Share

Menjadi Neraka Lagi

Penulis: Mirielle
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Ketika Emmy naik ke atas, dia mendapati kamar Keenan gelap gulita seperti dulu lagi. Padahal setelah Emmy memutuskan untuk tidur di sana, Keenan selalu menyalakan lampu. Hari memang masih siang, tapi karena tirai tidak dibuka dan lampu padam Emmy tidak bisa melihat apa pun. Gadis itu meraba-raba dinding dan menemukan stop kontak listrik.

Dia menyalakan lampu, dan ruangan itu langsung terang benderang. Emmy meletakkan tasnya, memeriksa kamar dan melihat pintu balkon sedikit terbuka. Ketika Emmy mendorong pintu, dia melihat Keenan duduk di balkon dan sedang minum alkohol.

Emmy melihat ke sekitar ruangan kamar lagi. Bukankah seharusnya ada Isa? Apa dia pulang? Tapi tidak mungkin. Dengan keadaaan Keenan dan semua kebetulan yang sempurna itu, seharusnya dia tetap berada di sisi Keenan.

Atau, Keenan memintanya kembali?

“Di sana kamu rupanya,” kata Emmy dengan riang, mendekap Keenan dari belakang tubuh pria itu. “Apa kamu sudah makan siang? Mau ku buatkan sesuatu?”

Keenan menggeleng. “Tidak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   Ambil Saja Dia

    [Ayo bertemu.]Emmy membaca pesan yang dikirim Isa. Dia melirik jam dinding, jarum jam sudah menunjukkan angka sebelas malam. Tidak mungkin Emmy keluar lagi, tidak dalam kondisi Keenan sedang marah besar padanya.Bisa-bisa kesalahpahaman ini akan kembali membesar.[Aku rasa aku tidak bisa keluar.]Tak lama Isa mengirim sebuah video ketika dia mengolok-olok Nikky, ibunya, sambil menarik-narik rambutnya. Emmy berdiri, kelopak matanya berkaca-kaca dan dengan cepat Emmy menyambar sweater rajutnya.[Aku akan segera datang.]Dari balkon, Keenan melihat Emmy setengah berlari melintasi taman bunga sambil mengenakan sweaternya. Pria itu mengernyit lalu cepat-cepat turun. Kemana Emmy selarut ini? Apakah dia akan bertemu lagi dengan pria itu?Rupanya Emmy memesan taksi secara online karena Keenan melihat jejeran kunci mobil masih lengkap di gantungannya. Keenan menyambar cepat kunci mobilnya dan mengendarai sedan miliknya menembus malam. Dia cukup beruntung karena masih bisa melihat taksi yang d

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   Berhak Melakukan Apa Pun

    Emmy menoleh, mendapati Josiah berdiri di sana. Yang paling membuat Emmy bingung adalah keberadaan Leo yang sejatinya adalah asisten pribadi Keenan. Apa hubungan keduanya? Kenapa Emmy malah merasa Leo terlalu dekat pada Josiah?Keduanya mendekati Emmy, dan tanpa aba-aba apa pun, perampok yang menodongkan senjata perlahan menjauhkan benda itu dari kepala Emmy. Angin berhembus menerbangkan daun-daun yang mengering hingga berserak di atas tanah. Seolah yang berdiri di hadapannya adalah sosok yang menakutkan, ketiganya langsung lari terbirit-birit meninggalkan Emmy sebelum gadis itu menyadarinya.“Kenapa kamu ada di segala tempat?” Kening Emmy mengernyit.Josiah tersenyum. “Seharusnya aku yang mengatakan hal itu. Kenapa kamu ada di segala tempat? Dan, ini sudah hampir tengah malam.” Josiah menunjukkan jam tangannya pada Emmy. “Apa yang kamu lakukan di sini? Apakah suamimu sungguh-sungguh memberimu izin?”Emmy mengabaikan pertanyaan itu. Kini tatapannya beralih pada Leo yang sedari tadi di

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   Percayalah Padaku

    Seharusnya suhu udara akan semakin menurun seiring dengan malam yang semakin pekat. Namun hingga harum jam menunjuk angka hampir mendekati satu dini hari, Emmy malah merasa suasana di sekitarnya semakin panas.Keenan dan Josiah berdiri berhadap-hadapan, dengan dada sama-sama membusung dan arogansi yang merebak di udara. Emmy melirik Leo yang sejak tadi malah berdiri dengan santai, seolah dia sudah menunggu adegan ini dan menikmatinya ketika sudah terjadi.“Leo.” Emmy melotot. “Hentikan mereka,” bisik gadis itu.Leo menggeleng, mencondongkan wajah ke arah Emmy lalu berbisik, “Ini menyenangkan. Apakah kamu tidak ingin melihat adegan ini, Nona?”Mata Emmy membulat kesal. Leo ternyata tak bisa diandalkan. Sekarang, pria itu bahkan menyilangkan tangan di dada dengan santai, menegaskan diri kalau dia benar-benar tidak berniat memisahkan Keenan dan Josiah.“Aku akan ikut dengan Keenan,” ujar Emmy pada akhirnya. “Kalian pulanglah.”“Apa dia melakukan hal kasar padamu, Em?” Josiah menahan tang

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   Siapa Sebenarnya Josiah?

    Duduk menyendiri di sudut ruangan kamar yang gelap gulita, Emmy merasakan air matanya tak berhenti mengalir sejak tadi. Ada perasaan sakit yang mengganjal ketika dia tahu Keenan tidak benar-benar menginginkannya. Mungkin, pria itu bersikap baik selama beberapa hari untuk menyenangkan Dorothy, atau kedua orang tuanya.Bodohnya, Emmy tertipu. Sungguh, Emmy merasakan gejolak emosi yang berkobar dalam dirinya. Bisa-bisanya aku meleleh oleh karena pengakuannya? batin Emmy. Dan semua sentuhannya, ciumannya, itu hanya bagian dari rencananya?Karena Emmy yakin. Jika Keenan sungguh-sungguh padanya, maka dia tidak akan mudah dipengaruhi oleh siapa pun, termasuk Isa.Badai yang mengancam tampaknya mulai tiba menjelang pagi hari dengan begitu dahsyat. Emmy berharap badai itu bertahan lama karena dia menyukainya. Sensasi berisik yang diciptakannya mampu membuat tangisan Emmy tak terdengar dan dia akan leluasa menumpahkan kepedihan hatinya.Pikiran Emmy kembali pada Josiah. Tiba-tiba saja pria itu

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   Tak Ada Harapan

    Emmy meneguk cairan hitam kental di gelas keramik putihnya dengan hati-hati, meniup uap panas untuk mengurasi resiko mulutnya akan terbakar. Sudah dua hari sejak kejadian malam itu dan kehidupannya seolah kembali mundur ke pertemuan awal dengan Keenan.Mereka sudah pisah kamar dan Keenan sama sekali tidak bicara. Entah apa yang dipikirkan pria itu dan kenapa dia sangat mudah digesek, Emmy tidak mengerti.Emmy tidak merasa salah. Jika Keenan mempersoalkan pertemuan kebetulannya dengan Josiah, maka Emmy pun tak bisa menahan asumsi liar Keenan. Emmy sudah menjelaskannya dengan jujur, dia bahkan tidak menambah atau mengurangi setiap detail kejadian pertemuannya dengan Josiah. Jika Keenan tidak percaya, maka itu adalah urusannya.Emmy melirik Lily yang sedang bicara. Mereka berdua duduk di beranda belakang rumah Lily, menghadap ke arah danau buatan. Lily duduk dengan postur tubuh sempurna di kursi kayu sambil bercerita panjang lebar.Karena Emmy tak bisa tidur selama dua malam terakhir, di

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   Ucapan Provokatif

    “Hentikan!” Emmy menahan tangan Lily ketika gadis itu meneguk alkohol lagi dari gelasnya.Hentakan musik hingar bingar terdengar memekakkan telinga, membuat Emmy merasa tidak nyaman berada di dalam ruangan yang dipadati oleh lautan orang itu. Semakin malam, bar semakin dipadati oleh orang-orang yang datang entah dari mana.Wajah Lily sudah sepenuhnya memerah. Sejak Riley kembali dari kediamannya, Lily langsung mengajak Emmy ke bar dan mereka sudah berada di sana selama berjam-jam. Walau sudah mengabari Keenan –entah pria itu membaca pesannya atau tidak-, tetap saja Emmy merasa terlalu takut untuk pulang terlalu malam.Emmy mengambil ponselnya dari dalam tas lalu mengirim pesan pada Axel. Tidak ada orang selain pria itu yang terlintas di benak Emmy. Hanya Axel yang dekat dengan Lily akhir-akhir ini dan tak mungkin Emmy meminta Paman Frans untuk menjemput Lily.Bisa-bisa, mereka berdua akan mendapat amukan kasar.Sementara itu, Axel dan Keenan baru saja mengakhiri meeting via video call

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   Bukan Aku

    “Aku tidak mau pulang,” gumam Lily, ditengah-tengah mabuknya.Axel mengantung tas Lily ke lehernya dan menggendong gadis itu di punggung, membawanya keluar menembus padatnya manusia. Axel berhenti, dia mendongak untuk bisa mendengar Lily lebih jelas.“Apa katamu?”“Aku tidak mau pulang,” gumam Lily lagi.“Jadi ke mana kita sekarang? Kemana aku harus mengantarmu?”Lily bergumam lagi, kali ini suaranya nyaris tak terdengar dan membuat Axel kembali memalingkan wajah pada Lily. Kepala gadis itu terkulai lemas di lehernya dan ketika Axel memalingkan wajah, hidung mereka nyaris bersentuhan.Axel menelan ludahnya dengan susah payah. Dalam jarak sedekat ini, dia bisa merasakan hembusan nafas Lily di wajahnya, yang membangkitkan sensasi menyengat bak sekujur tubuhnya dialiri listrik. Axel berdehem pelan, berusaha menghalau bayangan-bayangan liar yang tiba-tiba melintas.Bagi Axel yang sudah sering mengunjungi bar dan kelab malam, dia sudah sering bertemu dan melihat wanita dengan pakaian mini

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   Tersulut Emosi

    Emmy berubah jadi gadis yang pendiam, setidaknya itu yang dilihat Keenan selama beberapa hari ini. Emmy tidak menyapanya, tidak bicara dengannya, tapi setiap pagi selalu menyediakan sarapan. Gadis itu selalu saja menghindar ke taman saat Keenan turun, lalu mendadak masuk ke rumah saat Keenan keluar rumah.Mereka nyaris jarang bertemu walau berada dalam satu atap yang sama, dan anehnya, Emmy lebih banyak menghabiskan waktunya bersama para pelayan di rumahnya –belajar membuat selai dan juga roti.Emmy memang sengaja melakukannya. Keenan perlu tahu, kalau perbuatan pria itu menyakiti hatinya. Setelah menyediakan roti panggang dengan isian selai strobery yang baru dibuatnya, Emmy melangkah menuju taman karena dia tahu Keenan akan turun.Dia berlama-lama dekat undakan tanah yang baru saja digemburkan oleh tukang kebun. Setelah semalam diguyur oleh hujan, tanah berubah menjadi sangat lembek dan aroma segar langsung menyengat hidungnya.Kelopak-kelopak mawar terlihat menunduk karena masih ba

Bab terbaru

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   EKSTRA BAB: ENDING

    Pintu kamar terbuka, seolah Emmy sudah menunggu kedatangan Keenan ketika pria itu pulang dari kantor. Emmy menyembulkan kepalanya dari celah pintu yang dibukanya sedikit. Keenan mengernyit, dia bersandar di dinding.“Suamimu tak boleh masuk?” tanyanya.“Bukan.” Emmy menggeleng. “Tunggu sebentar. Lima menit. Ah, mungkin sepuluh menit.”“Apa yang kamu lakukan di dalam sana?”“Sabar sedikit.” Emmy kembali menutup pintu. “Jangan masuk sebelum aku mengizinkannya,” serunya lagi.Emmy menyusun satu per satu balon hias yang ditempel di dinding. Tak lupa tulisan ‘happy birthday’ dia gantung, lalu dia mengecek kembali kue ulang tahun Keenan. Setelah memastikan semuanya sudah beres, Emmy berjalan menuju kamar mandi.Digenggamnya alat tes kehamilan yang menunjukkan garis merah muda sebanyak dua garis, menunjukkan jika dia sedang hamil. Ini akan menjadi kejutan yang tidak akan pernah dilupakan Keenan, Emmy sangat yakin sekali.Dia memasukkannya ke dalam kotak dan menutupnya. Aksen pita merah muda

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   EKSTRA BAB: IV

    Hari yang cerah di awal Januari. Dalam balutan gaun putih tulang yang menutupi tubuhnya hingga ke kaki, Emmy berjalan didampingi oleh ayah Josiah, Stevano Miller. Dia tampak anggun dengan tiara yang dipasangkan ke rambutnya. Dia seperti puteri dari negeri dongeng.Para tamu tampak bersorak, berdiri menyaksikan kesakralan pernikahan antara Emmy dan Keenan. Lily bertugas menjadi pendamping wanita, Edmund menjadi pembawa kerajang bunga didampingi Liz dan Ivy. Ketiga wanita itu mengenakan gaun kuning lembut sementara Edmund tampil gagah dengan jas mungilnya.Aroma harum dari bunga-bunga azalea putih, rosemary dan juga marygold menguar dari bunga-bunga yang ditaburkan mereka. Di altar, Keenan menunggu dengan kedua bola mata yang berkaca-kaca. Dia sungguh tidak menyangka akan menemukan hari ini dalam hidupnya.Pria itu sempat berpikir kalau semuanya sudah berakhir. Ketika dia kehilangan Emmy dalam hidupnya, Keenan merasa kalau takdir memang begitu adanya. Siapa yang tahu kalau ternyata masi

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   EKSTRA BAB: III

    “Jadi, kamu adalah pemilik Sid and Co? Itukah alasan kenapa dulu kamu memintaku untuk bekerja di sana?”Leo mengusap telapak tangannya yang mulai berkeringat. Dia berbohong pada Ivy soal identitasnya, mungkin kekasihnya itu akan marah besar padanya. Leo mencoba memikirkan bagaimana caranya keluar dari masalah ini. Dia tidak mau Ivy akan meminta perpisahan. Sungguh, dia tidak mau.“Vy, aku hanya...”“Stop!” Ivy berbalik, menatap Leo dan menemukan pria itu kelihatan gelisah. Ivy nyaris tertawa dalam hati. Tapi ini kesempatan yang bagus untuk menguji seberapa besar Leo menginginkannya. “Kamu berbohong padaku. Sungguh! Kamu keterlaluan.”“Ivy, aku tidak ingin menyembunyikan identitasku.”“Lalu apa yang kamu lakukan ini?”“Aku hanya...”Ivy mendelik, menunggu dengan sabar sampai Leo menyelesaikan kalimatnya. Tapi ternyata setelah menunggu selama beberapa detik, pria itu malah bungkam dan tidak bicara. Perlahan Ivy mulai kesal. Padahal Leo tinggal mengatakan alasannya apa, tapi dia malah me

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   EKSTRA BAB: II

    Ketika Leo menjemput Ivy di kantornya, hari sudah menjelang malam. Pria itu menyandarkan pinggulnya di depan sedan Maybacth yang baru dibelinya dua hari yang lalu. Tak ada yang salah dengan SUV yang membawanya selama beberapa tahun ini.Tapi Leo tahu, mobil dengan body bongsor seperti itu kurang disukai oleh wanita. Walau Ivy tak pernah protes dengan SUV-nya, tapi Leo ingin Ivy nyaman di dalam kendaraannya sendiri saat dia bersama Ivy.Leo melirik ke dalam gedung bertingkat sambil menghela nafas panjang. Ivy tidak mau bekerja di perusahaannya sendiri walau Leo menawarkannya. Padahal, Leo tidak memberitahu kalau Sid and Co adalah miliknya, tapi Ivy tetap tidak mau bekerja di sana.Sebenarnya, Leo bukan datang dari keluarga yang kurang beruntung. Dia memiliki keluarga kaya raya, hanya saja kondisi anggota keluarganya memaksa dia keluar dari rumah pada usia empat belas tahun. Dia menjelajah seorang diri, menjadi objek bully bagi teman-teman sekolahnya hingga Keenan menemukannya.Tapi tah

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   EKSTRA BAB: I

    Axel menurunkan atap Stingray dan bersandar di bagasi, menunggu Lily turun dari apartemennya. Kerena Keenan sudah kembali, maka Axel kini memiliki waktu libur untuk dirinya sendiri. Pagi ini, dia akan menebus waktunya yang dihabiskan lebih banyak di perusahaan alih-alih bersama Lily.Lily turun dengan mengenakan dress selutut dan sepatu sneakers berwarna putih. Gadis itu lincah, bergerak ringan dan tersenyum menyapa Axel. Dia adalah hadiah yang tak terharga, begitu Axel menyebut Lily. Karena kehadiran Lily, dia tak perlu khawatir soal kehidupannya karena Lily selalu memiliki banyak cara untuk menghiburnya.“Apakah aku terlalu cantik? Kenapa kamu menatapku seperti itu?” goda Lily.Axel mengangguk membenarkan. “Kamu memang cantik. Sudah siap?”Lily mengangguk. Dia setengah berlari mengitari mobil dan masuk. Axel tertawa kecil. Dia terlalu mandiri. Bahkan para gadis akan mengantri untuk dibukakan pintu secara khusus bak tuan puteri. Tapi dia? Dia bahkan tidak menungguku melakukannya.Mer

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   Maaf

    “Aku tidak tahu kalau kamu hamil saat aku pergi. Maafkan aku.”Liz menangis tersedu-sedu, tapi dia tahu itu bukan kesalahan Josiah. Liz menggeleng kuat. “Ini juga salahku. Maaf karena aku egois dan menyembunyikan semua ini darimu.”Josiah melepas pelukannya. Dihapusnya air mata yang masih terus jatuh di pipi Liz dan menunduk untuk mencium bibir Liz dengan penuh kerinduan. Edmund yang sedari tadi diam saja kini bertindak saat melihat Josiah mencium ibunya. Dia menarik tangan Liz, menghadang dengan sikap protektif.“Hanya aku yang boleh mencium Mom,” katanya dengan suaranya yang melengking.Josiah dan Liz tertawa kecil. Liz menatap Josiah, lalu mengangguk pada pria itu. Josiah bersimpuh dihadapan Edmund, dan pria kecil itu menelengkan kepala menatap Josiah. “Paman mirip sekali denganku,” gumamnya. “Apakah kamu Dad?”Air mata Josiah jatuh, namun dia tertawa menyadari kalau puteranya begitu cerdas. Dia mengusap kepala Edmund sambil berpikir, bahkan telapak tanganku masih lebih lebar dari

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   Kesempatan Kedua

    Emmy buru-buru melepas pelukan Keenan dari tubuhnya. Dia berdiri, menahan diri untuk langsung menganggukkan kepalanya. Dia memilih bersikap biasa saja walau dia nyaris melompat waktu Keenan mengajaknya menikah lagi.“Kita sudah bercerai, Tuan,” sahut Emmy santai.“Aku tahu.” Keenan meraih jemari Emmy lagi. “Berikan aku kesempatan kedua.”“Pun kalau aku memberimu kesempatan kedua, keluargaku mungkin tidak akan menerimamu.”“Aku akan berusaha merebut kembali kepercayaan mereka. Dengan cara apa pun, aku akan melakukannya.”“Bahkan kalau mereka memberi syarat kalau kita harus tinggal di sini?”Keenan melihat sekitarnya. Memangnya apa yang salah tinggal di desa? Ini cukup nyaman, bahkan Keenan semakin terbiasa hidup tanpa kemewahan. Dia tidak menggunakan pendingin ruangan, tidak bepergian ke klub, tidak berbelanja barang-barang mewah, tidak menggunakan mobil. Itu bagus dan dia nyaman.“Tinggal di desa tidak buruk, tahu?” sahut Keenan.Emmy merasakan wajahnya mulai merona merah. Jantungnya

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   Menikahlah Denganku

    “Sepertinya kamu makin betah di sini.”Tiba-tiba Keenan dikejutkan oleh bisikan Josiah ketika pria itu muncul membawakan topi milik Emmy. Keenan nyaris berteriak karena kaget. untung saja dia bisa mengontrol emosinya dan tidak bersuara sedikitpun.“Aku akan tinggal di mana pun Emmy berada,” gerutunya pada Josiah. “Dan kamu jangan pernah mengacaukan rencanaku.”“Kamu mengancamku? Kamu tidak ingat aku siapa?”“Kamu kakak Emmy. Kamu sudah mengatakannya lebih dari seribu kali.”“Bagus kalau kamu tahu,” ejek Josiah. “Sebentar, aku akan memberikan topi ini pada Emmy lalu kita bisa mengobrol.”“Siapa yang mau mengobrol bersamamu?”“Ck!” Josiah berdecak, lalu berdiri mendekati Emmy.“Em, kamu lupa membawa topi.” Josiah menghampiri Emmy dan memasang topi itu langsung di kepala Emmy. “Aku akan menunggumu di tempat biasa.”Emmy mengangguk. “Thanks,” katanya.Josiah mengusap rambut Emmy dan tindakan itu membuat Keenan mengerucutkan bibirnya. Matanya menatap tajam Josiah saat pria itu menghampirin

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   Lima Tahun Kemudian

    Begitu Liz dipindahkan ke ruang perawatan biasa, Lily dan Axel langsung menjenguknya. Liz tersenyum, memamerkan wajah pucat pasinya pada keduanya. Namun Lily mendengus kesal. Dia melipat kedua tangannya di dada, tapi tidak mau mendekat ke ranjang Liz.Liz tahu mereka berdua pasti sudah mengetahui kehamilannya. Dan dia juga tahu kenapa Lily memberinya reaksi seperti itu. Lily marah karena dia menyembunyikan kabar sebesar itu dari mereka, Liz pantas mendapatkan reaksi dingin seperti itu.“Kamu baik-baik saja?” tanya Axel, memilih mendekat ke ranjang rawat Liz.Dia mengangguk, lalu berusaha duduk. Axel membatu menumpuk bantal di belakang punggung Liz untuk membuatnya nyaman saat bersandar. Liz menatap Lily yang berdiri di dekat jendela. Dia melihat jauh ke luar, ke antara pepohonan rindang yang berjejer di sekeliling rumah sakit.“Maafkan aku,” kata Liz, setelah dalam ruangan itu hanya ada keheningan selama beberapa menit. “Aku tidak berniat menutupi semua ini dari kalian.”“Tapi nyatany

DMCA.com Protection Status