi juga teman dalam membangun bisnis.Ferdy dan Vincent juga selalu merencanakan banyak hal dalam kehidupan mereka dan berjanji akan selalu bersama meski sudah berumah tangga. Jangan sampai membuat tali persahabatan mereka putus."Apa Ayah sungguh-sungguh dengan cerita itu?" tanya Laura. "Aku hanya khawatir kalau Ayah menceritakan cerita bohong demi mengobati luka hatiku," imbuhnya.Vincent tertawa mendengar celotehan Laura, tapi dia paham karena mungkin menantunya itu hanya merasa trauma. Jadi, Vincent harus memakluminya."Tentu saja tidak, Nak. Ayah dan ayahmu memang sedekat itu bahkan apa yang ayah miliki sekarang semuanya ada campur tangannya Ferdy saat dia masih hidup. Kami membangun banyak hal dalam dunia bisnis dan merencanakan perjodohan a

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status