Betapa bahagia suasana makan siang itu, mereka menyantap makanan dengan suka cita. Sedangkan Carol terlihat duduk bersama keluarga Abraham, sebagai perwakilan dari Camellia.
"Hem ... tampaknya baju kamu terlihat masih basah" tanya Camelia pada Rizki.
"Oh iya, maafkan saya Nona" jawab Rizki salah tingkah celingak celinguk mencari tissue atau saputangan.
"Ini pakailah" ucap Camelia sambil memberikan Rizki saputangan katun sutra miliknya.
Rizki bingung sekaligus bahagia, Camelia juga tidak sabar menunggu Rizki yang hanya diam saja, dengan spontan dia mengelap anggur yang membasahi kemeja putih Rizki, Camellia memang tidak suka melihat baju oranglain berantakan atau ada sedikit kotoran. Rizki semakin berdebar sa
"Lihat-lihat dong mas kalo jalan" jawab Rizki terlihat kesal karena bahunya sedikit sakit. Padahal yang menabrak Dia karena berjalan terburu-buru, sedangkan Posisi Gio sedang berdiri diam dan tidak menghalangi jalan. "Sekali lagi maaf Tuan" ucap Gio lagi. Padahal sebenarnya Dia bukan yang salah. "Dasar manusia rendahan" dengus Rizki kemudian pergi menuju tempat tujuan yaitu Toilet pria. Gio melihat saputangan katun sutra di bawah lantai, Dia bertanya-tanya milik siapa itu, tetapi tampaknya bukan milik siapapun, karena tidak ada yang mencari dan mengambilnya, daripada dibuang petugas pembersih, Gio akhirnya mengambil sapu tangan yang tergeletak itu. Gio melihat dan menelaah sapu tangan yang berukiran bo
Camelia hanya tersenyum saat melihat tingkah genit Nyonya Rizh, di meja ujung sana tampak Nyonya Abraham tidak begitu menyukai kedekatan Camelia dengan Nyonya Rizh, padahal mereka berdua pada kenyataanya berteman dalam ruang lingkup ibu-ibu sosialita, satu grup arisan juga. "Tante, Om ayo sudah waktunya kita makan siang" ajak Camelia sambil menyodorkan piring pada kedua orang tua tersebut. "Oh iya, iya, ayo semua makan, mari makan siang" jawab Tuan Rizh kemudian menerima piring dari Camelia. Setelah selesai makan, tampak terlihat Carol dan Danish menghampiri Camelia
"Apa sih? Ayo kita kejar, mau nggak?" Tanya Andi. "Kamu kan masih kerja di sini?" Gio balik bertanya. "Iya, masih ada tugas, takut dipanggil, ya udah kamu aja yang ngejar, Aku tanya-tanya infonya ntar tentang Idola kamu itu, demi kamu kawan" jawab Andi sambil menepuk pundak Gio. "Ya udah, Kamu kerja dulu, makasih yah Di, Aku ke bawah dulu" ucap Gio kemudian berjalan di belakang para Penjaga keamanan artis idolanya, Dia sangat berharap bisa bertemu dengan Artis idolanya itu hari ini juga. Sepanjang mengikuti para penjaga, Gio tak hentinya bertanya-tanya tentang gadis lavendernya yang kembali muncul terendus wanginya, jika dilihat pun yang berada di depan para penjaga itu adalah Camelia Zahra, Artis Violinist,
Semua yang hadir di Ballroom tersebut yaitu Carol, Danish, para penjaga sang artis dan para desain interior termasuk para pekerjanya untuk persiapan konser sang artis tersebut, sementara terdiam dan terpaku saat sang artis berdiri di atas panggung yang masih berantakan itu sambil mulai memainkan Biolanya. Carol tersenyum kemudian berdiri sambil menutup matanya, fokus pada suara gesekan Biola yang memilukan hati para pendengarnya. Seketika ruangan hening, hanya suara Biola melantunkan musik yang berirama lirik dari To Love You More yang dinyanyikan oleh Diva Amerika yaitu Celine Dion. Camelia mulai pada lirik pertamanya, … Take me back in the arms I love Need me like you did before Touch me once again
"Iya, Mil turun Mil cepet jangan berdiri di situ, Paman Thomas tolong segera jaga pintu, pak, pak, pak tolong yang lain tolong banget jaga pintu atau jangan sampai ada celah orang bisa masuk ruangan ini" perintah Carol sambil berteriak-teriak dengan lantang. Para penjaga mengerti jika ada kebocoran, untuk itu mereka menjaga ketat setiap celah di ruangan tersebut. Carol dan Danish nampak melihat kesana kemari, keatas dan kebawah, karena siapa tahu paparazi itu berada diatas mereka. "Kameramen di mana yah, tolong cek pak ada yang bocor, cek posisi orang tersebut dari mana ngambil videonya" perintah Carol pada seorang kameramen yang berdiri jauh di belakang kursi penonton. "Danish, please jagain adikku, Aku takut ada penguntit juga, pengawalan kita juga sedikit nih" ucap
"Kok Cafe sih? Adikmu lho lagi gawat" tanya Danish begitu kesal dan panik. "Aku tahu, tapi kita berdiri disini juga nggak aman, kalo diawasi gimana? Adikku gak mungkin bisa datangi kita kalo kita berdiri di tempat terbuka kaya gini" jawab Carol sedikit berteriak. "Oh oke kalo gitu kita ke Cafe di atas aja biar bisa sambil mantau?" Tanya Danish yang akhirnya sedikit mengerti strategi Carol. ☆☆☆☆☆ Camelia bersembunyi di dalam Toilet yang lokasinya dekat dengan Ballroom, para penggemar fanatiknya yang entah dari mana datangnya itu masih terdengar mencarinya. Setelah dirasa toilet kosong, Camelia segera keluar dari bilik toilet tersebut, Dia
"Oke, kalau begitu ayo?" Ajak Camelia. Si pria asing tersebut mengangguk lalu berjalan di samping Camelia, tampak beberapa orang melihat Camelia yang sedang berjalan menunduk tersebut. "Apa mereka mengenalku?" Tanya Camelia pada Pria disampingnya. "Siapa yang tidak mengenalmu, Aku pikir semua orang sangat mengagumimu, termasuk Aku" jawab pria asing tersebut. "Apakah penampilanku buruk?" Tanya Camelia lagi. Pria tersebut menghentikan langkahnya, kemudian membungkukkan tubuhnya, melihat penampilan Camelia dari ujung rambut hingga ujung kakinya. "Sangat cantik dan fashionable,
"Berapa semua? Aku ganti ih malu Aku, udah ditolongin, dijajanin pula" Tanya Camelia merengek. "Tidak apa-apa, kamu kan sudah bayar aku tadi" jawab Giovanni. "Ngaco, dibayar pake apaan?" Tanya Camelia. "Pake genggaman tangan kamu" jawab Gio. Membuat Camelia tersipu malu. "Tapi, semalam juga kan kamu udah nolongin Aku?" Tanya Camelia lagi. "Iya, tapi kamu juga udah bayar" jawab Gio lagi. "Bayar? Bayar pake apaan?" Tanya Camelia terlihat sangat heran. "Bayar pake kecupan" jawab Gio lagi.
Setibanya di cafe tempat Samuel dan Leonard bernaung, Leonard segera melihat ponsel miliknya, disana tidak ada pesan satupun, dari siapapun. Terlebih lagi dia memang tidak memiliki teman selain samuel, Richie, Alice dan Aurora. Dia bahkan tidak menghubungi keluarga ataupun asisten terpercayanya seperti Oliver juga Justin saat dia sudah memiliki ponsel dari tips yang dia kumpulkan beberapa minggu yang lalu hasil dari ngmen jari jemarinya menekan piano di cafe itu.''Lihat ponsel terus? Berharap seseorang membalas chat mu?'' Goda Samuel sambil membereskan barang belanjaan yang baru saja dibelinya dari Supermarket.''Ya, pas dilihat kosong.'' Keluh Leonard terdengar lemas.''Ya, makanya jangan terlalu berharap pada manusia kalau kamu tidak ingin kecewa.'' Protes Samuel.''Dasar sok bijak.'' Dengus Leonard dan dia kembali membaringkan tubuhnya di atas sofa yang biasa dijadikan tempatnya berbaring.''Sudahlah … jangan terlalu dipikirkan, jika masih kepikiran, itu namanya kamu sedang jatuh
''Mikirin apa, sampai-sampai melayang tanpa nyawa seperti itu?'' tanyaLeonard setengah berbisik.''Aku memikirkan, apa kamu tahu jika aku suruh membeli sauce tomat untuk bahan barbeque nanti malam?" balas Samuel, pertanyaannya keluar dari topik yang sedang dipikirkannya sedari tadi.''Tentu saja aku tahu, perasaan aku tidak sedungu penilaianmu. Eh, ngomong-ngomong tentang orang dungu, kamu tahu jika ada yang lebih dungu daripada aku?'' tanya Leonard, matanya mendadak berbinar, wajahnya yang tadi murung kini ceria.''Siapa? Ibumu?""Opps maaf kawan, kualat," celetuk Samuel lalu segera menutup mulutnya karena telah sembarangan bicara.''Bukan …," jawab Leonard santai saja, karena dia tahu jika Samuel tidak bermaksud menghina ibunya itu, perkataan tadi spontan keluar dari mulutnya saja.''Pamanmu?'' Tebak Samuel lagi.Terlihat Leonard menggelengkan kepalanya, raut wajahnya mulai kesal.''Oliver? Justin?'' Tebak Samuel lagi dan Leonard masih menjawab dengan gelengan kepala alias bukan ked
Pebisnis kaya lain yang juga filantropis pada masa lalu adalah pendiri perusahaan otomotif Ford, Henry Ford yang mendirikan yayasan sumbangan terbesar di Amerika. Juga industrialis Jean Paul Getty yang membuat institusi seni terkaya di dunia. Penulis American Foundations Mark Dowie mengatakan, meski tujuan dari sumbangan yang mereka keluarkan berbeda, mereka memberikan satu motivasi yang sama: "Rasa bersalah, narsisme, paternalisme, keinginan untuk keabadian dan cinta kemanusiaan."Zaman sekarang, tradisi beramal itu tetap ada. Banyak orang menyebut, orang kaya dermawan saat ini adalah filantropis modern. Orang terkaya dunia yang masih hidup, Bill Gates yang punya kekayaan mencapai US$ 79 miliar mendirikan yayasan amal bersama istrinya Melinda Gates pada tahun 2000. Yayasan itu bernama Bill and Melinda Gates Foundation. Bill telah mendonasikan US$ 28 miliar ke yayasannya. Dia juga mengajak orang terkaya kedua dunia, Warren Buffet untuk ikut menyumbang. Buffet secara bertahap mendonasi
Samuel tahu, jika sudah tradisi sebagai seseorang yang menyandang predikat sebagai orang kaya pastinya akan selalu dipertanyakan tentang amal mereka, entah itu pencitraan ataupun benar-benar ingin berbagi hartanya yang sudah sangat melimpah dan tidak akan habis ratusan turunan itu, karena ternyata tradisi tersebut tak hanya terjadi di zaman sekarang saja. Orang terkaya dunia sepanjang masa Andrew Carnegie adalah miliarder pertama yang menjadi filantropis, bahkan sebelum Bill Gates lahir apalagi Mark Zuckerberg menjadi ikon yang digemari para orang kaya yang ingin mengikuti jejaknya.Bahkan pada zaman dahulu, tumbuhnya industri telah menciptakan pemisah kekayaan antara pekerja di bawah dan dengan pimpinan yang kala itu disebut robber baron alias perampok. Robber baron kala itu diartikan sebagai kapitalis dan orang kaya yang tidak bermoral. Dalam rangka mengatasi ketidakseimbangan ini, dan mungkin juga untuk meningkatkan reputasi mereka saat mendekati masa tuanya, beberapa pebisnis terk
Samuel mengangguk-anggukkan kepalanya, meskipun matanya melihat dan membaca barang yang akan dibeli, tetapi telinganya begitu tajam mendengarkan setiap ucapan yang Giovanni lontarkan untuknya, kini dia merasa jika dia benar-benar memiliki seorang teman, sahabat bahkan saudara. Karena sebelumnya dia tidak pernah sedekat ini dengan seseorang, hal ini terjadi bukan karena dia mengetahui bahwa yang bersamanya ini jelmaan miliarder tapi lebih kepada kepribadian Giovanni yang sangat menakjubkan itu, dia rendah hati, tidak mau ambil pusing, setia kawan dan sangat pintar.''Ayo kita lanjutkan perbincangan kita di cafe saja, aku rasa cukup sudah kita berbelanja hari ini.'' Ajak Samuel lalu berbalik arah menuju antrian kasir, Giovanni terlihat mengekor sambil melihat sekeliling.''Apakah aneh?'' tanya Samuel dengan dahi mengkerut.''Maksudnya?'' Giovanni balik bertanya.''Maksudku, kamu seperti orang udik yang baru pertama kali masuk supermarket.'' Jawab Samuel sambil menutupi mulutnya karena m
Sore harinya Samuel mengajak Giovanni untuk pergi ke supermarket dan berbelanja membeli masakan yang akan mereka masak nanti malam, Samuel merencanakan pesta kecil-kecilan untuknya juga sahabat barunya yang baru saja dia dapatkan setelah beberapa minggu ini selalu menemaninya dalam mengelola Cafe.''Oh iya Gio, apa kalian berdua masih berhubungan?'' tanya Samuel ambigu, hingga Giovanni tidak mengerti apa yang dimaksud temannya itu.''Maksudmu apa? Bicaralah yang jelas.'' Jawab Giovanni sambil memilih sesuatu yang dia butuhkan untuk dibeli di supermarket itu.''Maksudku … kamu dan nona selebritis itu.'' Jelas Samuel.''Oh, entahlah … dia tidak membalas beberapa pesan yang aku kirim dari kemarin malam.'' Jawab Giovanni terlihat kekecewaan di wajahnya.''Ah mungkin dia sibuk, kamu sungguh hebat bisa dekat dengan selebritis seterkenal itu.'' Puji Samuel sambil berjalan pelan dan memasuk-masukan barang belanjaannya ke dalam stroller yang sedang di dorongnya itu.''ya … itulah nasib baikku,
''Hanya kamu yang tidak tahu apa-apa, kasihan sekali ck ck ck … sungguh malang nasibmu, apa jadinya jika status anak harammu itu terungkap? Bukan hanya kamu tapi ayah, ibumu dan kakak perempuanmu akan malu, hingga mereka tidak memiliki muka.'' Lanjut Samuel lagi, kali ini dia berniat akan habis-habisan menghina adik tirinya itu dengan maksud supaya dia sadar dan tahu batasan bahwa dirinya dan dia adalah dua orang yang berbeda.''Awas kamu anak buangan, aku akan adukan penghinaanmu ini pada ayah dan ibuku, lihat saja nanti bagaimana ayah akan menghukummu.'' Ancam Rizki karena dia sudah kehabisan kata-kata untuk melawan kakak tirinya itu.''Ya silahkan saja, aku tidak takut.'' Jawab Samuel seolah sengaja menantang adik tirinya itu tanpa memperlihatkan rasa takut sedikitpun, dulu dia memang selalu takut pada ayahnya tapi kini dia tidak merasakan hal itu lagi, kali ini dia benar-benar tidak peduli lagi meskipun harus dicoret dari buku silsilah keluarganya itu.Rizki terlihat begitu marah
Samuel menghentikan gerakan bersih-bersihnya untuk sesaat, dia terlihat tertawa sendiri, kini Rizki yang dibuat geram oleh sikap kakak tirinya itu karena sama sekali tidak terpengaruh dengan semua ejekan dan hinaannya. ''Kenapa tertawa? Apa ada yang lucu?'' tanya Rizki dengan wajah merengut karena heran. Samuel menggelengkan kepalanya dan masih tertawa senang, "apa aku tidak salah dengar? Bahwa kamu memiliki teman? Siapa yang mau berteman denganmu Riz? Hahaha.…'' kini berbalik Samuel yang mengejek adik tirinya itu. ''Apa maksudmu? Tentu saja aku memiliki teman, memangnya kamu? Tinggal di tempat sampah ini dengan sejuta kesepian.'' Dengus Rizki terlihat tidak terima dengan ejekan kakak tirinya itu.''Setahuku tidak ada yang mau berteman dengan orang yang sombong sepertimu. Jadi, daripada melayanimu terus menerus, lebih baik tinggalkan saja. Lama-lama orang sombong itu akan menyesal sendiri karena mereka tak memiliki teman sama sekali. Jadi? Siapa sih temanmu itu? Setahuku kamu tidak
''Ya, terserah kamu saja Riz, hanya saja hari ini kamu tidak akan mendapatkan keinginanmu itu, lagipula... aku sedang sangat sibuk, tidak ada waktu meladenimu.'' Dengus Samuel lalu dia pergi ke belakang dan beberapa saat kemudian datang dengan membawa ember sepaket dengan alat pel lantai.Dia tahu jika meladeni Rizki tidak akan pernah ada habisnya, hal yang bisa dia lakukan adalah mengabaikannya, intinya Jangan biarkan orang yang sombong seperti adik tirinya itu merusak kepercayaan dirinya. Jadi cukup abaikan saja dia dan jangan sampai dia mempengaruhinya. Malah sebaliknya, kalau dia menanggapinya dengan serius, dia bisa semakin menjadi-jadi. Karena menghadapi James sangat berbeda dengan menghadapi seorang teman yang sering bersikap sombong, mereka bisa saja diperlakukan dengan sebaliknya yakni dengan menunjukkan kesederhanaan. Ini bisa menjadi tamparan yang keras buat mereka bahwa tak selamanya bersikap sederhana itu hal yang rendahan.''Sebenarnya apa salahku kak? Kenapa kamu begitu