Rayhan segera menuju sebuah rumah sakit karena orang suruhan Leny itu mengantarkan Vero ke rumah sakit. Wanita itu masih pingsan dengan wajah yang pucat karena belum mendapatkan penanganan setelah berjuang melawan rasa sakit sekitar satu jam lebih. Rayhan menemaninya di sisi ranjang dengan perasaan khawatir.“Aku pasti tidak akan pernah memaafkan mereka yang sudah membuatmu seperti ini, Vero!” gumamnya dan terus menunggu Vero untuk sadar.Dokter yang memeriksa keadaan Vero mengatakan bahwa wanita itu pingsan karena asam lambungnya naik dan terlambat dibawa ke rumah sakit. Jadi, sekarang dia dirawat dengan insentif di rumah sakit itu dan identitasnya dirahasiakan oleh Rayhan.“Di-mana aku?” tanya Vero terbata-bata saat baru saja membuka matanya dan semuanya masih tampak blur.“Kau ada di rumah sakit. Tenanglah, kau aman bersamaku,” jawab Rayhan yang langsung senang karena Vero sudah sadar dari pingsannya.“Oh. Kau datang tepat waktu, Ray. Aku merasa pusing tiba-tiba dan kepalaku berput
Vero masih dirawat di rumah sakit karena dokter belum mengizinkannya untuk pulang. Hal itu tentu saja juga menguntungkan bagi Rayhan karena dia bisa bersama wanita yang disukainya itu tanpa adanya Ramon. Sampai saat ini pun Ramon tidak tahu kalau Vero dirawat di rumah sakit, karena dia masih sibuk dengan persiapan pernikahannya.“Apa yang kurang menurutmu, Sayang?” tanya Miana dengan sangat manja.“Tidak ada. Semuanya justru terlalu berlebihan menurutku,” jawab Ramon ketus.“Ini tidak ada apa-apanya dengan pernikahan temanku yang hanya menjadi menantu seorang guru. Kita jangan sampai terlihat sederhana saat menikah, Sayang.” Miana jelas kesal karena sejak tadi hanya dia saja yang sibuk mempersiapkan dan memikirkan semuanya.“Aku tidak peduli tentang semua itu, Mia. Kau tahu, aku sangat lelah sekarang!”“Besok kita akan menikah dan kau mengatakan lelah? Kau pikir aku tidak lelah? Kau bahkan tidak melakukan atau memikirkan apapun sejak tadi,” gerutunya lagi dengan nada kesal.Wanita itu
Malam itu ternyata Ramon benar-benar tidak bisa menahan gairah bercintanya dan kemudian membuat malam yang dinantikan oleh Miana akhirnya terwujud. Dia meniduri Miana setelah sekian lama dan malam itu sangat panjang bagi Miana karena dia sangat menikmati semuanya.“Ouugghh ... shit! Kau benar-benar membuatku gila, Ramon Sayang!” lenguh Miana di sela percintaan mereka yang semakin memanas.Miana kini berada di atas tubuh kekar Ramon dan mengambil kendali permainan mereka yang tadi dipegang oleh Ramon. Kedua tangan Ramon kini berada di kedua sisi pinggang Miana. Dia membantu wanita itu bergerak turun naik memompa tubuhnya sendiri.“Aaarrghh ... aku selesai!” erang Ramon dengan keras dan sangat kuat menahan tubuh Miana yang menekan pada tubuhnya.Sesuatu yang hangat terasa mengisi rahim Miana yang saat ini masih dalam posisi duduk di atas tubuh Ramon. Pria itu terkulai lemas tak berdaya dengan sisa-sisa tenaganya. Sudah dua jam dia dan Miana saling meraih puncak kenikmatan yang akhirnya
Malam itu Vero tidak bisa tidur karena pikirannya jelas bercabang. Dia tahu esok pagi adalah hari yang akan sangat mengubah segalanya. Apapun tentang Ramon tidak lagi sama dan Vero tentu saja harus tahu diri akan hal itu. Jika selama ini dia masih mau bermain api dengan Ramon, semata-mata karena pria itu belum menikah.Besok, setelah pernikahan itu resmi dan Ramon juga sudah sah menjadi suami Miana, mana mungkin Vero masih ada nyali untuk bersamanya. Andai saja Ramon tetap ingin menjalin hubungan tanpa status dengannya, tentu saja Vero tidak akan pernah mau.“Semua tidak akan lagi sama mulai besok. Aku ... aku harus siap untuk semua perubahan itu dan aku tidak akan pernah berharap apapun lagi darinya. Sejak awal, aku sediri yang salah karena nekat bermain api dengannya. Padahal, aku tahu dia bukanlah pria yang sanggup untuk aku gapai dan aku bukan wanita yang pantas untuknya,” ungkap Vero dengan suara gumaman yang sangat kecil.Dia tidak ingin mengusik tidur Rayhan yang kini berbaring
Pesta pernikahan sudah berlangsung tapi Ramon terlihat tidak fokus. Saat ini, dia sudah resmi menjadi suami istri dengan Miana. Miana tampak sangat bahagia dan selalu tersenyum lebar saat menanti para tamu yang datang untuk memberikan ucapan selamat kepadanya dan Ramon. Namun, berbeda dengan Ramon yang hanya diam dan kaku di tempatnya berdiri.Dia selalu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan dan sepertinya masih tidak melihat orang yang dinantikannya. Dia yakin jika Vero sudah membaca pesan darinya bahwa wanita itu harus datang ke pesta pernikahannya hari ini. Jika tidak, Ramon tidak akan segan kepadanya karena Ramon benar-benar ingin melihat dirinya saat ini.“Kenapa kau tidak fokus dari tadi, Ramon?” tanya Steve yang menyadari kegelisahan putranya itu.“Aku menunggu Rayhan, Dad. Sepertinya, dia belum datang sejak tadi pagi. Ke mana anak itu?” tanya Ramon pula setelah menjawab pertanyaan Steve – ayah kandungnya yang membuat dia terpaksa harus tetap menikah dengan Miana hari ini
Miana kembali ke tengah pesta saat semuanya sudah selesai dia bicarakan dengan Leny. Kedatangannya seperti tidak diinginkan oleh Ramon saat ini, dan terlihat pria itu sama sekali tidak peduli apakah Miana kembali kepadanya atau tidak setelah dari toilet tadi.“Kau tidak mencariku sejak tadi?” tanya Miana berbasa basi memecah keheningan di antara dia dan Ramon.“Tidak. Untuk apa aku mencarimu? Bukankah sudah jelas kalau kau ke toilet? Sungguh pertanyaan yang sangat tidak masuk di akal,” jawab Ramon masih dengan nada ketus.“Kau benar. Tapi, aku pergi cukup lama bukan? Kau tidak khawatir sama sekali akan hal itu?” tanya Miana lagi yang masih penasaran.“Tidak. Aku sama sekali tidak peduli akan hal itu. Kau pergi bersama ibumu, kenapa aku harus khawatir!”Miana sungguh tidak bisa lagi berkata-kata karena semuanya sudah dijawab dengan tegas oleh Ramon. Pria itu tidak seperti para suami pada umumnya yang bahkan akan menawari sang istri untuk ditemani saat mengatakan ingin ke toilet. Namun,
Malam itu, sekali lagi Miana dan Ramon melakukan aktifitas ranjang dengan penuh gairah. Lagi-lagi, Miana merekam semuanya tanpa sepengetahuan Ramon tentu saja. Ramon begitu bersemangat bercinta dengan Miana, yang padahal dia sedang membayangkan bercinta dengan Vero.“Aku suka gaya yang seperti ini!” serunya dengan penuh semangat dan menepuk pantat Miana yang kini sedang berada di depannya.Dogy style dipasang dan Ramon menunggangi Miana dengan kegagahaannya. Miana sengaja mengeluarkan desahan dan lenguhan kenikmatan yang benar-benar membuat Ramon semakin bergairah. Itulah seorang pria, seperti apapun dia berkata cinta pada wanita lain, dia tetap tidak akan bisa menolak gairah dan kenikmatan yang disajikan di depan mata kepalanya seperti sekarang.“Aku akan sampai ...,” ucap Ramon yang sudah mempercepat ritme hentakannya di dalam sana.“Aakkhh ... aaakhh ... buang di dalam saja, Sayang. Aku sangat ingin mengandung benih darimu,” sahut Miana dan berusaha menahan cairan kenikmatan itu ti
Tiga bulan sudah berlalu sejak pernikahan Ramon dan Miana. Begitu pula dengan perginya Vero bersama Rayhan dan saat ini Vero sudah bekerja di salah satu perusahaan yang tidak terlalu terkenal di sana. Padahal, Rayhan sudah menawarkan pekerjaan di perusahannya agar Vero tidak susah payah pergi dan pulang setiap harinya.“Aku tidak ingin dia menemukanku dan aku tidak ingin lagi berhubungan dengannya. Aku harap kau bisa mengerti,” ungkap Vero saat di mana Rayhan memintanya untuk bergabung di perusahaannya itu. Menjadi sekretaris pribadinya dan tentu saja itu salah satu cara Rayhan untuk bisa terus melindungi dan mengawasi Vero dari jarak dekat.Pagi itu, keduanya tampak sudah rapi dalam balutan seragam kerja masing-masing. Vero dan Rayhan memang tinggal dalam satu rumah. Rayhan tidak bisa membiarkan Vero tinggal sendirian, karena dia adalah orang yang bertanggung jawab atas hidup Vero dan anak dalam kandungan wanita itu. Ya, Vero saat ini tengah mengandung tiga bulan dan itu membuatnya t
Mereka sudah sampai di rumah sakit dan langsung mencari keberadaan Petrus dan juga Rayhan. Vero adalah yang paling panik karena Rayhan ternyata tidak ada di sana. Lelaki itu sudah langsung dipindahkan dan diberangkatkan menggunakan jet pribadi ke Amerika.Sementara Petrus sudah melewati masa-masa kritisnya dan hal itu membuat Alesha merasa tenang. Tidak ada yang bisa dia lakukan untuk Vero saat ini selain memberikan penghiburan saja. Petrus juga tidak berani mengatakan di mana alamat Rayhan dirawat di Amerika kepada Vero.“Sayang ... tenang dan sabarlah menunggu. Semoga ada kabar baik tentang Rayhan sebentar lagia dari dokternya,” ucap Alesha yang ingin menghibur Vero dalam hal ini.Sudah tiga hari sejak Petrus sadarkan diri dan masih dirawat dengan intensif di rumah sakit itu. Alesha selalu menemani suaminya itu tanpa henti dan begitu pula Vero yang setiap hari datang ke sana untuk mencari tahu kabar tentang Rayhan.“Aku akan sabar menunggu dan tidak akan bosan datang ke sini untuk b
Tubuh Vero merosot ke lantai aspal saat mendengar yang baru saja dikatakan dan dijelaskan oleh Alesha. Dia sudah keluar dari dalam mobil dan mencoba menenangkan Alesha yang tampak sangat cemas dan juga takut. Akan tetapi, saat ini justru dia lah yang tampak paling terguncang.“Vero, ayo bangun! Ayo kita periksa mereka ke rumah sakit. Aku tidak bisa tenang sampai kau datang. Tadinya, aku ingin pergi terlebih dahulu karena tidak sabar menunggumu. Tapi, aku rasa kita memang harus pergi bersama,” ungkap Alesha pada Vero dengan banjir air mata saat ini.“Katakan padaku bahwa semua ini tidak benar, Al. Katakan sekali lagi bahwa kabar ini semuanya bohong. Dia hanya ingin membuatku merasa bersalah dan kembali padanya. Bukan kah begitu?” tanya Vero pula dengan deraian air mata tak berhenti sejak tadi.Alesha masih berusaha membujuknya untuk berdiri, karena saat ini Vero masih duduk di lantai aspal yang keras. Panasnya aspal itu tidak lagi dirasakan oleh Vero karena pikirannya entah sudah ke ma
Sebenarnya Vero mengetahui semua itu dari mulut Rayhan langsung ketika pria itu mabuk dan pertama kalinya mereka bertemu lagi setelah lima tahun berpisah. Vero tidak punya alasan untuk tidak percaya pada semua yang diucapkan Rayhan pada saat itu.Jadi, dia mengatakan yang sebenarnya kepada William saat ini karena merasa putranya berhak tahu yang sesungguhnya. Tidak ada lagi dusta yang ingin Vero rajut dalam hidupnya saat ini. Terlalu banyak kebohongan dan juga kepalsuan sehingga membuatnya menjadi tidak berdaya.“Sekarang, apa yang terjadi pada ayahku itu?” tanya William setelah beberapa saat mereka saling berdiam diri di dalam kendaraan roda empat itu.“Dia pingsan dan tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Tapi, dia memang sedang dalam keadaan yang tidak baik sejak kemarin.” Vero menjawab dengan tegas dan juga keyakinan penuh.“Dari mana Mami tahu kalau dia dalam keadaan yang tidak sehat?” tanya William mulai menginterogasi ibunya itu.“Aku merawatnya semalaman, Willy! Aku ada di
“Kau mau ke mana?” tanya Marco dan menghalangi langkah Vero.“Aku ada urusan penting. Untuk sekali ini, aku meminta tolong padamu untuk menjaga William,” jawab Vero yang hatinya sudah semakin hambar kepada lelaki di hadapannya itu.“Aku melarangmu pergi!” seru Marco dengan nada tegas.“Kau tidak berhak melarangku!” balas Vero pula tak kalah tegas.“Tentu saja aku berhak. Itu ada di dalam surat perjanjian kita di nomor delapan. Pihak pertama berhak meminta atau melarang pihak kedua dalam satu hal yang terjadi di kemudian hari,” jelas Marco membacakan lagi isi perjanjian pernikahan yang sudah mereka tanda tangani bersama.Vero terdiam dan tidak bergeming sedikit pun setelah mendengar penjelasan dari Marco itu. Memang benar seperti yang Marco katakan itu dan tidak bisa dipungkirinya lagi. Namun, tetap saja Vero tidak bisa untuk tidak pergi kali ini karena Rayhan dalam bahaya.Dia tidak tahu apa dan bagaimana keadaan pria itu sekarang dan dari nada bicaranya Alesha tadi, jelas Vero menget
Sebuah tamparan mendarat di pipi Marco untuk pertama kalinya, dan tangan Vero lah yang sudah memberikan tanda kemerahan berbentuk jari di sana. Semua itu reflek dilakukan oleh Vero karena merasa tidak terima dengan ucapan yang dilontarkan Marco.“Kau menamparku, Vero?” tanya Marco tak percaya.Sebelah tangannya menahan rasa perih di pipi yang masih berbekas kemarahan itu. Sedikit meringis menahan rasa sakit yang tidak bisa dipungkirinya, Marco masih menatap nyalang pada Vero.“Itu pantas untuk kau dapatkan, Marc! Ucapanmu itu sudah sangat keterlaluan dan tidak bisa aku terima!”“Bukan kah semua itu benar? Kau sudah bermalam dengannya dan menghabiskan malam penuh gairah bukan? Siapa dia? Dia hanya mantan suamimu dan kau rela memberikan tubuhmu padanya. Lalu, siapa aku? Aku adalah suamimu dan seharusnya aku yang lebih berhak atas dirimu,” ungkap Marco dengan sangat berang menatap Vero.Sekali lagi hati Vero terasa dicabik-cabik saat mendengar ucapan Marco yang tak beralasan itu. Dia mem
“Apa yang terjadi di sana semalaman?”“Tidak terjadi apa-apa. Tolong jangan membahas hal itu lagi, Marc! Aku tidak ingin membahasnya.”“Tapi, aku dan William mencemaskanmu semalaman. Tidak adakah hal yang ingin kau jelaskan pada kami?”“Tidak ada yang perlu dijelaskan dan tidak ada yang perlu kau tahu. Bukan kah sejak awal sudah kita sepakati bahwa tidak akan mencampuri urusan pribadi masing-masing? Aku tidak pernah bertanya hal pribadimu dan tidak pernah ikut campur, Marc. Jadi, tolong jangan melewati batasanmu!” ungkap Vero dengan nada tegas dan baru kali ini dia berbicara seperti itu kepada Marco.Cukup terkejut Marco mendengar ocehan yang dilontarkan oleh Vero beberapa detik lalu itu. Namun, saat ini dia jelas tidak bisa mendebat wanita yang kini duduk di sisi ranjangnya. Marco memang sengaja meminta izin untuk masuk ke dalam kamar Vero untuk berbicara empat mata.Mereka sudah sampai di rumah setengah jam yang lalu dan nyaris tidak ada percakapan selama dalam perjalanan pulang. Ha
“Bagaimana sekarang, Sayang? Aku tidak mau Vero terluka dengan niat Rayhan itu. Aku juga tidak ingin membuat Rayhan tersisksa dengan hubungan mereka yang justru memburuk setelah bertemu dari perpisahan yang sangat lama ini,” ungkap Alesha yang menahan langkahnya di pertengahan anak tangga.“Tenanglah, Sayang. Jangan memikirkan hal yang terlalu jauh untuk saat ini. Mungkin tuan muda hanya merasa emosi saat ini.” Petrus mencoba menenangkan Alesha dari dugaannya itu.“Apa kau pikir dia tidak akan benar-benar merebut Richard dari Vero?” tanya Alesha sedikit ragu.“Aku berharap itu tidak akan terjadi. Tuan muda bahkan tidak melirik putranya sama sekali tadi,” jawab Petrus pula dan mengingat sikap dingin Rayhan pada William tadi.“Itu tidak bisa menjadi acuan bahwa dia tidak peduli dan tidak menginginkan putranya, Sayang.”“Aku akan mencoba untuk membujuknya dan memberikan saran yang lain.”“Saran apa? Aku tahu bahwa Vero adalah wanita yang keras kepala dan dia tidak akan mengubah keputusa
Rayhan menghentikan tangannya yang hendak menuangkan air hangat ke dalam gelas. Sorot matanya tajam menatap ke arah Vero. Wanita itu terlihat begitu terkejut mendapatkan tatapan seperti itu dari Rayhan. Tatapan yang tajam dan seakan ingin mengoyak jantung Vero saat ini juga.“Kau siapa? Beraninya kau memerintahku di rumahku sendiri!” seru Rayhan dengan sinis.Tidak pernah sebelumnya Vero berpikir jika pria itu akan mengatakan hal sekasar itu padanya. Namun, tetap saja Vero tidak boleh gentar dan terlihat begitu lemah. Dia tersenyum tipis pada lelaki yang baru saja ingin dirawatnya sepenuh hati. “Aku memang bukan siapa-siapa di sini. Baiklah, kalau begitu aku akan segera pamit. Aku tidak ingin terlalu lama di sini dan membuat suamiku menunggu!”“Suami yang bahkan tidak pernah menyentuhmu?” tanya Rayhan dengan nada mengejek.“Kau tahu apa tentang rumah tanggaku dengan istriku?” tanya sebuah suara yang entah sejak kapan berada di dalam ruangan itu bersama mereka.Vero mengalihkan pandang
Mata Alesha bergerak ke arah anak tangga dan melihat jika di sana Rayhan sudah berhenti mengayunkan langkah kakinya saat mendengar ucapan Vero tadi. Wajah Rayhan tampak merah padam yang mungkin saja kini sedang merasa marah atau kecewa tingkat tinggi pada Vero.“Jangan katakan itu, Vero sayang. Kau tidak bisa mengeluarkan kata-kata palsu seperti itu, dan aku tahu apa yang sebenarnya kau rasakan!” ucap Alesha berusaha membuat Vero mengubah pengakuannya. Dia ingin Vero akhirnya jujur pada perasaannya sendiri tanpa disadarinya.“Tidak, Alesha. Aku tidak lagi mencintainya dan aku tidak ingin lagi kembali bersamanya. Aku sudah bahagia dengan suami dan putraku saat ini. Aku ingin menjalani hidup yang normal seperti yang selalu aku inginkan sejak dulu. Aku mendapatkan semuanya saat aku bersama Marco,” ungkap Vero pula dan dengan helaan napas yang terasa berat dia memaksakan tersenyum.“Kau hanya merasa nyaman dan tenang karena tidak ada yang menghantuimu dengan status. Tapi, kau tidak pernah