Alice terbatuk-batuk saat asap hitam pekat memenuhi ruangan dan sangat menyiksa paru-parunya karena kadar oksigen di dalam gudang semakin menipis, pandangan matanya juga semakin kabur. Perempuan bermata biru itu kini hanya bisa pasrah menunggu ajalnya tiba, bahkan sebelum Alice pingsan samar-samar ia melihat malaikat berwajah tampan datang mendekatinya sehingga ia terus melantunkan doa di dalam hatinya agar ia tidak merasakan sakit saat nyawanya dicabut oleh sang malaikat maut.Akan tetapi .... Alice melihat sebuah keanehan pada malaikat yang dilihatnya sekarang, malaikat itu tidak memakai jubah berwarna hitam seperti yang digambarkan di film-film fiksi, malaikat yang dilihat oleh Alice malah mengenakan setelan jas lengkap dengan dasinya dan yang lebih anehnya lagi malaikat itu pun tahu namanya. Alice tersenyum saat si malaikat pencabut nyawa itu menyebutkan namanya berulang-ulang dan malaikat itu tidak menunjukkan ekspresi wajah seram sama sekali dan malaikat itu malah menunjukkan e
Daniel berjalan cepat dengan kaki terpincang-pincang menuju ke ruang inap Alice yang diikuti Mark dari belakang, sang CEO itu sudah tidak sabar untuk bertemu dengan wanitanya, ekspresi wajahnya terlihat sangat khawatir bercampur cemas dan ia takut kalau sampai terjadi sesuatu kepada Alice. Daniel baru bisa bernapas lega saat ia melihat Alice sedang terbaring di atas ranjang dan perempuan itu juga masih bernapas meskipun wajah serta seluruh tubuh Alice dipenuhi lebam serta luka."Thanks, God." Ucap Daniel sambil berjalan mendekati ranjang Alice."Aku dulu selalu berpikir kau adalah seorang lelaki berengsek yang suka mempermainkan perasaan wanita akan tetapi pikiranku salah setelah melihatmu menyelamatkan Alice," ucap Mark."Bagus ... pertahankan saja pemikiranmu sampai kau mati karena itu membuatku terlihat sangat keren," timpal Daniel."Kamu memang selalu terlihat keren di mataku dan setelah kejadian kemarin saat kau menyelamatkan Alice. Aku jadi semakin mengagumimu jadi aku tarik ke
Daniel merebahkan Alice di atas ranjang lalu menyelimuti perempuan itu sampai ke leher untuk menjaganya agar tetap hangat di tengah cuaca yang sedang dingin, tangan pria itu bergerak mengelus lembut puncak kepala Alice dengan penuh kasih sayang. Siang ini Alice sudah diperbolehkan pulang ke rumah tapi dengan catatan tidak boleh terlalu banyak melakukan aktivitas yang berat karena calon nyonya Myers itu sedang dalam masa pemulihan. "Beristirahatlah dan jangan banyak berpikir supaya kau bisa secepatnya pulih," ucap Daniel. "Bagaimana kalau mereka kembali lagi?'' Tanya Alice dengan ekspresi wajah yang terlihat masih ketakutan., tangannya mencengkeram erat baju Daniel. "Aku telah memperketat penjagaan di dalam dan juga luar mansion, jadi kau tidak perlu merasa takut atau cemas. Ada Will dan Math juga yang berjaga di depan pintu kamarmu," jawab Daniel. "Apakah kamu membutuhkan sesuatu, barang atau apapun itu yang bisa kau gunakan untuk mengisi waktu senggang agar tidak merasa bosan?" T
Daniel, Alan dan Fellix, masing-masing telah mempunyai pembagian tugas tersendiri yang harus mereka kerjakan. Karena misi mereka sekarang adalah untuk meledakkan sebuah gedung maka tidak ada yang boleh melakukan satu kesalahan kecil sekalipun atau nyawa mereka sendiri yang akan menjadi taruhannya dan oleh sebab itulah Daniel juga melibatkan satu orang lagi anak buah kepercayaannya yang berotak jenius dan ahli di bidang alat peledak.Ketiga orang yang berpakaian serba hitam dan tertutup rapat mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki itu mulai memasuki gedung dari pintu belakang yang sebelumnya sudah dibuka oleh kaki tangan Daniel, Fellix langsung bekerja dengan alat peledaknya sedangkan Daniel berjalan menuju ke satu ruangan yang terdapat fire alarm sambil menyeret sebuah tong sampah berisi material yang sangat mudah untuk terbakar dan tujuan Daniel melakukan itu untuk mengosongkan gedung agar tidak ada korban jiwa saat ia merobohkan gedung kemudian Daniel keluar dan menuju ke ruang C
Daniel tiba-tiba masuk ke dalam mobil yang tentu sangat mengagetkan Fellix dan Alan karena kedua anak buah sang CEO pikir kalau bos mereka tidak selamat maka dari itulah mereka memutuskan untuk pergi menjauh, mobil melaju kencang meninggalkan area gedung milik Marco guna menghindari masalah yang akan terjadi nantinya. Setelah merasa aman, Daniel akhirnya melepaskan masker yang menutupi hampir seluruh wajahnya, ia juga melepaskan topinya sehingga ia bisa bernapas dengan lega."Apa yang terjadi? Kenapa tuan Daniel terlambat datang?" Tanya Alan."Aku harus mengamankan staff CCTV yang masih berada di dalam ruangan," jawab Daniel."Apakah tuan baik-baik saja? Apakah tuan Danel terluka" Tanya Fellix sambil sesekali menatap spion tengah untuk memastikan keadaan Daniel.Daniel membuka perlahan jaket ketat warna hitamnya yang koyak pada bagian lengan, Daniel melihat pecahan kaca berukuran sedang menancap di lengan kekarnya. Daniel mencoba mengatur napasnya agar bisa tetap tenang karena ia aka
"Apa kau sudah benar-benar gila?! Kau datang ke rumahku dan mengganguku pagi-pagi, apa yang kau inginkan dariku?" Daniel menodongkan senjatanya ke arah Marco karena tidak terima dengan kelakuan Marco yang sudah sangat keterlaluan. "Bukan aku yang gila, tapi kau!! Itu kau yang menghancurkan gedungku dan Helena, 'kan?" Tuduh Marco tanpa basa-basi. Daniel tersenyum sinis lalu berkata. "Apa kau punya buktinya? Kalau kau hanya membual saja hanya untuk membuatku kesal saja lebih baik kau enyah dari hadapanku atau aku tidak akan segan-segan untuk menembak kepalamu yang tidak ada otaknya itu." "DASAR KEPARAT!! BERANI-BERANINYA KAU BERKATA SEPERTI ITU KEPADAKU!! JELAS-JELAS KAU YANG TELAH MELEDAKKAN GEDUNGKU," teriak Marco seperti orang kesetanan. "Kalau kau mau menuduh kak Daniel sebaiknya kau harus berkaca terlebih dahulu, lihatlah kelakuanmu itu yang sangat buruk!! Mungkin saja yang meledakkan gedungmu itu adalah salah satu dari musuh-musuhmu dan kau tidak bisa menuduh kak Daniel begitu
"Apakah kamu ada tanda-tanda seperti mual, ingin muntah atau apapun itu?" Tanya Daniel dengan tatapan penuh selidik."Tidak, aku hanya gampang lelah saja belakangan ini tapi aku rasa penyebabnya karena stress. Sejak penculikan hari itu aku tidak bisa tidur nyenyak setiap malam karena terus dibayangi ketakutan," jawab Alice."Apakah perlu aku panggilkan dokter untuk memeriksamu dan memberimu obat penenang?" Tanya Daniel yang merasa sangat khawatir dengan kondisi Alice sekarang.Alice menggeleng cepat lalu ia berkata. "Tidak perlu, aku hanya ingin tidur saja karena badanku terasa sangat lelah dan aku juga membutuhkanmu untuk terus berada di sisiku."Daniel memegang tengkuk Alice, mendorongnya pelan mendekat wajahnya sehingga Daniel bisa melumat bibir ranum wanitanya dengan penuh gairah. Tangan Daniel meremas payudara Alice tanpa melepaskan ciumannya dari bibir ranum wanitanya yang sangat menggoda."Ssshh, Awwh!!" Rintih Alice kesakitan, Ia reflek menyingkirkan tangan Daniel dari payudar
"Bagaimana keadaan Alice? Apakah dia baik-baik saja?" Tanya Daniel tidak sabaran kepada dokter yang baru saja memeriksa keadaan Alice. Sang Dokter menghela napas panjang sambil memasukkan stetoskop ke dalam tas kerjanya, bibirnya terkatup matanya bergerak memutar ke atas seakan-akan ia sedang berpikir atau mungkin sedang merangkai kata-kata yang tepat untuk menyampaikan diagnosanya kepada Daniel agar tidak memancing temperamen sang CEO yang buruk. "Hei, apakah ada yang salah? Kenapa kau tidak berbicara? Apakah Alice sakit parah?" Daniel kembali memberondong sang dokter dengan banyak pertanyaan. "Nyonya Alice sedang hamil dan usia kehamilannya memasuki minggu yang ke-tiga," ucap sang Dokter yang membuat Daniel dan Mark terperangah. "A–apa? Hamil? Alice sedang hamil ...?!!" Daniel memekik kencang untuk memastikan kalau telinganya tidak salah mendengar. "Benar, nyonya Alice sedang hamil. Akan tetapi kandungan nyonya Alice sangat lemah sehingga beliau harus banyak-banyak beristirahat