Petrus dan Alesha tertawa kekeh mendengar celetehan anak berusia lima tahun itu.Bagaimana bisa dia bicara soal calon istri di saat dia mungkin saja belum mengerti istri itu apa. Namun, tumbuh dan berkembang di sekeliling orang-orang cerdas, tentu membawa banyak pengaruh kepada anak-anak Petrus.Selain itu, keluarga Alesha juga bisa dikatakan orang-orang terpandang yang kecerdasannya tidak perlu diragukan lagi. Selain itu, Petrus dan Alesha juga tidak pernah lalai dan lengah dalam mendidik anak-anaknya agar pola pikir mereka tidak jauh tertinggal.Di rumah sakit, Bella masih menunggu dengan sabar di kursi yang berada di samping ranjang pembaringan Rayhan. Dia terus tersenyum tiap kali memandang wajah pria yang sudah sangat dicintainya itu. Sebenarnya, selama ini Bella sudah menyadari bahwa Rayhan bukanlah pria yang akan menikahinya tiga tahun lalu.“Aku sudah ada di sampingmu, Sayang. Kau sudah menjadi milikku sejak hari itu dan aku tidak akan pernah membiarkan orang lain merebutmu dar
Bella terperanjat saat mendengar pertanyaan itu dan langsung memutar kepalanya ke belakang. Dia melihat dengan jelas di depan pintu masuk ada seorang wanita yang berdiri memandangnya dengan tatapan yang heran dan juga tampak sangat khawatir.“Aku? Tentu saja aku akan memberikan obat pada calon suamiku. Siapa kau?” tanya Bella pura-pura tidak tahu dan langsung berdiri dengan anggun di samping ranjang Rayhan.“Ca-calon suami? Siapa yang kau sebut dengan calon suami? Apakah itu Rayhan? Kau dan dia akan menikah?”Pertanyaan itu beruntun dilontarkan oleh wanita yang tak lain adalah Vero itu kepada Bella. Vero memang sengaja datang ke rumah sakit karena tidak bisa lagi menahan rasa penasarannya tentang kesehatan Rayhan setelah dia mengirimnya ke rumah sakit tempo hari.Semua tentang Rayhan sudah terblokir dan tidak bisa ditemukan di situs pencarian mana pun. Hingga mau tidak mau akhirnya Vero harus meringankan langkah datang ke rumah sakit ini, mencari tahu sendiri kebenaran tentang kondisi
“Berita viral? Berita viral apa yang kau maksud?” tanya Vero tak bisa untuk tidak merasa penasaran dengan ucapan Bella tadi.“Kau tidak tahu? Kau terlihat sama seperti wanita bernama Vero di berita viral dua hari belakangan. Itu sebabnya aku memanggilmu dengan sebutan Vero tadinya. Maaf kalau aku salah,” jawab Bella dengan wajah terkejut yang dibuat-buat.“Tidak. Aku bukan wanita yang kau liat di berita viral itu. Aku bahkan baru kembali ke negara ini, mana mungkin sudah menjadi topik hangat apalagi sampai viral!” bantah Vero dengan cepat dan tangannya sudah terasa dingin sekarang.Vero sebenarnya merasa penasaran dengan keseluruhan isi berita yang katanya viral itu. Kemarin dia melihat hanya tentang dirinya yang datang dengan seorang kekasih dan anak berusia lima tahunan. Vero dikabarkan kembali dari kampung halamannya dan ternyata sudah membawa suami baru. Selama ini dia pergi karena bersembunyi dengan selingkuhannya itu hingga membuat Rayhan merasa terpukul karena ditinggalkan dan
Vero segera kembali ke tempat kerjanya dengan perasaan yang tidak bisa dia jelaskan. Hatinya masih terasa sakit ketika teringat ucapan Bella tadi, bahwa wanita itu akan segera menjadi istri Rayhan tidak lama lagi. Kata rindu Rayhan pada Bella tadi pun masih jelas terngiang dan terasa begitu menyesak di dada.“Kenapa aku merasa seperti ini? Apa salahnya jika mereka menikah? Aku pun sudah menikah dengan Marco dan aku tidak boleh egois untuk hal ini bukan?” tanya Vero dalam hatinya sambil memutar-mutar pensil di tangannya.Pikirannya tidak bisa tenang saat ini dan tidak bisa melukis sketsa gaun yang menjadi proyeknya kali ini. Vero harus menyelesaikan satu buah gaun pengantin yang konsepnya tidak biasa. Hal ini jelas membuat Vero harus bekerja keras dan tidak bisa main-main. Reputasinya dipertaruhkan saat pensil itu mulai menari di atas kertas putih yang bersih dan polos.“Ada apa, Vero? Sepertinya kau tidak dalam suasana hati yang baik sejak datang tadi?” tanya Paula – manager perusahaa
Hari ini Vero benar-benar tidak bisa melakukan apapun pada kertas putih kosongnya. Pikirannya terganggu dengan semua yang terjadi di rumah sakit tadi. Namun, Vero tetap profesiona dengan mencoba mencari inspirasi di situs internasional. Vero berusaha selalu update dalam model fashion yang akan selalu dibuatnya, karena dia ingin hasil karyanya memiliki nilai jual yang tinggi.“Halo, Marco. Ada apa?” tanya Vero saat menjawab panggilan masuk dari Marco – suaminya saat ini.“Aku hanya ingin bertanya, apakah kau sudah selesai bekerja? Aku dan William akan menjemputmu ke kantor jika kau sudah selesai bekerja,” jawab Marco dengan panjang lebar di seberang sana.“Aku hampir selesai sebenarnya. Tapi, aku membawa kendaraan sendiri. Kau lupa?” tanya Vero dengan nada yang direndahkan dan juga seperti setengah berbisik.“Oh iya. Sorry aku sungguh lupa akan hal itu. Sekarang aku dan William sedang dalam perjalanan.”“Dari mana kalian?”“Bukankah kau tahu kalau hari ini William mendaftar kelas music
Jantung Vero seperti akan berhenti berdetak saat mendengar penjelasan dari Ara. Wanita itu benar adalah Bella – kekasih Rayhan saat ini. Wanita yang tadi pagi dia temui sedang menjaga Rayhan di rumah sakit dan sepertinya pria itu pun sangat merindukan kekasihnya.Ara memandang heran pada Vero yang tidak bersuara setelah mendengar penjelasannya tadi. Gadis itu memang sangat baik dan lembut pada siapa saja. Namun, terkadang dia dijauhi karena terlalu jujur dan rajin bekerja. Berbeda dengan yang lainnya, yang memang banyak melakukan kesalahan secara sengaja dan tidak pernah ada yang melaporkan karena mereka semua sama.“Kau baik-baik saja, Vero? Atau mungkin kau mengenal nona itu? Aku yakin kau juga pasti pernah mendengar namanya atau bertemu dengannya,” ungkap Ara sekali lagi dengan senyum tulusnya.“Ah, tidak. Aku sama sekali tidak kenal dia, apalagi bertemu dengannya.” Vero membantah dengan cepat.“Kalau begitu, kau mungkin kenal dengan tuan mudanya? Aku dengar, kau pernah tinggal di
“Maaf, aku tidak ada maksud untuk membuatmu merasa seperti itu. Aku pikir semuanya mendapatkan fasilitas yang sama,” sesal Vero dengan tulus dan memberikan senyuman.“Tidak masalah. Aku hanya bercanda, Vero. jangan terlalu diambil hati apa yang baru saja aku katakan itu,” ucap Ara pula tak ingin membuat Vero merasa bersalah padanya.“Benarkah? Kau tidak merasa tersinggung dan berkecil hati untuk semua ini?”“Tidak. Sama sekali tidak, Sweety. Aku pernah ditawarkan tapi memang aku sengaja menolaknya, karena aku sudah punya mobil pemberian ayahku sendiri,” ungkap Ara menjelaskan hal yang sebenarnya kepada Vero.Dia memang tidak ada maksud untuk membuat Vero merasa bersalah padanya, hanya karena dia lebih senior di perusahaan ini. Namun, meskipun begitu tetap saja Ara merasa sedikit berkecil hati di dalam hati yang paling dalamnya. Vero yang baru sehari bekerja saja sudah langsung diberikan fasilitas mobil dinas yang juga bukanlah mobil murahan.Belum lagi, isu tentang Vero yang juga dise
“Tentu saja aku sangat yakin. Hanya Mami dan Daddy saja yang akan pergi bersama. Aku menunggu di rumah tidak masalah, asalkan nanti dibawakan makanan dan es krim yang lezat,” ungkap William menjawab pertanyaan Vero dengan penuh keyakinan dan juga semangat yang tinggi.“Apakah kau keberatan jika kita pergi berdua saja?” tanya Marco kepada Vero di depan William.Hal itu tentu saja membuat Vero merasa tidak sampai hati dan merasa canggung. Dia tidak ingin menolak permintaan William dan dia tidak bisa mengatakan hal itu secara langsung saat ini. Ingin rasanya Vero meminta maaf kepada Marco karena tidak ingin pergi berdua saja. Hanya saja, harapan William sudah sangat tinggi padanya malam ini dan tentu sebagai seorang ibu dia tidak ingin membuat anaknya tercinta merasa kecewa dan sedih.“Tentu saja tidak, Marc. Aku tidak mungkin keberatan makan malam bersama dengan suamiku sendiri. Bukan begitu, Sayang?” tanya Vero melemparkannya pada William untuk membuang rasa canggung dalam menjawab per
“Tidak perlu melakukan apa-apa. Cukup tetap di sini dan jangan pernah pergi lagi dari hidupku,” jawab Vero dengan suara yang nyaris tak terdengar.“Aku tidak akan pergi ke mana-mana lagi, Sayang. Aku akan tetap di sini bersamamu dan anak kita – William. Bersama Petrus dan Alesha, orang-orang yang selama ini setia menjaga kalian berdua selama aku tidak ada di sini.”“Benarkah? Kau tidak akan pernah pergi lagi? Apa kau bisa berjanji?”“Tentu saja aku berjanji padamu, Sayang. Aku tidak akan pernah lagi meninggalkanmu kecuali saat aku dipanggil Tuhan. Saat aku tiada pun, aku akan tetap di sisimu meski kau tidak bisa melihatku lagi,” ungkap Rayhan dengan penuh keharuan pada Vero.Alesha dan Petrus yang mendengarkannya merasa sangat terharu dan sedih. Apalagi, bagi Petrus itu adalah kali pertama dia mendengar Rayhan bicara sangat puitis dan menyentuh hati. Selama ini, Rayhan yang Petrus dan semua orang kenal adalah pria kejam tanpa rasa belas kasihan. Namun, kehadiran Vero dalam hidup Rayha
Tanpa diduga tubuh Vero merosot dan dengan cepat kedua tangan Rayhan menyambutnya. Vero tak sadarkan diri dan segera digendong kembali ke kamar oleh suami yang tampak begitu sangat mengkhawatirkannya. Tidak lupa juga sepasang suami istri yang selama ini sudah menjaga dan merawat Vero selama Rayhan tidak berada di rumah mewah ini.“Apa yang terjadi pada Vero?” tanya Alisha tentu saja dengan panik.“Sepertinya, Vero masih belum bisa menerima semua yang terjadi hari ini dengan baik. Jadi, pikiran dan perasaannya terlalu banyak bekerja dan membuat daya tahan tubuhnya kembali melemah,” terang Rayhan seolah tahu segalanya tentang Vero.“Bagaimana kau bisa tahu semua itu, Ray?”“Aku mengikuti semua perkembangan Vero meski aku tidak berada di sisinya selama ini, Al. Aku merasa ingin sekali terbang ke sini setiap waktu. Tapi, aku tidak bisa melakukan itu.”“Kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi?”“Kau tidak akan pernah bisa memahami semua yang terjadi di masa lalu, Al. Aku bersyukur karena kalia
Saat Alesha dan Petrus masuk ke ruang tengah rumah mewah itu, mereka melihat pemandangan yang sudah lama tidak terlihat di sana. Rayhan dan Vero bermesraan sambil menuruni anak tangga. Bersenda gurau layaknya pengantin baru yang masih hangat dalam memadu cinta.“sayang, apa kau lihat itu?” tanya Alesha pada Petrus dengan suara berbisik ke Alesha.“Tentu saja, Sayang. Penglihatanku masih sangat bagus untuk wanita seusia diriku.” Alesha menjawab dengan suara yang tak kalah halusnya lagi.“Kalau begitu, apa menurutmu kita akan tetap ke sana?”“Menurutku itu bukanlah pertanyaan yang harus dijawab, Sayang.”“Kalau begitu, mari kita kembali lagi ke rumah.”“Baiklah, Sayang.”Pasangan yang harmonis dan tampak awet muda itu pun berniat untuk berbalik kembali ke rumah mereka. Sejatinya, mereka tidak ingin mengganggu pasangan yang sedang di mabuk cinta untuk kedua kalinya itu. Meski usia mereka sudah tidak lagi muda, tapi semangat cinta jelas tampak masih sangat membara.Tanpa keduanya sangka,
Rayhan dan Vero menghabiskan waktu sekitar satu jam di dalam kamar untuk melepaskan kerinduan belasan tahun yang mereka tahan dan pendam. Tentu saja tidak satu pun dari orang yang ada di rumah itu berani mengganggu keduanya. Mereka tentu mengerti apa yang terjadi di dalam kamar pengantin baru itu.Di pavilliun tempat Alesha dan Petrus selama ini tinggal dan mengawasi William juga Vero selama Rayhan tidak ada bersama mereka.“Sayang, apa yang terjadi sebenarnya? Ke mana selama ini Rayhan pergi? Apa kau sungguh-sungguh tidak tahu ke mana dia pergi dan menghilang?” tanya Alesha dengan tatapan serius pada suaminya.“Aku benar-benar tidak tahu, Sayang. Apa kau tidak percaya padaku?”Rayhan justru balik bertanya setelah menjawab pertanyaan Alesha. Dia tidak menyangka jika itu adalah pertanyaan yang akan pertama dipertanyakan oleh Alesha saat mereka sampai di rumah.Meskipun begitu, tetap saja Petrus tidak bisa menyalahkan istrinya. Dia justru merasa bangga kepada Alesha. Setelah sekian lama
“Apa yang kau lakukan di sini, Sayang?”Pria yang sedang mengamati Rayhan dan Vero dari kejauhan itu pun terkejut mendengar suara wanita di dekatnya. Satu tangan juga terasa menyentuh pundaknya dengan sangat lembut. Pria itu tak lain adalah orang kepercayaan Rayhan yang tidak ingin lagi terjadi apa-apa pada majikannya yang baru saja kembali setelah belasan tahun pergi.“Sayang! Kau mengejutkanku,” kata Petrus pada istrinya – Alesha.“Kenapa kau harus terkejut? Memangnya, apa yang sedang kau lakukan di sini?” tanya Alesha dengan kening berkerut.“Aku sedang menjaga tuan muda dan istrinya, Sayang.”“Apa yang terjadi pada mereka? Di mana mereka sekarang?” tanya Alesha yang justru menjadi cemas.“Mereka ada di dalam mobil. Sepertinya, suasana sedang tidak bersahabat jika kita berada di sekitar mereka,” jawab Petrus yang sudah melihat dengan jelas semua hal yang terjadi di dalam aula tadi.“Aku mengerti, Sayang. Tentu saja kita tidak boleh mengganggu sepasang pengantin baru itu,” kata Ales
Rayhan tidak menyangka jika ternyata reaksi Vero akan seperti itu. Tadinya, dia sudah merasa bahagia karena akhirnya bisa kembali dan berkumpul lagi bersama Vero dan juga William. Namun, karena percakapannya bersama William barusan, ternyata Vero langsung marah.“Dad, tidak apa-apa. Aku sangat mengenal mami dan aku tahu dia hanya sedang syok saja. Sebaiknya, kita biarkan mami sendiri dulu,” jelas William kepada Rayhan dengan santai.“Tidak, Nak. Aku yang lebih mengenal mami-mu itu terlebih dahulu sebelum kau. Aku akan pulang bersamanya.” Rayhan membantah saran dari William.“Daddy benar juga. Tentu saja Daddy yang lebih mengenal mami dari pada aku, karena aku baru ada setelah kalian bersama.” William tersenyum menggoda pada ayahnya itu.Rayhan yang masih saja tampan seperti dulu, menyaingi ketampanan putra semata wayangnya dan jelas mencuri perhatian semua orang yang ada di sana. Apalagi, ketika tadi nama Vero dan Rayhan dipanggil untuk menemani William ke atas panggung, semua orang m
“Bolehkah aku bertanya padamu, Sayang?” tanya Rayhan dengan nada serius.“Tentu saja. Apa yang ingin kau tanyakan padaku? Aku akan menjawabnya dengan senang hati,” jawab Vero dengan senyuman yang cerah.Rayhan menggenggam tangan Vero dengan lembut tapi sangat erat. Mereka berdua sedang duduk di kursi undangan dan menyaksikan acara kelulusan putra semata wayang mereka. Tidak ada yang lebih membahagiakan dari pada hari ini bagi Veronica Sweet.Hari ini putranya di wisuda dan itu pertanda bahwa putranya itu benar-benar sudah dewasa. Selain itu, di hari yang istimewa ini pula Rayhan kembali pulang setelah bertahun-tahun hilang tanpa kabar dan membuat Vero terus menunggu dalam ketidak berdayaan bersama dengan harapan-harapan yang tinggi.“Aku hanya ingin tahu, kenapa kau terus menatapku seperti itu sejak tadi.” Rayhan berkata dengan suara setengah berbisik dan membuat Vero tersipu malu pada awalnya.“Kau ingin tahu kenapa?” tanya Vero pula dan Rayhan mengangguk pelan.Sebuah tarikan napas
Mereka sudah sampai di rumah sakit dan langsung mencari keberadaan Petrus dan juga Rayhan. Vero adalah yang paling panik karena Rayhan ternyata tidak ada di sana. Lelaki itu sudah langsung dipindahkan dan diberangkatkan menggunakan jet pribadi ke Amerika.Sementara Petrus sudah melewati masa-masa kritisnya dan hal itu membuat Alesha merasa tenang. Tidak ada yang bisa dia lakukan untuk Vero saat ini selain memberikan penghiburan saja. Petrus juga tidak berani mengatakan di mana alamat Rayhan dirawat di Amerika kepada Vero.“Sayang ... tenang dan sabarlah menunggu. Semoga ada kabar baik tentang Rayhan sebentar lagia dari dokternya,” ucap Alesha yang ingin menghibur Vero dalam hal ini.Sudah tiga hari sejak Petrus sadarkan diri dan masih dirawat dengan intensif di rumah sakit itu. Alesha selalu menemani suaminya itu tanpa henti dan begitu pula Vero yang setiap hari datang ke sana untuk mencari tahu kabar tentang Rayhan.“Aku akan sabar menunggu dan tidak akan bosan datang ke sini untuk b
Tubuh Vero merosot ke lantai aspal saat mendengar yang baru saja dikatakan dan dijelaskan oleh Alesha. Dia sudah keluar dari dalam mobil dan mencoba menenangkan Alesha yang tampak sangat cemas dan juga takut. Akan tetapi, saat ini justru dia lah yang tampak paling terguncang.“Vero, ayo bangun! Ayo kita periksa mereka ke rumah sakit. Aku tidak bisa tenang sampai kau datang. Tadinya, aku ingin pergi terlebih dahulu karena tidak sabar menunggumu. Tapi, aku rasa kita memang harus pergi bersama,” ungkap Alesha pada Vero dengan banjir air mata saat ini.“Katakan padaku bahwa semua ini tidak benar, Al. Katakan sekali lagi bahwa kabar ini semuanya bohong. Dia hanya ingin membuatku merasa bersalah dan kembali padanya. Bukan kah begitu?” tanya Vero pula dengan deraian air mata tak berhenti sejak tadi.Alesha masih berusaha membujuknya untuk berdiri, karena saat ini Vero masih duduk di lantai aspal yang keras. Panasnya aspal itu tidak lagi dirasakan oleh Vero karena pikirannya entah sudah ke ma