Joya memanjangkan lehernya mencoba mencari sahabatnya di Bandara Internasional Ngurah Rai, matanya sama sekali tidak bisa menemukan di mana Szasza berada.
“Ke mana sih, kamu?” tanya Joya sambil melihat layar ponselnya, berharap menemukan panggilan dari Szasza atau chat. Nihil, tidak ada notifikasi apa pun.
Joya melihat papan pengumuman yang menampilkan tentang waktu kedatangan dan keberangkatan. Joya yakin, pesawat Szasza sudah mendarat tapi, ke mana sahabatnya ini? Please, jangan bilang Byan menghalanginya lagi karena nafsunya yang besar membuat Szasza tidak bisa ke Bali untuk liburan. Mesum.
Kring ... Kring ....
“Iya, Sza kamu di mana?” tanya Joya saat mengangkat teleponnya.
“Aku di taksi, Joya.”
“Lah, kok bisa? Aku sudah di Bandara ini dari tadi, kok bisa kamu sudah di taksi?” tanya Joya.
“Aku tadi cari kamu nggak ketemu, Byan resek paksa aku buat cepat-cepat ke hotel dan video call. Padahal aku bilang lagi cari kamu, tapi,
Hai ... mungkin kalian anggap ini bab nggak penting pas baca, tapi, bab ini harus ada. Karena bakal jadi, alasan Gege untuk menolong Joya nantinya. Kapan? Nanti aja tungguin ... hehehe ... Salam Kellon dari Gallon. Papay
Joya masuk ke dalam taxi online yang sudah Joya pesan dan setelah menyebutkan tujuannya, Joya duduk dengan manis di kursi sambil menatap pemandangan di luar taksi. “Mbak, nggak keberatan kalau saya nyalain radio?” tanya sopir itu. “Nggak, nyalain saja, Pak.” Joya sama sekali tidak berkeberatan mendengarkan radio. Sedetik kemudian mengalun lembut musik dari audio mobil, membuat Joya memejamkan matanya untuk menikmati alunan musik. Sampai .... “Breaking News, semuanya tahukan siapa Naomi? Artis Indonesia yang namanya sedang digunjingkan semenjak pernikahannya gagal dilangsungkan?” Kelopak mata Joya langsung terbuka saat mendengar berita di radio, ada gosip apa lagi ini tentang Naomi dan Fajar? Jangan sampai dia terseret ke dalam skandal mereka berdua, nama baiknya bisa terancam. “Iya, bener banget Madam Manggo Banana, aku inget banget sama Naomi. Pernikahannya gagal karena dia menghilang dari lokasi acara, tapi, menurut gosip yang bereda
Fajar melepaskan kecupannya di bagian kewanitaan Joya, membuat Joya terkesiap membendung kekecewaan.“Jar, ini nggak jadi?” tanya Joya cepat.Fajar dengan cepat menggendong tubuh Joya dan membawanya ke beranda kamar Joya. “Jadi, tapi, aku mau di sini.”“Ngaco kamu Jar. Ini di luar kamar, kalau ada yang lewat bagaimana?” tanya Joya cemas sambil melihat ke kanan dan ke kiri, ada perasaan waswas menyelimutinya. Pikirannya langsung kalut.“Sensasi, Joy.” Fajar mendekati Joya, lengan-lengan kokohnya merangkul tubuh Joya, merapatkan dadanya dengan payudara Joya yang bagian putingnya sudah mengeras.“Fajar.”Joya merasakan bibir Fajar yang lembut dan manis, menekan bibirnya meleburkan ketegangan otot-otonya dan membuyarkan pikirannya bahwa saat ini ia sedang berada di beranda kamarnya yang untungnya menghadap langsung ke privat beach dan tidak ada seorang pun di sana.Bibir Fajar ya
“Joy.” Fajar membangunkan Joya dari tidurnya, dengan cara menghujani wajah Joya dengan kecupan.“Fajar,” rengek Joya sambil mendorong-dorong bahu Fajar pelan, “aku masih ngantuk ini.”“Anak perawan nggak boleh bangun siang-siang.” Fajar menyentuh ujung hidung kekasihnya dengan gemas.Aneh mendengar Fajar mengatakan kalimat itu, anak perawan katanya? Joya rasanya ingin menarik mulut Fajar dan berkata kalau dia sudah tidak perawan lagi dan Fajarlah yang mengambil semua miliknya. Mengikatnya.“Siapa yang anak perawan?” tanya Joya sambil menekan wajahnya ke dada Fajar, menghirup wangi alami kekasihnya.“Lupa aku kamu nggak perawan, Joy. Anak perawan nggak ada yang seliar tadi di kamar mandi.” Fajar mengenang apa yang Joya lakukan saat mereka bercinta di bath up kamar mandi. Kekasihnya itu benar-benar liar dan membuat seluruh bagian tubuhnya mendapatkan kenikmatan.Kekehan ke
Jemari Fajar menyelusuri tengkuk Joya, memberikan sensasi nyaman. “Jar, apa?” tanya Joya saat merasakan bibir Fajar mulai menyelusuri tengkuknya.“Kita sudah di dalam bath up hampir dua Jam, Joy.” Fajar mengingatkan Joya betapa lamanya mereka di sana, kulit-kulitnya sudah mengerut seperti jeruk purut karena menemani Joya di dalam bath up.“Hahaha ... kamu kalau mau duluan, duluan saja. Aku masih mau di sini,” ungkap Joya sambil menyentuh air hangat yang keluar dari kran air. Air di dalam bath up sudah beberapa kali di ganti oleh Fajar, agar tetap hangat. Sepertinya, kekasihnya itu tidak ingin Joya kedinginan.“Kamu ini titisan putri duyung atau apa sih? Aku perhatiin kamu kalau mandi lama.” Fajar mengelus punggung Joya pelan, campuran air dan sabun membuat badan Joya licin.“Aku suka Jar, aku suka mandi lama-lama kalau lagi banyak pikiran,” ucap Joya.Kepala Joya saat ini benar-benar berat
"Joya." Langkah Joya terhenti saat sedang berjalan mendekati salah satu meja makan, "Szasza." "Maaf ya, kemarin aku ninggalin kamu di Bandara, sumpah Byan bikin kepala aku pusing dan yang bikin kesal pas aku sampai dia lagi nangkring saja di kursi terus teriak kejutan. Ih ... minta aku tarik kepalanya, kesel," cerocos Szasza kesal bukan main dengan kelakuan Byan yang sangat suka seenaknya. "Eh ... untunglah, kalau kamu ke kamar bisa-bisa kamu malah ketemu aku sama Fajar." Joya benar-benar melupakan keberadaan Szasza, pesona seorang Fajar benar-benar membuyarkan konsentrasinya. "Sudah aku duga, pantes nggak nelepon atau nyariin aku. Ternyata sedang terlena dan terbuai di bawah selimut nafsu," kekeh Szasza sambil mengedipkan sebelah matanya. "Eh ... bukannya anda sama saja?" tanya Joya sambil menunjuk hidung Szasza. Ekspresi kaget langsung terlihat dari wajah Szasza, "Eh ... kamu ya, kok kaya begitu sih?" "Bokis, sumpah ya." Joya
“Janji, Joy, aku bakal cari kamu sampai pelosok dunia.” Fajar mengeratkan pelukannya.“Baguslah, jadi aku bisa kabur dengan tenang,” kekeh Joya sambil menatap pemandangan di sekitarnya, angin yang keras memainkan rambutnya dan membuat tubuhnya sedikit kedinginan. Untungnya, lengan-lengan kokoh Fajar mampu menghangatkan dirinya.“Di sini enak ya.” Joya mengusap-usap lengan Fajar yang sedang melingkar di dadanya. “Sejuk dan bikin aku bisa mikir jernih, kayanya kalau ada apa-apa aku bakal ke Bali dan datang ke sini, buat merenung.”“Note, aku bakal catat di pikiran aku kata-kata kamu ini.”“Kenapa?”“Karena, kalau kamu kabur berarti tinggal cari ke sini, pasti kamu lagi duduk manis dan mikir kenapa kamu ninggalin aku. Palingan sambil nangis,” ucap Fajar sambil membayangkan Joya duduk sendirian sambil menangis tersedu-sedu karena menyesal ia tinggalkan.“Ka
“Kamu cemburu?” tanya Joya kaget, aneh rasanya merasakan dicemburui oleh lawan jenis. Ini adalah pengalaman pertama Joya merasakan itu semuanya.“Iya, Joy. Aku cemburu, dia siapa?” tanya Fajar sambil memundurkan kembali mobilnya, Fajar membutuhkan kejelasan sehingga demi keselamatan dirinya dan Joya dia lebih suka memarkirkan mobilnya.“Dia Gege,” jawab Joya seraya membuka seat belt-nya dan duduk menghadap Fajar, sepertinya pembicaraannya dengan Fajar akan lama.“Ngapain dia di sini?” Fajar melakukan hal yang sama dengan Joya sehingga mereka berdua saling bertatapan.“Eh ... ia apa si Gege di sini ya?” Joya malah balik bertanya pada Fajar yang membuat Fajar hanya bisa menahan tawanya karena melihat ekspresi bingung Joya yang menggemaskan.“Kamu itu ya, bisa saja bikin aku ketawa. Kenapa coba dia di sini?” tanya Fajar.“Sebentar,” ucap Joya sambil mengambil po
"Beneran kita nggak usah kenal?" tanya Fajar setelah sampai parkiran Bandara Internasional Ngurah Rai Bali.Waktu benar-benar berlalu dengan cepat bagi Fajar dan Joya, tak terasa mereka akhirnya harus kembali ke realita, hari ini adalah waktunya mereka kembali bekerja sebagai seorang pilot dan pramugari. Namun, ada perasaan gugup bercampur cemas yang Joya rasakan untuk perjalanan kali ini.Hari ini pertama kalinya Joya dan Fajar bekerja sebagai sepasang kekasih yang parahnya harus mereka berdua tutupi atas permintaan Joya. Joya ketakutan bila orang-orang beranggapan dirinya adalah perebut kekasih orang, akibat dari pemberitaan di luar sana yang Naomi giring dengan cantiknya. Membuat masyarakat Indonesia mengasihani Naomi, kemudian mencerca wanita yang merebut Fajar, yang tak lain dan tak bukan adalah dirinya."Ya nggak gitu juga, Jar." Joya merapikan name tag dan dasi milik Fajar."Ya terus gimana? Aku nggak bisa kalau pura-pura nggak kenal kamu. Apalagi
Hai ... pembaca Skandal Cinta Pilot Angkuh, kaget ada bonchapter yah?jarang-jarang gallon kasih Bonchapter kan hehehe ....Bonchapter ini aku buat sekalian woro-woro nih, kalau aku punya karya baru yang berjudul Di Atas Ranjang Dokter Sonya.Kalian bisa cari judulnya di Goodnovel, langsung saja tulis Di Atas Ranjang Dokter Sonya, dan kalian langsung bisa bertualang dalam desahan bersama pasangan baru Gallon yang lebih seru, panas, penuh trik, tangis, amukan, dan komedi ala Gallon.Ini Blurb-nya selamat menikmati ....“Kamu tahu aku punya suami, kan?” Sonya bertanya pada Awan seorang perawat anestesi yang saat ini sedang berada di bawah bimbingannya dan memiliki senyuman, tatapan dan tubuh yang membuat birahi Sonya meraung.“Dan aku yakin, suami kamu nggak bisa memuaskan kamu di ranjang, Dok,” jawab Awan dengan senyuman yang mampu membuat Sonya berjumpalitan.Sonya seorang Dokter Anestesi yang memilik
"Sonya." "Iya, Fajar, kamu ngapain di sini? Dan kenapa nggak pakai baju? Kamu di usir istri kamu atau kamu mau jadi bintang iklan vaksin rumah sakit?" tanya Sonya sembari menahan tawanya melihat penampakan temannya itu. "Nggak dua-duanya, Sonya, aku nggak kurang duit sampai-sampai jadi bintang iklan vaksin rumah sakit," jawab Fajar sembari membenarkan gendongan Senja. "Ya, terus kamu ngapain? Ini rumah sakit bukan pantai tempat berjemur dengan shirtless seperti itu," ucap Sonya sembari menunjuk Fajar dengan telunjuknya dari atas ke bawah. "Ngomong kamu dari dulu nggak rubah, nggak pernah diayak kadang," ucap Fajar sembari menepis telunjuk Sonya. "Ya terus kamu ngapain di sini? Dan masalah terbesarnya ngapain kamu nggak pakai baju?" "Istri aku mau lahiran Sonya, aku panik karena ketubannya pecah jadi aku secepat kilat datang ke sini," ucap Fajar sembari mengusap dahinya dan berdiri. "Oh ... panik? Bisa panik juga kamu, Fajar, se
Plak ...."Ah ... Fajar," desah Joya saat merasakan bokongnya ditampar oleh Fajar, rasa sakit di bagian bokongnya menyebar ke seluruh tubuh Joya, menyelimuti setiap inci tubuhnya dengan gulungan kenikmatan.Fajar mengentak dengan dalam juga keras, membenamkan bagian tubuh pribadinya sedalam mungkin ke dalam tubuh Joya, meledakkan pelepasannya.Joya meremas seprai di samping kiri dan kanannya saat merasakan pelepasan miliknya berbarengan dengan pelepasan Fajar yang meledak di dalam tubuhnya, suaminya ini memang sangat suka mengeluarkan pelepasannya di dalam tubuh Joya.Sebuah kecupan hangat mendarat di bibir Joya bersamaan dengan Fajar melepas batang kenikmatannya kemudian berguling ke samping. Seolah tidak mau jauh dari suaminya itu Joya bergerak dan memosisikan dirinya tidur di dada Fajar."Bentar lagi aku mau melahirkan," ucap Joya sembari mengusap-usap dada suaminya."Iya, kata dokter sekitar minggu depan, kan? Pas sama jadwal pulang Dokt
Terima kasih sudah menemani perjalanan cinta Fajar Larsson dan Joya Dimitra yang penuh dengan gairah yang panas, tawa, kekecewaan, putus asa dan rasa cinta yang menggebu. Sebuah, kisah cinta yang berakhir manis bagi pasangan Fajar Larsson dan Joya Dimitra. Jadi, izinkan Gallon untuk menulis cerita manis lainnya yang mampu membuat pembacanya menikmati setiap kata yang ada dengan penuh tawa, marah, sedih dan bergairah bersama. Terima kasih dan Gallon pinta tetap dukung Gallon dalam karya Gallon selanjutnya di Goodnovel Indonesia. Info lebih lanjut untuk Novel selanjutnya bisa follow akun sosial media Gallon dengan nama @storyby_Gallon. XOXO Gallon yang Hobi Kellon Salam Kellon 18 Mei 2021 (10.55 WIB) 18 Desember 2021 (19.00 WIB) Bandung-Palembang
Fajar mengerang saat merasakan ada sesuatu yang menggeliat di bagian kakinya, kakinya bergetar hebat saat merasakan gesekkan kuku di bagian dalam pahanya yang dengan cepat menjadi liukkan hangat dan empuk di bagian batang kenikmatannya.Saat itu juga Fajar merasakan kehangatan dan liukkan lidah yang membuat Fajar merasakan kenikmatan hingga membuat dirinya terjaga sepenuhnya, dengan cepat Fajar membuka kelopak matanya dan menyibak selimut yang menutupi bagian kakinya.Napasnya tercekat saat mendapat Joya yang sedang mengulum batang kenikmatan miliknya, kepalanya naik dan turun namun, tatapan mata Joya menatap Fajar dengan pandangan yang hasrat seksual miliknya meraung.“Joy, kamu nga—“ Fajar sama sekali tidak bisa melanjutkan kata-katanya saat merasakan isapan yang Joya lakukan di batang kenikmatan miliknya, dengan cepat Fajar menyusupkan jemarinya ke rambut panjang Joya, menekannya agar memasukkan batang kenikmatan miliknya lebih dalam lagi.
Desahan demi desahan terus berloncatan dari bibir Joya saat merakan Fajar menggerakkan pinggulnya, mengeluar masukkan bagian ternikmat milik suaminya itu ke dalam tubuhnya, melesaknya semakin tersesat di dalam tubuhnya.“Aw ....” Joya memekik saat tiba-tiba merasakan isapan dan gigitan di bagian putingnya, sensasi bercinta dengan Fajar tanpa bisa melihat sama sekali benar-benar membuat Joya kaget dengan semua yang Fajar lakukan pada tubuhnya, indra penglihatannya tergantikan dengan indra peraba yang ada di sekujur tubuhnya dan seolah mengetahui hal itu, Fajar benar-benar memanfaatkan semuanya.Suaminya itu menggigit, meraba, mengisap, dan menjilat seluruh tubuhnya, Joya bersumpah dia akan menemukan banyak bukti kepemilikan di sekujur tubuhnya dan Joya tidak peduli dia menyukainya, dia menyukai tiap gesekkan yang Fajar berikan di sekitar kewanitaannya, payudaranya bahkan bokongnya yang sudah Fajar remas.“Oya ...,” bisik Fajar di sela kecu
“Jar, mau gantian?” tanya Joya saat melihat Fajar yang terlihat letih dan menggendong Senja.Fajar menggeleng dan berjalan terus di samping Joya yang tampak kesulitan karena gaun pengantin yang istrinya itu kenakan, “Aku nggak tega kasih kamu Senja, Joy, kamu buat jalan aja susah.”Joya menari gaun pengantinnya pelan, “Iya, ternyata berat banget ini baju, ingin cepat-cepat aku buka.”“Oh ... kamu harus tunggu sampai aku yang buka, Joy.” Seringai nakal langsung terlihat di wajah Fajar dan dengan cepat Joya menepuk bahu Fajar pelan.“Mau apa kamu?” tanya Joya.“Mau ngelakuin apa yang Senja ingini,” sahut Fajar sembari membenarkan gendongannya.“Memang Senja minta apa?” tanya Joya penasaran, apa lagi yang Senja inginkan dari Fajar. Joya bersumpah akan memukul pantat Senja bila dia meminta lebih banyak mainan pada Fajar, sumpah demi apa pun kepalanya hampir pecah
Fajar berjalan berdua di lorong bersama dengan Senja, mereka berdua akan masuk ke dalam ballroom hotel tempat di mana acara pernikahan antara Joya dan Fajar berlangsung. Sedangkan, Joya saat ini sedang melakukan touch up make up bersama Szasza di ruangan yang sudah di sediakan.“Papa,” panggil Senja yang sedang berjalan di samping Fajar.“Iya, kenapa?” tanya Fajar sembari menggenggam tangan Senja dengan tangan kanannya.“Papa sama Mama mulai sekarang bakal di rumah terus, kan?” tanya Senja sembari melirik Fajar.“Maksudnya?” tanya Fajar.“Maksudnya, sekarang Papa sama Mama bakal di rumah bareng, kaya Papa dan Mama teman-teman Senja, kan? Jadi, nggak bakal kan Papa pulang dan baru datang lagi kalau Senja udah rengek ke Mama kalau Senja rindu Papa?” tanya Senja dengan mata yang jenaka.“Oh ....” Fajar mengangguk, saat ini Fajar baru sadar apa yang di maksud oleh Senja, Sen
Joya terdiam melihat Fajar mengucapkan kata-kata sakral yang menjadikan dirinya sebagai istri Fajar, tak berapa lama senyuman Joya berkembang saat penghulu bernama Karto tersebut berteriak sah dengan sangat keras hingga membuat Fajar mengumpat.“Sinting ini penghulu—““Jar,” potong Joya sembari menepuk paha Fajar pelan hingga membuat suaminya itu menoleh pada dirinya.“Abis di—““Kamu jangan bikin ulah di acara nikahan sendiri bisa nggak?” tanya Joya pelan sembari mengambil salah satu tangan Fajar dan mencium tangan suaminya itu dengan penuh kelembutan hingga membuat kemarahan Fajar meredup.Fajar mengusap pucuk kepala rambut Joya dan mengecupnya pelan, “Finally, Joy, kamu jadi istri aku juga.”Joya tersenyum mendengar bisikan Fajar, rasanya ia ingin berteriak kalau sesungguhnya dirinyalah yang ingin berteriak keras karena kesabarannya berbuah hasil. Menghadapi seorang F