Share

Membenci Arthur

Penulis: Ucing Ucay
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Butuh sepersekian detik bagi Arthur mencerna kalimat tersebut. Baru berujar serak, "Te-tentu saja," jawabnya, dengan nada terputus-putus.

"Boleh?" tanya Lintang memastikan, maju mendorong pria itu ke belakang.

Arthur mengangguk.

Gemas sekali, sangat berbeda dengan aura kapten tim yang nampak menakutkan beberapa waktu yang lalu.

Bertemu dengan bola mata indah wanita di hadapannya membuatnya salah tingkah, membuang pandangannya ke arah lain.

Pria itu tidak bernyali saat menatap Lintang, jantungnya berdebar dua kali lebih cepat dari sebelumnya. "Kan Nona yang menyukai saya, sayanya tidak."

"Dasar!" Lintang memukul dada bidang itu, mendorong jauh. "Kenapa ada orang semenyebalkan dirimu, sih?"

"Memang saya menyebalkan? Tapi kamu suka!" Arthur membela diri, diam-diam tersenyum tipis sebab berhasil menggoda Lintang dan membuat wajah manis itu seketika merona.

Mereka saling diam dan tenggelam pada pikiran masing-masing. Membiarkan diri larut pada kehangatan sore yang terlihat menakjubkan, jauh dari hiruk pikuk dunia.

"Kenapa orang seperti Nona menyukai saya?" celetuk Kapten Arthur, tiba-tiba.

"Orang sepertiku?" balik bertanya, Lintang melirik pria di sebelahnya.

"Hm, orang seperti Nona. Yang punya segalanya, yang sempurna," ucap Arthur, menjelaskan soal sudut pandangnya dalam menilai apa yang dimiliki Lintang. "Kenapa menyukai seseorang yang tidak punya apapun seperti saya?"

"Bukankah ini terdengar tidak normal? Tidak ada yang menarik dari saya, Nona."

Sementara wanita yang diajaknya bicara melamun sebentar, sedetik kemudian melirihkan jawaban. "Karena mencintai seseorang tidak perlu alasan, Arthur," ujarnya, pelan.

Menurut Lintang perasaan suka pada lawan jenis datang tanpa mampu dikontrol.

Terjadi begitu saja.

Dan, dia tidak bisa menentukan targetnya. Hati yang bertugas melakukan hal itu.

"Aku menyukaimu pada setiap versi yang ada. Saat kamu gembira, saat kamu sedih, bersemangat, juga yang biasa saja . Aku suka caramu memandang cara bertahan hidup."

"Aku menyukai semua yang ada padamu, Ar. Dan akan aku buktikan bahwa perasaan ini bukan sesuatu yang sederhana dan bertahan sebentar saja, tapi untuk waktu yang lama."

Guratan senja perlahan berganti, selaras suksesnya misi Lintang dalam mengatakan apa yang telah lama ia pendam.

Bagi wanita itu, mencoba dengan hasil yang tidak pasti jauh lebih baik daripada tidak sama sekali. Ia tidak ingin sampai menyesal, karena mungkin tidak akan memiliki kesempatan sebaik ini di masa depan.

Berbeda dengan jalan dan pola pikir Arthur.

Menurut pria itu, daripada menimbulkan masalah, lebih baik merahasiakan mengenai perasaannya dan memendamnya dalam-dalam.

Dia tidak ingin menyulitkan Lintang.

Benar, Arthur juga merasakan hal yang sama. Seperti apa yang dirasakan oleh Lintang, dia juga punya kekaguman yang diam-diam timbul dan perlahan tumbuh diantara tugasnya ini.

"Jika saya mengakui ini lebih dulu dari anda, pasti akan sangat mengejutkan bukan?" Arthur mendadak mengatakan itu dengan sudut bibir terangkat. "A-ah, dasar pengecut sekali."

"Saya harusnya melakukannya lebih dulu," lanjut pria itu, menimpali kalimatnya. "Padahal sudah bertekad."

Lintang terpaku, bibirnya terkatup sempurna. "Me-mengatakannya lebih dulu?"

"A-aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang kamu katakan, Kapten. Kenapa kamu ingin mengatakannya lebih dulu. Jangan bilang—"

"Saya juga menyukai anda, Nona," potong pria itu, memberi sahutan cepat sebelum Lintang selesai mengatakan kata tanyanya.

"Siapa yang tidak tertarik pada orang sebaik anda. Berhati lembut, selalu mementingkan orang lain dan menjaga semua orang dengan baik. Akan tetapi-"

"Kenapa harus ada kata tetapi?" Lintang menyahut. "Aku hanya ingin dengar perasaanmu tanpa kekhawatiran lain, Kapten."

"Kamu merusaknya dengan menambahkan kata tetapi," sambung wanita itu, menunduk kecewa.

Arthur tetap kekeuh menjelaskan alasannya. "Orang seperti kita tidak akan pernah ditakdirkan bersama, Nona. Terlalu banyak perbedaan yang membuat dinding pembatas besar diantara kita."

Dinding pembatas.

Pria itu, Kapten Arthur, terlalu takut dan menggelari dirinya pengecut sebab tidak mau mengambil resiko besar dengan menjalin hubungan bersama Lintang merasa perbedaan diantara keduanya terlalu kentara berakhir membuat batasan.

Bukan tidak beralasan, ia tidak ingin Lintang sampai harus terjebak bersama dengan orang seperti dirinya. Di dunia ini, sosok sesempurna wanita itu pasti ditakdirkan bersama orang hebat.

Yang bukan Arthur.

"Dari tadi kamu selalu menyinggung tentang orang sepertiku dan orang sepertimu, seakan kita tidaklah sama. Apa yang membuatmu bisa sampai berpikir demikian?" tanya gadis itu.

"Tuhan saja tidak membeda-bedakan umat-Nya, sejak awal itu hanya bentuk kekhawatiranmu saja," lanjutnya.

"Lagipula, perasaan menyukai orang lain bukan sebuah dosa, benarkan Kapten?" Lintang meraih tangan Arthur, menuntutnya memberi jawaban yang masuk akal. "Tolong beri aku pernyataan lain. Yang jujur, yang berasal dari hatimu."

Kenapa mereka harus dipaksa menyerah atas hubungan ini hanya karena perbedaan status gelar keluarga Lintang yang terlalu tinggi untuk disentuh Arthur alih-alih memperjuangkannya sekali saja?

Arthur menggunakan tangan yang lain untuk menyingkirkan genggaman tangan Lintang dari sisinya. "Sudah saya bilang, Nona, ini tidak akan berhasil."

"Maaf, maafkan saya."

"Kamu menolakku?" Lintang memastikan sekali lagi.

"Saya hanya tidak ingin Nona menghabiskan waktu yang berharga dengan melakukan hal yang sia-sia ini, terlibat bersama orang yang—"

"Aku tidak mau dengar!" sanggah wanita itu, "Jika kata-kata yang akan kamu lontarkan hanya berupa kalimat merendahkan diri, aku menolak untuk mendengarnya!" tegas sosok tersebut.

Mata Lintang merah, berlinang. Terlihat menyedihkan melihatnya menahan tangis seperti itu.

Tetapi apa yang bisa Arthur perbuat?

Menarik ucapannya? Memeluknya? Jelas tidak! Tidak sama sekali.

Pria itu tidak punya pilihan lain selain memberi penolakan lebih awal.

Daripada hubungan ini terus berlanjut dan justru akan berakhir saling menyakiti satu sama lain nantinya, Arthur memilih tidak meneruskannya.

***

"Aku ingin tinggal di sini saja. Aku tidak mau pulang!" Lintang terus berceloteh asal, mengalungkan tangannya lebih erat pada Arthur.

Kedua kakinya yang lecet akibat alang-alang dan rumput hutan membuat Lintang tidak mampu berjalan, mau tidak mau dibantu berjalan, digendong Arthur kembali pulang.

"Tadi katanya takut gelap," sahut pria yang terlihat nyaman menggendong wanita mungil di pundaknya itu, berbisik lembut sekali.

"Jangan bicara padaku!" tegas Lintang, sebal.

Serba salah. Arthur tidak tahu harus dengan cara apa ia bisa mengembalikan mood wanita yang jadi tanggung jawabnya ini.

"Aku sangat membencimu, Ar. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah melupakan tentang hari ini, hari dimana kamu menolakku!"

"Aku akan terus ingat! Pokoknya, aku akan terus mengingatkan kejahatanmu padaku. Aku tidak akan pernah memaafkanmu, tidak akan mengampunimu!"

Kata-kata yang terlontar dari bibir Lintang membuat hati Arthur pilu, sesak mendengarnya.

Andai ia punya pilihan.

Andai Yasmin tidak memberinya ancaman.

Pasti hari ini akan berakhir berbeda, bukan?

Pasti pernyataan cinta Lintang akan dibalas dengan jawaban menyenangkan yang membuat keduanya bersatu, jadi sepasang kekasih.

Bab terkait

  • Skandal Pengawal Dan Nona Muda   Perasaan Arthur

    Arthur meletakkan tubuh mungil Lintang ke atas kasur dengan hati-hati, merapihkannya dengan gerakan perlahan agar tidak membangunkan wanita yang tertidur akibat puas menangis tersebut."Saya masih bertanya-tanya, apakah tugas yang sebenarnya harus saya jalankan? Jadi pengawal atau pengasuh," bisik pria itu, gemas.Sebelum memutuskan pergi, Arthur mengamati sekali lagi wajah Lintang, menatapnya lama. "Cantik," pujinya, hampir tidak terdengar.Seseorang yang selalu membuatnya diliputi rasa penyesalan dan selalu ingin mengutarakan permohonan maaf tiap kali berada dekat dengannya, Lintang Candraningtyas Adiwilaga, Nona muda dari Keluarga Adiwilaga."Saya pastikan saat kamu terbangun nanti, semua rasa kesedihan ini sudah hilang. Tidak akan saya biarkan kamu menderita, Nona.""Ini akan jadi terakhir kalinya kamu menangis."Meski dengan begitu Arthur harus menanggung segalanya, demi Lintang dan kebahagiaan wanita itu, akan ia lakukan.Tidak ingin berlama-lama dan menimbulkan kesalahpahaman k

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Skandal Pengawal Dan Nona Muda   Pertunangan

    Hanya butuh waktu seminggu persiapan pertunangan selesai dirancang. Acara inti diberlangsungkan tepat setelah kedua keluarga sepakat, begitu cepat. Waktu berlalu bagai air yang mengalir, tak terasa.Baru pertunangan namun sudah sangat spektakuler, acara yang terjadi di keluarga Adiwilaga begitu menarik perhatian semua orang. Muncul di portal berita, sempat jadi kabar utama menyatunya dua keluarga terhormat yang diramalkan akan jadi kekuatan baru di dunia bisnis.Sementara di pesta, ribuan orang terlihat bahagia. Hanya Arthur yang menatap ke arah panggung dengan wajah dinginnya."Selamat untukmu, Nona Lintang," bisiknya, serak. Suara baritonnya tidak terdengar oleh siapapun.Menyedihkan.Harusnya Arthur bukan menjadi seseorang yang memberikan selamat di hari bahagia wanita itu, melainkan sosok yang bersama dengannya bertukar cincin pertunangan.Sungguh takdir yang kejam.Pujaan hati yang sudah benar-benar tidak bisa ia harapkan lagi, telah menjadi milik orang lain, yang bukan untuknya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Skandal Pengawal Dan Nona Muda   Malam Panas

    Arthur menatap tak berkedip pada Lintang, yang berdiri di ambang pintu dengan pakaian tidur tipis. Dan, entah kesialan atau anugerah baginya, karena angin berhembus membuat lekukan tubuh gadis itu semakin jelas dimatanya.Itu mengganggu jiwa kelelakiannya.Tapi Arthur masih cukup waras untuk mengerjap dan memalingkan pandangannya ke arah lain. Dan mengatur nafas."Nona, tolong kembali ke dalam, angin malam tidak bagus untuk kesehatan!" pintanya."Tidak bagus untuk kesehatan, apa tidak baik untuk jantungmu?"Arthur terpaku mendengar perkataan Lintang. Dengan memberanikan diri, ia pun menoleh melihat ke arah gadis itu. Dan alisnya pun terangkat tinggi saat melihat Lintang tengah mendongak, menenggak minuman langsung dari botolnya.Sontak saja Arthur melangkah lebar ke arah Lintang dan merebut botol itu dari tangannya. "Kembalikan! Jangan dibuang!" pekik Lintang meninggi saat melihat Arthur menuangkan semua isi botol ke dalam pot tanaman, lalu menjauhkan botol itu ke sudut balkon. "Apa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Skandal Pengawal Dan Nona Muda   Ancaman Kedua Yasmin

    Arthur terbiasa bangun di pagi buta. Tubuhnya sudah terlatih untuk tetap siaga meski baru saja sedetik matanya terlelap memeluk perempuan tercintanya. Ia tersenyum menatap wajah cantik Lintang yang masih terlelap dalam tidurnya. Tak habis-habis ia mengagumi perempuan itu. Sosok lembut dan anggun yang mengguncang seluruh dunia, hati dan pikirannya. Tak sedikit pun ia tak memikirkan Lintang dalam di dalam benaknya. Meski sesibuk apapun dan berkecamuknya badai dalam pikirannya, Lintang akan selalu jadi penenang yang membuatnya menyerah. Seperti malam tadi, ia bahkan tak mampu melawan hasrat dan rasa ingin memiliki yang menggebu-gebu. Mengingat jika perempuan yang ia cintai harus menjadi milik orang lain, sejujurnya ia tak rela. Membayangkan Lintang bersanding di pelaminan seperti saat acara pertunangan kemarin saja hatinya memberontak marah, apalagi jika ...Arthur memejamkan mata. Menarik nafas dalam-dalam. Menenangkan ego dan ambisi yang bergolak di dadanya. Dan saat membuka mata, di

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Skandal Pengawal Dan Nona Muda   Wira Yang Kasar

    Arthur segera membukakan pintu mobil ketika Lintang keluar dari rumah. Gadis itu tampak menahan tangis dan ketika sudah berada di dalam mobil, air matanya pun tumpah. Arthur sendiri segera masuk ke ruang kemudi, dan tanpa bertanya lagi segera membawa Lintang pergi dari situ. Sepertinya Lintang dan Yasmin sedikit beradu mulut di dalam.Arthur diam dan hanya memperhatikan Lintang dari spion. Membiarkannya menangis. "Apa kita langsung ke butik, Nona?" tanya Arthur.Lintang menghela nafas panjang, lalu menggeleng tanpa bicara. Arthur pun mengerti. Ia pun melajukan mobilnya lurus memasuki jalan tol, memperpanjang perjalanan mereka.Hening. Lintang menatap keluar jendela. "Ibu mengancamku," Lintang bersuara. Arthur meliriknya dari spion dan mendengarkan. Mata Lintang pun lalu menoleh pada Arthur, saling berpandangan melalui kaca spion."Aku tidak bisa, Arthur," ucap Lintang kembali terisak. Air Matanya kembali mengalir."Nyonya Yasmin melakukan apa yang diinginkan semua ibu, beliau tent

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Skandal Pengawal Dan Nona Muda   Gaun Pengantin Pilihan Arthur

    Arthur mengikuti mobil Wira, dengan hati cemas dan menahan amarah. Sekarang saja Wira berani berlaku kasar, Arthur tak bisa membayangkan jika laki-laki sombong itu menikahi Lintang. Dihelanya nafas dalam-dalam. Berusaha berpikir tenang dan lurus. Menenangkan diri jika semua akan baik-baik saja. dan berprasangka baik. Butik yang menjadi tujuan Wira tentunya adalah butik terkenal. Arthur buru-buru keluar ketika mobil mereka baru saja berhenti. Tak sabar ingin memastikan jika Lintang dalam keadaan baik-baik saja.Dan untuk kedua kalinya Arthur harus menahan amarah saat melihat Wira menarik Lintang keluar dari mobil. Gadis itu sempat terantuk kakinya sendiri ketika hendak berjalan. "Nona!" Arthur mendekat segera hendak membantu. Matanya menatap tajam ke arah Wira. "Aku tidak apa-apa, Kapten! Jangan khawatir!" ucap Lintang tersenyum, sekilas menatap Arthur.Wira hanya tersenyum miring. Melihat reaksi Arthur membuatnya ingin bermain-main dengan perasaan laki-laki itu, dia terkekeh dan m

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Skandal Pengawal Dan Nona Muda   Mengadu Pada Yasmin

    Wira memacu mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata, membuat Arthur sempat kehilangan mereka untuk beberapa lama. Sampai akhirnya Arthur menelusuri GPS dari ponsel Lintang dan ketika melihat kemana arah tujuan Wira, dia pun emosi. Karena bukan menuju rumah kediaman keluarga Adiwilaga, melainkan ke rumah pria itu. "Mau apa dia?!" geram Arthur. Tanpa pikir panjang lagi ia pun segera mengarahkan mobilnya menuju rumah Wira. Arthur setengah melompat keluar saat mobilnya berhenti di sana. Dia langsung mengacungkan kartu identitasnya sebagai pengawal Lintang kepada penjaga gerbang dan mereka pun membiarkannya masuk. Wira menghempaskan Lintang ke kursi, membuat gadis itu memekik. "Apa-apaan kamu, Wira?!" teriak Lintang marah."Diam!" hardik Wira mengacungkan telunjuknya lurus pada Lintang."Kamu bermain mata dengan pengawal sialanmu itu, Lintang?! JAWAB!" Lintang mengerjap kaget sambil mengkerut takut di sofa. "Jangan asal menuduh, Wira!" tepis Lintang memberanikan diri. Wira merai

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Skandal Pengawal Dan Nona Muda   Hari Pernikahan

    "Nona, bangunlah!" Arthur membelai pipi Lintang dengan lembut. Gadis itu melenguh merasa terusik, menggumam pelan seraya berbalik mengganti posisi tidurnya. Arthur mengulum senyum melihatnya. Gemas. Sedikit canggung melihat punggung mulus Lintang di hadapannya tanpa tertutup selimut. Rasanya ingin sekali mengulurkan tangan, menyentuh kulit sehalus sutera itu dengan ujung jemari tangannya. Membuat gadis itu kembali mendesah dalam buaiannya. Arthur mengerjap, lalu menggelengkan kepala menyingkirkan adegan-adegan panas yang berseliweran di dalam kepalanya. "Kenapa?"Arthur terperanjat kaget mendengar suara Lintang. Ia membuka mata dan melihat gadis itu tengah menatapnya sambil tersenyum simpul. Wajah bangun tidurnya begitu mempesona tanpa riasan sedikitpun. "Ah, tidak apa-apa!" kelit Arthur sambil beranjak berdiri, namun Lintang menarik tangannya sehingga membuatnya jatuh kembali di tempat tidur."Tunggu sebentar," rengek Lintang seraya merebahkan kepalanya di paha Arthur. Tanganny

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Skandal Pengawal Dan Nona Muda   Bab 160. Pulang (Tamat)

    Arta berlari keluar dari rumah sambil menangis. Namun ketika dia baru saja menginjakkan kakinya, dia terhenti dan tertegun karena mendapati Arthur dan Lintang ada di pintu gerbang halaman rumah mereka. "Arta!" panggil Lintang, matanya tampak sudah berkaca-kaca menatap Arta dengan penuh kerinduan. Namun tatapan mata Arta tertuju pada Arthur, anak itu tampak masih memiliki pandangan yang sama yaitu kebencian. "Anakku!" ucap Arthur seraya berjalan mendekat pada Arta. Ketika itu tampak Fala dan Alya keluar dari rumah untuk mengejar Arta, namun mereka pun terhenti dan sedikit terkejut karena mendapati Arthur dan Lintang ada di sana. Arta tampak berdiri kaku menunggu Arthur mendekatinya, tangannya mengepal dengan erat. "Tolong maafkan aku, apapun akan aku lakukan agar kamu bisa menerimaku!" ucap Arthur dengan mata penuh kesedihan. Arta tak menjawab, namun dia membuang muka seolah tak sudi untuk menatap Arthur. "Mama bahkan sudah memaafkan kami, kenapa kamu saat membenci Papa?" ucap Ar

  • Skandal Pengawal Dan Nona Muda   Bab 159. Bertindak Tegas

    Dengan semangat membara Arthur pun berusaha untuk pulih secepatnya. Dia berusaha untuk berjalan dengan menggunakan tongkat, menyangga tubuhnya yang masih terasa lemah.Lintang pun melihat perkembangannya, antara gembira dan juga sedih karenanya. Juga di sisi lain dia mencemaskan keadaan Candra yang semakin hari justru semakin mengkhawatirkan. Itu membuat mereka semakin diburu waktu untuk secepatnya menemui Arta."Istirahat dulu, Sayang," kata Lintang ketika melihat Arthur yang terengah-engah dengan bulir-bulir keringat di wajahnya. Sudah sejak pagi dia berjalan-jalan di sekitar taman sampai matahari naik dan bersinar sedikit panas di atas mereka.Arthur pun mengangguk lalu berjalan menghampiri Lintang yang duduk di kursi taman."Kita harus segera pergi ke sana!" kata Arthur setelah meneguk minumannya.Lintang tersenyum mengangguk, "Ya, aku juga tidak sabar untuk segera memeluknya!" timpalnya.Arthur tersenyum letih, "Ya, kita pasti bisa!" ucapnya penuh keyakinan.Raut wajah Lintang be

  • Skandal Pengawal Dan Nona Muda   Bab 158. Arthur Pulang

    Lintang merasa dia harus bertindak. Dia ingin sekali menangis menumpahkan semua rasa lelah dan kesedihannya, tapi dia tidak boleh lemah. Karena saat ini dirinyalah satu-satunya yang bisa menyatukan keluarga Adiwilaga, termasuk membuat Arta kembali pada mereka.Hari ini Arthur pulang ke rumah, kondisinya sudah sedikit lebih baik dan menurut dokter masa pemulihannya bisa berjalan dari rumah."Senang rasanya kembali ke rumah!" ucap Arthur ketika turun dari mobil, Bram membantunya untuk duduk di kursi roda."Selamat datang kembali di rumah!" ucap Lintang, dia mencondongkan tubuhnya memeluk suaminya dengan hangat.Arthur tersenyum, namun matanya tidak bisa menepis pemandangan dari wajah Lintang yang tampak kelelahan dengan kantung hitam di bawah matanya."Apa kamu baik-baik saja, Sayang? Kamu terlihat tidak sehat!" tanya Arthur dengan khawatir.Lintang menatap ke arah Bram dan Mira bergantian, lalu tersenyum canggung."Tidak apa-apa, hanya sedikit kurang tidur saja" tepisnya.Arthur tersen

  • Skandal Pengawal Dan Nona Muda   Bab 157. Candra Melemah

    Candra melangkah menuju kamarnya, namun ada yang berbeda dengan langkahnya, yang tampak sedikit diseret dan tampak terhuyung-huyung. Pria tua itu membuka mulutnya untuk bernafas, dia merasa oksigen semakin menipis di sekitarnya sehingga dia tampak tersengal-sengal. "Ya, Tuhan!" keluhnya pelan, tangannya yang bebas bergerak naik meraba dada kirinya. Pria tua itu menghentikan langkahnya untuk sekedar beristirahat, berharap jika dia bisa mendapat sedikit tenaga. Namun kemudian dia mengernyit dengan nafas tertahan, bulir-bulir keringat bermunculan di dahinya. Tangannya yang memegang tongkat terlepas, bermaksud untuk mengjangkau dinding karena dia merasa tubuhnya lemas. Namun sebelum tangannya menyentuh tembok di dekatnya, Candra sudah ambruk di lantai. Tangannya tanpa sengaja mendorong sebuah guci sehingga oleng dan lalu jatuh pecah berantakan, membuat suara nyaring di sepanjang koridor kamar. Mira yang baru saja pulang dari kantor menjalankan perintah Candra terkejut mendengar suara b

  • Skandal Pengawal Dan Nona Muda   Bab 156. Lintang Pulang Tanpa Arta

    Bram menatap Arta menunggu jawaban anak itu, sorotan matanya terlihat tegas ingin mendengar apa yang akan dikatakan oleh Arta. Dia tidak akan bersikap lunak pada anak itu karena dia takut jika Arta terlalu lama dibiarkan seperti ini, maka dia akan semakin menjauh dari ayah dan ibunya sendiri."Arta?"Arta pun tampak sedikit gentar menghadapi Bram, kepalanya tertunduk dalam."A-aku ... tidak ingin mengganggu istirahat Papa, lain kali saja aku akan datang, Paman!" ucapnya.Alya merangkul bahu Arta untuk membuatnya sedikit tenang, dia juga menyadari jika ternyata anak itu terlihat segan terhadap Bram daripada orang lain.Bram menarik nafas panjang."Baiklah, kamu beristirahatlah dengan lebih baik di sana sampai ayah dan ibumu menjemputmu nanti," kata Bram, dia maju untuk menyentuh kepala Arta. Dia juga merasa sedikit bersalah karena bersikap tegas pada anak itu.Arta pun mengangguk, "Terimakasih, Paman!" ucapnya.Bram kemudian menatap Fala, "Kalau ada apa-apa, hubungi saja aku!" katanya.

  • Skandal Pengawal Dan Nona Muda   Bab 155. Arta Pulang

    Arta tampak tengah duduk di ranjangnya, memperhatikan Fala yang sedang membereskan barang-barang miliknya ke dalam tas. Dia sudah diperbolehkan pulang hari ini."Kamu siap untuk pulang?" tanya Fala tanpa menoleh, setelah menutup tas itu barulah dia memutar tubuhnya ke arah Arta.Anak laki-laki itu tak langsung menjawab, dia malah balik menatapnya. Sorot matanya terlihat ragu."Ada apa, Nak?" tanya Fala tanggap, karena dia melihat jika Arta sepertinya ingin mengatakan sesuatu. Dia lalu mendekat dan duduk di dekat anak itu.Arta tertunduk memandangi tangannya yang sedang memegang rubik. "Apa aku bisa pulang bersama kalian saja?" tanyanya.Fala tertegun mendengarnya. Itu memang menggembirakan, apalagi jika Alya tahu. Tapi situasinya saat ini sungguh riskan, dia tak bisa memutuskan begitu saja sekarang ini. Fala pun menghela nafas dan menyentuh kepala Arta dengan lembut."Kamu tahu sekarang kami sudah tidak berhak lagi menentukan, kecuali kamu meminta izin dulu pada orangtuamu," kata F

  • Skandal Pengawal Dan Nona Muda   Bab 154. Arthur Masih Lemah

    Pagi hari, Arthur sepenuhnya membuka mata. Kondisinya masih tampak lemah, namun setidaknya dia sudah bisa diajak bicara."Anda bisa menemaninya di sini, tapi tolong jangan mengajaknya mengobrol terlalu lama, beliau masih butuh istirahat!" kata Dokter memberi imbauan.Lintang pun mengangguk, dia mengerti kondisi Arthur saat ini. Meskipun begitu dia cukup lega karena suaminya sudah melewati masa kritis malam tadi.Dokter pun tersenyum kemudian berpamitan keluar dari ruangan.Alya dan Bram mengerti, mereka turut berpamitan dan memilih menunggu di luar dan membiarkan Lintang menemani Arthur sendirian saja."Selamat pagi!" sapa Lintang menyentuh tangan Arthur dengan lembut.Arthur yang saat itu masih terpejam pun perlahan membuka matanya, dia tersenyum melihat Lintang ada di sampingnya."Kamu di sini," ucapnya, suaranya setengah berbisik.Lintang menarik kursi dan duduk lebih dekat selagi memegangi tangan Arthur."Selamat datang kembali!" ucap Lintang seraya mencium tangan Arthur.Arthur t

  • Skandal Pengawal Dan Nona Muda   Bab 153. Masa Kritis Berlalu

    Arthur mengalami lonjakan kondisi yang menegangkan, beberapa orang dokter berusaha untuk menolongnya hingga untuk beberapa lama ruangan itu pun tertutup dan tak terdengar apapun. Membuat Lintang yang menunggu di luar semakin tegang dan dipenuhi kecemasan tak terkira.Saat-saat yang menegangkan pun kemudian berlalu, dan suara pintu yang terbuka membuat semua orang yang menunggu di luar seketika berdiri menyambut dokter yang keluar dari dalam sana."Bagaimana, Dok? Bagaimana suami saya? Apa dia baik-baik saja? Apa dia selamat?" Lintang langsung mengajukan beberapa pertanyaan, Alya berdiri di sampingnya dan mengusap bahu wanita itu untuk membuatnya tenang.Dokter tampak menarik nafas panjang, sepertinya dia pun baru saja melalui saat-saat tegang mengurus pasiennya itu. Tapi kemudian raut wajahnya terlihat cerah."Tuan Arthur berhasil melalui masa kritisnya, dia baik-baik saja!" jawabnya.Lintang pun seketika meluruhkan bahunya dan menangis dengan penuh rasa syukur."Terima kasih, Ya Tuha

  • Skandal Pengawal Dan Nona Muda   Bab 152. Kepanikan

    Arta tampak marah di kursi rodanya, dia menatap semua orang Lintang dan Alya dengan mata merah berair."Kenapa kalian menyembunyikannya dariku? Apa lagi hal yang kalian sembunyikan? APA?!" teriaknya histeris. Dia bangkit dari kursi rodanya, lalu dengan langkah hampir limbung berlari menjauh."Arta!" "Lepas!" sergah Arta pada Fala yang menangkapnya karena hampir terjatuh. Fala pun membiarkannya dan hanya bisa menatap anak itu berlari pergi ke arah lain."Mas, bagaimana ini?" kata Alya menghampiri Fala dengan wajah cemas.Fala memegang tangan istrinya itu, "Kita biarkan saja dulu, akan sangat kacau jika kita menahannya saat ini," katanya sendu.Lintang pun terdiam dalam tangis.Fala lalu menoleh pada Alya, "Kamu temani Lintang, biar aku yang mengawasi Arta," katanya, yang kemudian diangguki oleh Alya.Fala menatap Lintang sebentar sebelum akhirnya dia bergegas mengejar Arta. "Aku akan membantu mencarinya!" kata Bram, Lintang mengangguk setuju padanya.Bram pun berpamitan dan berlari

DMCA.com Protection Status