Miana kembali ke tengah pesta saat semuanya sudah selesai dia bicarakan dengan Leny. Kedatangannya seperti tidak diinginkan oleh Ramon saat ini, dan terlihat pria itu sama sekali tidak peduli apakah Miana kembali kepadanya atau tidak setelah dari toilet tadi.“Kau tidak mencariku sejak tadi?” tanya Miana berbasa basi memecah keheningan di antara dia dan Ramon.“Tidak. Untuk apa aku mencarimu? Bukankah sudah jelas kalau kau ke toilet? Sungguh pertanyaan yang sangat tidak masuk di akal,” jawab Ramon masih dengan nada ketus.“Kau benar. Tapi, aku pergi cukup lama bukan? Kau tidak khawatir sama sekali akan hal itu?” tanya Miana lagi yang masih penasaran.“Tidak. Aku sama sekali tidak peduli akan hal itu. Kau pergi bersama ibumu, kenapa aku harus khawatir!”Miana sungguh tidak bisa lagi berkata-kata karena semuanya sudah dijawab dengan tegas oleh Ramon. Pria itu tidak seperti para suami pada umumnya yang bahkan akan menawari sang istri untuk ditemani saat mengatakan ingin ke toilet. Namun,
Malam itu, sekali lagi Miana dan Ramon melakukan aktifitas ranjang dengan penuh gairah. Lagi-lagi, Miana merekam semuanya tanpa sepengetahuan Ramon tentu saja. Ramon begitu bersemangat bercinta dengan Miana, yang padahal dia sedang membayangkan bercinta dengan Vero.“Aku suka gaya yang seperti ini!” serunya dengan penuh semangat dan menepuk pantat Miana yang kini sedang berada di depannya.Dogy style dipasang dan Ramon menunggangi Miana dengan kegagahaannya. Miana sengaja mengeluarkan desahan dan lenguhan kenikmatan yang benar-benar membuat Ramon semakin bergairah. Itulah seorang pria, seperti apapun dia berkata cinta pada wanita lain, dia tetap tidak akan bisa menolak gairah dan kenikmatan yang disajikan di depan mata kepalanya seperti sekarang.“Aku akan sampai ...,” ucap Ramon yang sudah mempercepat ritme hentakannya di dalam sana.“Aakkhh ... aaakhh ... buang di dalam saja, Sayang. Aku sangat ingin mengandung benih darimu,” sahut Miana dan berusaha menahan cairan kenikmatan itu ti
Tiga bulan sudah berlalu sejak pernikahan Ramon dan Miana. Begitu pula dengan perginya Vero bersama Rayhan dan saat ini Vero sudah bekerja di salah satu perusahaan yang tidak terlalu terkenal di sana. Padahal, Rayhan sudah menawarkan pekerjaan di perusahannya agar Vero tidak susah payah pergi dan pulang setiap harinya.“Aku tidak ingin dia menemukanku dan aku tidak ingin lagi berhubungan dengannya. Aku harap kau bisa mengerti,” ungkap Vero saat di mana Rayhan memintanya untuk bergabung di perusahaannya itu. Menjadi sekretaris pribadinya dan tentu saja itu salah satu cara Rayhan untuk bisa terus melindungi dan mengawasi Vero dari jarak dekat.Pagi itu, keduanya tampak sudah rapi dalam balutan seragam kerja masing-masing. Vero dan Rayhan memang tinggal dalam satu rumah. Rayhan tidak bisa membiarkan Vero tinggal sendirian, karena dia adalah orang yang bertanggung jawab atas hidup Vero dan anak dalam kandungan wanita itu. Ya, Vero saat ini tengah mengandung tiga bulan dan itu membuatnya t
Vero sampai di perusahaan tempatnya bekerja dan tentu saja sahabatnya langsung datang menyerbu. Alesha dan Catrine datang mendekatinya dan langsung mengelus perut membuncit Vero saat ini. Hal itu jelas membuat Vero merasa senang dan juga mempengaruhi suasana hati bayi dalam kandungannya.“Kalian terlalu berlebihan. Aku merasa malu diliat semua orang,” ucap Vero yang masih tersenyum dengan manis.“Kenapa kau harus malu saat kau mendapatkan banyak cinta untuk bayi dalam kandunganmu ini?” tanya Catrine dengan nada yang sangat riang.“Aku malu dipandang orang, seperti dunia ini milik kita bertiga saja,” kata Vero lagi dan ketiganya berjalan menuju ruangan tempat mereka bekerja.“Biarkan saja orang menganggap seperti itu. Memang dunia ini milik kita bertiga.”“No! Siapa bilang bertiga? Bukannya kita ber empat?” tanya Alesha kepada kedua sahabatnya itu dengan kening berkerut.Vero dan Chatrine saling memandang dan akhirnya tertawa lepas. Tentu saja Vero dihitung menjadi dua dengan bayi dala
“Sayang, dengarkan aku dulu. Ini semua tidak seperti yang kau liat dan kau pikirkan. Aku bisa menjelaskan semuanya padamu,” ucap Dave dengan nada memohon dan sambil memakai kembali pakaiannya di depan semua orang tanpa ada rasa malu.“Aku tidak butuh penjelasan apa-apa lagi darimu. Pertunangan kita batal dan tidak ada pernikahan. Aku juga akan mengundurkan diri dari perusahaan ini,” pekik Catrine yang tidak bisa lagi dikendalikan.“Tenang, Babe. Jangan buat emosi dan tenagamu untuk hal yang tidak bermutu seperti ini,” ucap Alesha berusaha menghibur Catrine.Sementara Vero hanya bisa diam dan tidak bisa berkata apapun saat ini. Dia tidak tahu apa yang harus dia katakan kepada Catrine untuk bisa memberikan penghiburan pada sahabatnya itu. Vero justru teringat pada kisahnya sendiri yang ibarat kata waktu itu berada di posisi sang sekretaris dan Dave itu adalah Ramon.Sedangkan Catrine adalah Miana dan tanpa wanita itu memergoki dirinya dengan Ramon dulu pun, Vero sudah sering mendapatkan
Dalam waktu singkat, Vero sudah berada di bangsal rumah sakit terbesar di kota itu. Alesha dan Catrine yang mengikuti Vero dibawa oleh orang-orang berjas hitam dan berkacamata hitam itu sungguh tidak mengerti. Yang mereka tahu Vero adalah gadis biasa sama seperti mereka dan memiliki seorang suami yang juga dari kalangan orang biasa.Yang terjadi saat ini tentu saja membuat mereka berdua merasa heran dan bertanya-tanya. Orang-orang itu menyebut Vero dengan sebutan nona muda dan juga memperlakukan Vero layaknya seorang wanita yang berasal dari keluarga bangsawan, sangat dijaga dan juga dihormati.“Apa kau merasa ada yang aneh, Al?” tanya Catrine dengan suara berbisik pada Alesha.“Ya. Aku rasa Vero sudah menyembunyikan identitas aslinya dari kita,” jawab Alesha dengan nada datar.“Kau benar, Babe. Dia seperti seorang tuan putri di keluarganya dan dia diperlakukan cukup terhormat oleh para ajudan itu,” ungkap Catrine yang masih menunggu kabar terbaru dari Vero.Vero masih diperiksa di da
“Tuan Muda Rayhan,” panggil seorang dokter yang baru saja keluar dari dalam ruang pemeriksaan.Rayhan yang masih berhadapan dengan Catrine dan ada Petrus juga di sana, langsung saja menoleh. Mereka tidak serentak memandang ke arah dokter yang memanggil nama Rayhan dan lagi-lagi dengan sebutan tuan muda. Jelas saja hal itu kembali menjadi tanda tanya besar dalam benak Catrine dan juga Alesha. Akan tetapi, mereka mencoba untuk tidak membahas masalah itu saat ini.“Aku di sini, Dok. Bagaimana keadaan istriku?” tanya Rayhan yang langsung menghampiri dokter itu di ambang pintu masuk.“Ayo kita bicara di dalam sambil Anda liat keadaan nona Vero saat ini.” Dokter itu tidak menjawab, tapi mengajak Rayhan masuk ke dalam kamar perawatan.“Baik. Ayo kita lakukan sekarang,” sahut Rayhan menurut.“Apa boleh kami ikut, Dok? Kami sahabatnya.”“Iya, Dok. Kami yakin Vero akan senang saat melihat kami ada di dekatnya saat ini.”“Izinkan kami ikut ke dalam, Dok.”Alesha dan Catrine yang merasa bersalah
“Untuk sementara waktu, kami hanya bisa memberikan penanganan seperti ini kepada nona Vero. Tidak bisa memberikan perawatan yang lebih karena mengingat kandungannya sangat lemah. Tuan Muda boleh menungguinya di sini sampai sadar. Kami tentu saja akan terus memantau perkembangannya,” terang Steve dengan lugas dan jelas kepada Rayhan.“Baiklah kalau begitu. Aku akan di sini sampai di sadar.”“Segera tekan bell itu jika terjadi perubahan pada nona Vero,” ucap Steve dan menunjuk sebuah tombol di samping ranjang tempat tidur Vero saat ini.“Oke. Tidak masalah.” Rayhan menyahut dengan singkat dan datar.Steve merasa tidak ada lagi yang harus dia jelaskan kepada Rayhan dan kemudian memilih untuk pergi dari ruangan itu bersama dua orang perawat yang sejak tadi setia menemaninya dan membantunya merawat Vero. Steve adalah seorang dokter muda yang berbakat dan sangat ahli dalam masalah kandungan. Dia spesialis kandungan terbaik dan tentu saja termuda.Di luar ruangan, Steve melihat Catrine dan A
Saat Alesha dan Petrus masuk ke ruang tengah rumah mewah itu, mereka melihat pemandangan yang sudah lama tidak terlihat di sana. Rayhan dan Vero bermesraan sambil menuruni anak tangga. Bersenda gurau layaknya pengantin baru yang masih hangat dalam memadu cinta.“sayang, apa kau lihat itu?” tanya Alesha pada Petrus dengan suara berbisik ke Alesha.“Tentu saja, Sayang. Penglihatanku masih sangat bagus untuk wanita seusia diriku.” Alesha menjawab dengan suara yang tak kalah halusnya lagi.“Kalau begitu, apa menurutmu kita akan tetap ke sana?”“Menurutku itu bukanlah pertanyaan yang harus dijawab, Sayang.”“Kalau begitu, mari kita kembali lagi ke rumah.”“Baiklah, Sayang.”Pasangan yang harmonis dan tampak awet muda itu pun berniat untuk berbalik kembali ke rumah mereka. Sejatinya, mereka tidak ingin mengganggu pasangan yang sedang di mabuk cinta untuk kedua kalinya itu. Meski usia mereka sudah tidak lagi muda, tapi semangat cinta jelas tampak masih sangat membara.Tanpa keduanya sangka,
Rayhan dan Vero menghabiskan waktu sekitar satu jam di dalam kamar untuk melepaskan kerinduan belasan tahun yang mereka tahan dan pendam. Tentu saja tidak satu pun dari orang yang ada di rumah itu berani mengganggu keduanya. Mereka tentu mengerti apa yang terjadi di dalam kamar pengantin baru itu.Di pavilliun tempat Alesha dan Petrus selama ini tinggal dan mengawasi William juga Vero selama Rayhan tidak ada bersama mereka.“Sayang, apa yang terjadi sebenarnya? Ke mana selama ini Rayhan pergi? Apa kau sungguh-sungguh tidak tahu ke mana dia pergi dan menghilang?” tanya Alesha dengan tatapan serius pada suaminya.“Aku benar-benar tidak tahu, Sayang. Apa kau tidak percaya padaku?”Rayhan justru balik bertanya setelah menjawab pertanyaan Alesha. Dia tidak menyangka jika itu adalah pertanyaan yang akan pertama dipertanyakan oleh Alesha saat mereka sampai di rumah.Meskipun begitu, tetap saja Petrus tidak bisa menyalahkan istrinya. Dia justru merasa bangga kepada Alesha. Setelah sekian lama
“Apa yang kau lakukan di sini, Sayang?”Pria yang sedang mengamati Rayhan dan Vero dari kejauhan itu pun terkejut mendengar suara wanita di dekatnya. Satu tangan juga terasa menyentuh pundaknya dengan sangat lembut. Pria itu tak lain adalah orang kepercayaan Rayhan yang tidak ingin lagi terjadi apa-apa pada majikannya yang baru saja kembali setelah belasan tahun pergi.“Sayang! Kau mengejutkanku,” kata Petrus pada istrinya – Alesha.“Kenapa kau harus terkejut? Memangnya, apa yang sedang kau lakukan di sini?” tanya Alesha dengan kening berkerut.“Aku sedang menjaga tuan muda dan istrinya, Sayang.”“Apa yang terjadi pada mereka? Di mana mereka sekarang?” tanya Alesha yang justru menjadi cemas.“Mereka ada di dalam mobil. Sepertinya, suasana sedang tidak bersahabat jika kita berada di sekitar mereka,” jawab Petrus yang sudah melihat dengan jelas semua hal yang terjadi di dalam aula tadi.“Aku mengerti, Sayang. Tentu saja kita tidak boleh mengganggu sepasang pengantin baru itu,” kata Ales
Rayhan tidak menyangka jika ternyata reaksi Vero akan seperti itu. Tadinya, dia sudah merasa bahagia karena akhirnya bisa kembali dan berkumpul lagi bersama Vero dan juga William. Namun, karena percakapannya bersama William barusan, ternyata Vero langsung marah.“Dad, tidak apa-apa. Aku sangat mengenal mami dan aku tahu dia hanya sedang syok saja. Sebaiknya, kita biarkan mami sendiri dulu,” jelas William kepada Rayhan dengan santai.“Tidak, Nak. Aku yang lebih mengenal mami-mu itu terlebih dahulu sebelum kau. Aku akan pulang bersamanya.” Rayhan membantah saran dari William.“Daddy benar juga. Tentu saja Daddy yang lebih mengenal mami dari pada aku, karena aku baru ada setelah kalian bersama.” William tersenyum menggoda pada ayahnya itu.Rayhan yang masih saja tampan seperti dulu, menyaingi ketampanan putra semata wayangnya dan jelas mencuri perhatian semua orang yang ada di sana. Apalagi, ketika tadi nama Vero dan Rayhan dipanggil untuk menemani William ke atas panggung, semua orang m
“Bolehkah aku bertanya padamu, Sayang?” tanya Rayhan dengan nada serius.“Tentu saja. Apa yang ingin kau tanyakan padaku? Aku akan menjawabnya dengan senang hati,” jawab Vero dengan senyuman yang cerah.Rayhan menggenggam tangan Vero dengan lembut tapi sangat erat. Mereka berdua sedang duduk di kursi undangan dan menyaksikan acara kelulusan putra semata wayang mereka. Tidak ada yang lebih membahagiakan dari pada hari ini bagi Veronica Sweet.Hari ini putranya di wisuda dan itu pertanda bahwa putranya itu benar-benar sudah dewasa. Selain itu, di hari yang istimewa ini pula Rayhan kembali pulang setelah bertahun-tahun hilang tanpa kabar dan membuat Vero terus menunggu dalam ketidak berdayaan bersama dengan harapan-harapan yang tinggi.“Aku hanya ingin tahu, kenapa kau terus menatapku seperti itu sejak tadi.” Rayhan berkata dengan suara setengah berbisik dan membuat Vero tersipu malu pada awalnya.“Kau ingin tahu kenapa?” tanya Vero pula dan Rayhan mengangguk pelan.Sebuah tarikan napas
Mereka sudah sampai di rumah sakit dan langsung mencari keberadaan Petrus dan juga Rayhan. Vero adalah yang paling panik karena Rayhan ternyata tidak ada di sana. Lelaki itu sudah langsung dipindahkan dan diberangkatkan menggunakan jet pribadi ke Amerika.Sementara Petrus sudah melewati masa-masa kritisnya dan hal itu membuat Alesha merasa tenang. Tidak ada yang bisa dia lakukan untuk Vero saat ini selain memberikan penghiburan saja. Petrus juga tidak berani mengatakan di mana alamat Rayhan dirawat di Amerika kepada Vero.“Sayang ... tenang dan sabarlah menunggu. Semoga ada kabar baik tentang Rayhan sebentar lagia dari dokternya,” ucap Alesha yang ingin menghibur Vero dalam hal ini.Sudah tiga hari sejak Petrus sadarkan diri dan masih dirawat dengan intensif di rumah sakit itu. Alesha selalu menemani suaminya itu tanpa henti dan begitu pula Vero yang setiap hari datang ke sana untuk mencari tahu kabar tentang Rayhan.“Aku akan sabar menunggu dan tidak akan bosan datang ke sini untuk b
Tubuh Vero merosot ke lantai aspal saat mendengar yang baru saja dikatakan dan dijelaskan oleh Alesha. Dia sudah keluar dari dalam mobil dan mencoba menenangkan Alesha yang tampak sangat cemas dan juga takut. Akan tetapi, saat ini justru dia lah yang tampak paling terguncang.“Vero, ayo bangun! Ayo kita periksa mereka ke rumah sakit. Aku tidak bisa tenang sampai kau datang. Tadinya, aku ingin pergi terlebih dahulu karena tidak sabar menunggumu. Tapi, aku rasa kita memang harus pergi bersama,” ungkap Alesha pada Vero dengan banjir air mata saat ini.“Katakan padaku bahwa semua ini tidak benar, Al. Katakan sekali lagi bahwa kabar ini semuanya bohong. Dia hanya ingin membuatku merasa bersalah dan kembali padanya. Bukan kah begitu?” tanya Vero pula dengan deraian air mata tak berhenti sejak tadi.Alesha masih berusaha membujuknya untuk berdiri, karena saat ini Vero masih duduk di lantai aspal yang keras. Panasnya aspal itu tidak lagi dirasakan oleh Vero karena pikirannya entah sudah ke ma
Sebenarnya Vero mengetahui semua itu dari mulut Rayhan langsung ketika pria itu mabuk dan pertama kalinya mereka bertemu lagi setelah lima tahun berpisah. Vero tidak punya alasan untuk tidak percaya pada semua yang diucapkan Rayhan pada saat itu.Jadi, dia mengatakan yang sebenarnya kepada William saat ini karena merasa putranya berhak tahu yang sesungguhnya. Tidak ada lagi dusta yang ingin Vero rajut dalam hidupnya saat ini. Terlalu banyak kebohongan dan juga kepalsuan sehingga membuatnya menjadi tidak berdaya.“Sekarang, apa yang terjadi pada ayahku itu?” tanya William setelah beberapa saat mereka saling berdiam diri di dalam kendaraan roda empat itu.“Dia pingsan dan tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Tapi, dia memang sedang dalam keadaan yang tidak baik sejak kemarin.” Vero menjawab dengan tegas dan juga keyakinan penuh.“Dari mana Mami tahu kalau dia dalam keadaan yang tidak sehat?” tanya William mulai menginterogasi ibunya itu.“Aku merawatnya semalaman, Willy! Aku ada di
“Kau mau ke mana?” tanya Marco dan menghalangi langkah Vero.“Aku ada urusan penting. Untuk sekali ini, aku meminta tolong padamu untuk menjaga William,” jawab Vero yang hatinya sudah semakin hambar kepada lelaki di hadapannya itu.“Aku melarangmu pergi!” seru Marco dengan nada tegas.“Kau tidak berhak melarangku!” balas Vero pula tak kalah tegas.“Tentu saja aku berhak. Itu ada di dalam surat perjanjian kita di nomor delapan. Pihak pertama berhak meminta atau melarang pihak kedua dalam satu hal yang terjadi di kemudian hari,” jelas Marco membacakan lagi isi perjanjian pernikahan yang sudah mereka tanda tangani bersama.Vero terdiam dan tidak bergeming sedikit pun setelah mendengar penjelasan dari Marco itu. Memang benar seperti yang Marco katakan itu dan tidak bisa dipungkirinya lagi. Namun, tetap saja Vero tidak bisa untuk tidak pergi kali ini karena Rayhan dalam bahaya.Dia tidak tahu apa dan bagaimana keadaan pria itu sekarang dan dari nada bicaranya Alesha tadi, jelas Vero menget