Dimana ini? Apa yang terjadi? Kepalaku sakit,' ucap Alice di dalam hati setelah ia tersadar dari pingsannya.Netra Alice bergerak menyapu setiap sudut ruangan yang terlihat sangat berantakan, banyak tong bekss berjajar di sudut ruangan bahkan yang terlihat terguling, udara terasa pengap karena kurangnya ventilasi sebagai tempat pertukaran udara, lantai kotor dan dipenuhi debu. Alice mendapati dirinya sedang duduk dengan kedua tangan serta kaki yang terikat di kursi, mulutnya dilakban. Jangankan bisa mencoba untuk melarikan diri, untuk bergerak saja tubuhnya tidak mampu karena dirinya sudah tidak mempunyai tenaga untuk melawan ataupun meronta."Oh ... calon nyonya Myers sudah sadar rupanya," ucap salah satu lelaki bertubuh gempal serta berkumis tebal menaikkan satu kakinya di atas kursi sambil tertawa. Ia dengan kasar menarik lakban yang menutupi mulut Alice."Kalian siapa? Apa mau kalian sebenarnya?" Tanya Alice dengan tatapan tajam."Apa mau kami? Kami hanya ingin menyiksamu agar kam
Daniel mengerahkan semua anak buahnya untuk mencari keberadaan Alice yang masih hilang bak ditelan bumi, dan hari ini sudah menginjak hari ke tiga namun mereka masih belum mendapatkan satu pun informasi. Bukan hanya anak buah Daniel saja tapi juga anak buah Mark juga sedang bekerja keras untuk mencari keberadaan Alice yang kini diduga telah menjadi korban penculikan. "Stop!! Putar ulang kamera nomor 3," titah Mark kepada salah satu anak buah Daniel yang bertugas mengawasi kamera CCTV. 'Jadi Alice berusaha melarikan diri tapi pada akhirnya dia menghilang tanpa jejak, aku tidak boleh menceritakan tentang usaha pelarian Alice kepada kak Daniel atau masalah ini akan semakin bertambah runyam. Aku rasa ada campur tangan musuh yang menyamar sebagai anak buah kak Daniel dalam kasus hilangnya Alice,' ucap Mark di dalam hati sambil terus mengawasi layar komputer. "Tahan!! Putar lagi rekaman kamera nomor 5," titah Mark tiba-tiba. Mark menatap mobil tua yang terlihat mencurigakan baginya, netr
Alice terdiam terpaku setelah salah satu penculik memergokinya hendak melarikan diri, Alice bergegas berlari ke arah pintu keluar yang berada tepat di depannya, hanya tinggal sedikit saja Alice sudah bisa merasakan kebebasan akan tetapi nyatanya sang penculik itu bergerak lebih cepat dengan menangkap Alice. Tubuh mungil Alice dibopong dibahu oleh salah seorang pria bertubuh tinggi besar yang penampakannya seperti seorang pegulat profesional, tubuh mungil Alice langsung dijatuhkan begitu saja ke lantai bagaikan karung beras.Alice memekik kesakitan setelah tubuhnya menghantam lantai dengan sangat keras. Pria yang membopong Alice tadi berjongkok lalu ia menjambak rambut panjang Alice sehingga kepala perempuan itu otomatis tertarik ke belakang. "Dasar pelacur!! Akan kupatahkan kedua kakimu kalau kau coba-coba melarikan diri lagi!! Apa kau pikir kami semua ini bodoh sehingga bisa kau tipu, hah?!" Sentak sang pria bertubuh tinggi besar itu sambil memukul kepala Alice dengan keras, ia juga
Alice terbatuk-batuk saat asap hitam pekat memenuhi ruangan dan sangat menyiksa paru-parunya karena kadar oksigen di dalam gudang semakin menipis, pandangan matanya juga semakin kabur. Perempuan bermata biru itu kini hanya bisa pasrah menunggu ajalnya tiba, bahkan sebelum Alice pingsan samar-samar ia melihat malaikat berwajah tampan datang mendekatinya sehingga ia terus melantunkan doa di dalam hatinya agar ia tidak merasakan sakit saat nyawanya dicabut oleh sang malaikat maut.Akan tetapi .... Alice melihat sebuah keanehan pada malaikat yang dilihatnya sekarang, malaikat itu tidak memakai jubah berwarna hitam seperti yang digambarkan di film-film fiksi, malaikat yang dilihat oleh Alice malah mengenakan setelan jas lengkap dengan dasinya dan yang lebih anehnya lagi malaikat itu pun tahu namanya. Alice tersenyum saat si malaikat pencabut nyawa itu menyebutkan namanya berulang-ulang dan malaikat itu tidak menunjukkan ekspresi wajah seram sama sekali dan malaikat itu malah menunjukkan e
Daniel berjalan cepat dengan kaki terpincang-pincang menuju ke ruang inap Alice yang diikuti Mark dari belakang, sang CEO itu sudah tidak sabar untuk bertemu dengan wanitanya, ekspresi wajahnya terlihat sangat khawatir bercampur cemas dan ia takut kalau sampai terjadi sesuatu kepada Alice. Daniel baru bisa bernapas lega saat ia melihat Alice sedang terbaring di atas ranjang dan perempuan itu juga masih bernapas meskipun wajah serta seluruh tubuh Alice dipenuhi lebam serta luka."Thanks, God." Ucap Daniel sambil berjalan mendekati ranjang Alice."Aku dulu selalu berpikir kau adalah seorang lelaki berengsek yang suka mempermainkan perasaan wanita akan tetapi pikiranku salah setelah melihatmu menyelamatkan Alice," ucap Mark."Bagus ... pertahankan saja pemikiranmu sampai kau mati karena itu membuatku terlihat sangat keren," timpal Daniel."Kamu memang selalu terlihat keren di mataku dan setelah kejadian kemarin saat kau menyelamatkan Alice. Aku jadi semakin mengagumimu jadi aku tarik ke
Daniel merebahkan Alice di atas ranjang lalu menyelimuti perempuan itu sampai ke leher untuk menjaganya agar tetap hangat di tengah cuaca yang sedang dingin, tangan pria itu bergerak mengelus lembut puncak kepala Alice dengan penuh kasih sayang. Siang ini Alice sudah diperbolehkan pulang ke rumah tapi dengan catatan tidak boleh terlalu banyak melakukan aktivitas yang berat karena calon nyonya Myers itu sedang dalam masa pemulihan. "Beristirahatlah dan jangan banyak berpikir supaya kau bisa secepatnya pulih," ucap Daniel. "Bagaimana kalau mereka kembali lagi?'' Tanya Alice dengan ekspresi wajah yang terlihat masih ketakutan., tangannya mencengkeram erat baju Daniel. "Aku telah memperketat penjagaan di dalam dan juga luar mansion, jadi kau tidak perlu merasa takut atau cemas. Ada Will dan Math juga yang berjaga di depan pintu kamarmu," jawab Daniel. "Apakah kamu membutuhkan sesuatu, barang atau apapun itu yang bisa kau gunakan untuk mengisi waktu senggang agar tidak merasa bosan?" T
Daniel, Alan dan Fellix, masing-masing telah mempunyai pembagian tugas tersendiri yang harus mereka kerjakan. Karena misi mereka sekarang adalah untuk meledakkan sebuah gedung maka tidak ada yang boleh melakukan satu kesalahan kecil sekalipun atau nyawa mereka sendiri yang akan menjadi taruhannya dan oleh sebab itulah Daniel juga melibatkan satu orang lagi anak buah kepercayaannya yang berotak jenius dan ahli di bidang alat peledak.Ketiga orang yang berpakaian serba hitam dan tertutup rapat mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki itu mulai memasuki gedung dari pintu belakang yang sebelumnya sudah dibuka oleh kaki tangan Daniel, Fellix langsung bekerja dengan alat peledaknya sedangkan Daniel berjalan menuju ke satu ruangan yang terdapat fire alarm sambil menyeret sebuah tong sampah berisi material yang sangat mudah untuk terbakar dan tujuan Daniel melakukan itu untuk mengosongkan gedung agar tidak ada korban jiwa saat ia merobohkan gedung kemudian Daniel keluar dan menuju ke ruang C
Daniel tiba-tiba masuk ke dalam mobil yang tentu sangat mengagetkan Fellix dan Alan karena kedua anak buah sang CEO pikir kalau bos mereka tidak selamat maka dari itulah mereka memutuskan untuk pergi menjauh, mobil melaju kencang meninggalkan area gedung milik Marco guna menghindari masalah yang akan terjadi nantinya. Setelah merasa aman, Daniel akhirnya melepaskan masker yang menutupi hampir seluruh wajahnya, ia juga melepaskan topinya sehingga ia bisa bernapas dengan lega."Apa yang terjadi? Kenapa tuan Daniel terlambat datang?" Tanya Alan."Aku harus mengamankan staff CCTV yang masih berada di dalam ruangan," jawab Daniel."Apakah tuan baik-baik saja? Apakah tuan Danel terluka" Tanya Fellix sambil sesekali menatap spion tengah untuk memastikan keadaan Daniel.Daniel membuka perlahan jaket ketat warna hitamnya yang koyak pada bagian lengan, Daniel melihat pecahan kaca berukuran sedang menancap di lengan kekarnya. Daniel mencoba mengatur napasnya agar bisa tetap tenang karena ia aka