Sepuluh tahun kemudian Sejak kejadian itu seluruh rakyat kerajaan Maraham, setiap tahunnya di tanggal yang sama , mereka membuat sebuah perayaan festival untuk mengenang Alona, Edward dan para vampir yang telah gugur dalam berperang. Berkat obat penemuan Dokter Alvin, para Vampir bisa bernafas lega dan memulai kehidupan yang baru untuk kedua kalinya. Kali ini mereka tak akan menyia-nyiakan kesempatan kedua itu dengan tidak membiarkan siapapun membuat benda terkutuk itu dan mengulang kejadian mengerikan itu. Jika ada salah satu mereka yang kedapatan membuat benda tersebut, maka orang itu akan di bunuh saat itu juga. Adapun keberadaan Fako yang menghilang setelah melawan Emma dan Reyan, masih belum di temukan hingga saat ini. Banyak yang mengira bahwa pria itu telah mati karena luka yang di terimanya dan abunya tersapu oleh angin, ada pula yang mengatakan bahwa pria itu masih hidup dan sedang memperhatikan mereka, beberapa bahkan mengatakan pernah melihat sosoknya membeli ramuan unt
Boom!! Tiba-tiba terdapat sebuah ledakan besar yang terjadi di sebuah desa yang terletak di ujung bagain timur kerajaan Maraham. Kejadian itu begitu mendadak hingga tak ada persiapan sama sekali sekaligus mengejutkan seluruh warga kerjaan Maraham termasuk Enes Tikta dan juga Elios yang tengah menghabiskan waktu mengunjungi tugu pemakaman Alona dan juga Edward. Mereka berdua terdiam sejenak menatap langit, terlihat sekelompok burung memenuhi langit." Apa yang terjadi? " Tanya Elios." Entahlah, kakek memiliki firasat buruk tentang ini. " Jawab Enes Tikta yang tak lama kemudian muncul seorang utusan dari kerajaan yang meminta mereka untuk berkumpul.Tanpa membuang waktu lagi, mereka pun berangkat langsung menuju kerajaan Maraham.Setibanya di sana, mereka mendapati Zaiden yang tampak terlihat depresi. Semua para menteri sudah berkumpul di sana, mereka tengah membahas kejadian ledakan itu yang ternyata karena ulah sekelompok goblin yang menerobos masuk dan menghancurkan sebuah desa
" Yang Mulia, Elios ingin bertemu dengan anda. " Ucap salah satu pelayan istana. Tanpa menolehkan kepalanya, Zaiden langsung menyuruh pelayan tersebut untuk membiarkan Elios masuk. Sang pelayan pun segera mematuhi perintah tuannya dan kemudian menyuruh Elios masuk. Setelah membiarkan Elios masuk, sang pelayan pun undur pamit meninggalkan ruangan tersebut, meninggalkan Elios dan juga Zaiden.Seakan tahu maksud dan tujuan Elios, Zaiden langsung mengatakan bahwa dirinya tak akan pernah merubah keputusannya, bahkan jika Elios bersujud memohon sekalipun. Sebab ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk memberikan kehidupan yang layak untuk Elios dan tidak menempatkannya di situasi yang bisa mengancam nyawanya. Selain rasa bersalahnya pada mendiang Alona, ia juga tak ingin bergantung pada Elios yang merupakan darah murni dari sang Noblesse. Sudah cukup banyak yang sudah di korbankan oleh Sang Noblesse demi menjaga dunia Vampir, kini saatnya para Vampir mandiri dan tidak terus menerus be
Tiga hari berlalu begitu saja, tetapi keadaan di desa begitu tenang nan damai, tak adanya serangan Goblin atau pun tanda-tanda bahwa mereka akan menyerang, rasanya sedikit aneh, padahal beberapa hari yang lalu mereka menculik anak dan wanita untuk di bunuh dan dilecehkan, tetapi setelah mereka datang, mereka tiba-tiba berhenti menyerang, Elios pun menjadi penasaran dan bertanya-tanya mengapa mereka tak muncul dan berhenti menyerang? Tak mungkinkan mereka takut padanya? Rasanya terdengar begitu mustahil.Plak! Tiba-tiba sebuah pukulan mendarat tepat di belakang kepala Elios dengan cukup keras hingga membuatnya meringis kesakitan, saat berbalik, ia merasa tidak terkejut sama sekali dengan sosok Tomi sebagai pelaku utamanya.Sejak meninggalnya kedua orang tuanya, Tomi adalah orang yang selalu menghiburnya dengan sikap jahil dan menyebalkannya, tapi dengan sikapnya itu membuat Elios sedikit memalingkan ingatan dan perasaan sedihnya untuk sejenak.Namun, tetap saja sifatnya ini membuat
Setelah penyerangan goblin tadi, Elios pun meminta penduduk untuk memperketat penjagaannya lalu meminta mereka berjaga secara bergantian dan segera mengirim sinyal jika ada pergerakan Goblin yang mendekat. Sedangkan dirinya akan kembali ke ruangannya untuk menulis laporan untuk di kirim ke kerajaan melalui burung pengirim pesan. Meski Goblin itu sudah di bereskan dengan cepat dan tidak menimbulkan korban jiwa, entah kenapa Elios merasa tidak nyaman dengan kehadiran Goblin yang tak biasa itu. Setahunya, Makhluk Goblin adalah makhluk yang suka melakukan sesuatu pekerjaan secara berkelompok entah itu bepergian biasa atau pergi ke medan perang. Tetapi kejadian tadi sangat berbeda dengan sifat alamiahnya.Awalnya ia mengira setelah mendapat serangan, Goblin itu akan memanggil rekan-rekannya yang bersembunyi, tapi siapa sangka Goblin itu datang seorang diri, Entah karena dia bertindak sendiri karena tak bisa mengendalikan nafsunya atau ada tujuan di balik tindakannya itu, yang jelas ada s
Clea terduduk dengan perasaan gugup, apalagi di tatap oleh dua pria tampan sekaligus, rasanya jantungnya akan meledak kapan saja.Meski masih terkejut sekaligus trauma dengan apa yang menimpanya, tetapi Clea bersusah payah memberanikan diri untuk memberitahu apa yang terjadi padanya demi meringankan pikiran Elios, karena ia tahu dengan kejadian yang menimpanya membuat pria itu berpikir terlalu keras dan dirinya tak ingin pria itu jatuh sakit kepala karena dirinya.Sebenarnya, penyerangan goblin itu murni karena kesalahannya karena tidak mendengarkan perkataan ibunya untuk tidak pergi seorang diri, tapi karena dirinya terlalu percaya diri dan berpikir bahwa Goblin itu tak akan lagi menyerang desa karena ksatria dari kota telah datang dan membuat para Goblin pergi ketakutan. Tapi siapa sangka kesombongan dan kepercayaan dirinya yang berlebihan membuatnya malah jatuh ke dalam petaka.Mendengar cerita lengkap Cleo, Elios terdiam tak bisa berkata-kata, ternyata semua itu adalah kesala
" Elios dari mana saja kamu, aku dari tadi. . . " Ucapan Timi terhenti ketika melihat sosok Clea keluar dari punggung Elios, senyum di wajahnya pun ikut luntur dan berubah menjadi senyum kecut, " mencari mu, kenapa kalian bisa bersama-sama? " lanjutnya bertanya dengan nada bicara tak suka, kedua matanya bergerak menatap Elios dan Clea secara bergantian dengan tatapan penuh selidik seakan mencari bukti untuk kepuasan dirinya." Hanya kebetulan. " Jawab Elios singkat.Timi terdiam sejenak, merasa tak puas dengan jawaban Elios, ia pun kembali bertanya, " Kebetulan seperti apa? "Elios mengernyitkan dahinya, ia merasa ada yang aneh dengan sikap Timi hari ini, terlihat jelas bahwa suasana hatinya sedang buruk bahkan nada bicaranya pun terdengar ketus tak seperti biasanya. Elios sama sekali tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada Timi hari ini hingga membuat suasana hatinya begitu buruk.Seketika suasana di sekitar mereka menjadi begitu canggung dan ada sedikit aura peperang
" Maaf, atas kejadian tadi. Kamu pasti merasa tidak nyaman, " kata Elios tulus setelah mereka sampai tujuan.Clea menggelengkan kepalanya pelan sebagai jawaban, dia sangat mengerti, hanya saja ia tak mengerti mengapa Tomi harus memaksanya seperti itu? Menjodohkan mereka seperti itu rasanya terlalu berlebihan, tapi berbeda cerita jika dirinya berasal dari keluarga yang berpengaruh seperti dari keluarga bangsawan misalnya. Karena hanya memiliki wajah cantik saja tidak cukup untuk bisa berdiri di samping seseorang yang tampan dan juga berpengaruh seperti Elios dan dirinya tidak termasuk ke mana pun, dirinya tidak cantik dan juga berasal dari rakyat biasa. Elios tiba-tiba menundukkan wajahnya hingga membuat Clea terkejut dan hampir terjatuh jika saja Elios tidak segera menangkap pinggangnya.Kini mereka berdua terdiam saling bertatapan satu sama lain dengan jarak wajah mereka yang cukup dekat hingga sesuatu tak terduga terjadi ketika Elios mendekatkan wajahnya sambil berbisik, " men
flashback" Mama, menurut mu aku bisa sekuat ayah? " Tutur Elios.Alona menolehkan kepalanya sedikit, menatap putranya yang terduduk di sampingnya di tepi danau, hembusan angin menerpa wajah mereka yang damai. Entah apa yang terjadi pada putranya hingga membuatnya tiba-tiba bertanya seperti ini, tapi Alona tidak terkejut sedikit pun karena ia sudah menduga bahwa akan ada pertanyaan seperti ini dari putranya. Sejujurnya Alona tidak begitu yakin dan juga tidak peduli putranya bisa sekuat ayahnya atau tidak, selama mereka bahagia, itu sudah lebih cukup, " entahlah, mungkin kamu bisa melampauinya. " Jawab Alona sambil tersenyum penuh arti.Elios menoleh menatap wajah ibunya, merasa tidak puas dengan jawaban yang di berikan oleh sang ibu, padahal dirinya sudah serius bertanya tapi wanita di sampingnya malah menganggap pertanyaannya adalah lelucon." Mama aku serius! " Ujar Elios dengan wajah serius.Alona tiba-tiba tergelak lalu mencubit kedua pipi putranya yang menurutnya ekspresin
" Maaf mengganggu reuni kalian, tapi kita harus segera membunuh monster itu sebelum dia membunuh kita semua, " ujar Enes Tikta.Mendengar hal tersebut, ketiga pria itu pun langsung tersadar lalu menghentikan reuni antara guru dan kedua murid itu. Enes Tikta benar, sekarang bukanlah saatnya untuk reuni, bertukar rasa rindu apalagi membuat perhitungan pada salah satu muridnya yang sudah minta di hukum, karena itulah alasannya menyelamatkannya, tapi ia harus menyampingkan keinginannya itu karena di depan mereka ada musuh nyata yang harus mereka bereskan terlebih dahulu sebelum monster itu membunuh mereka semua. Akan tetapi membereskannya akan sangat sulit dan membutuhkan banyak waktu, mengingat rencana Enes Tikta yang merupakan mantan jendral nomor satu di bangsa vampir, hancur dalam hitungan menit saja.Jika rencana sang jendral no satu saja tidak bisa membunuh monster itu, lalu apa yang harus mereka lalukan sekarang?Apakah sungguh tak ada cara lain untuk mengalihkan perhatiannya
Elios termenung melihat bagaimana monster itu merusak formasi yang sudah mereka rencanakan matang-matang hanya dalam hitungan detik saja hingga sebuah tangan besar menarik tangannya hingga tubuhnya membentur tanah cukup keras dan membuatnya langsung tersentak tersadar dari lamunannya. Ia menolehkan kepalanya dan seketika kedua bola matanya terbeliak ketika mendapati Tomi di sampingnya dan juga Lipe, keadaan keduanya tidak bisa di bilang baik tapi juga tidak terlalu buruk, kedua pakaian mereka compang camping dengan darah yang sudah kering. Melihat bahwa keduanya baik-baik saja, Elios sangat senang sekali dan tanpa sadar memeluk kedua pria itu dengan erat sambil menangis bahagia.Tomi dan Lipe saling terdiam lalu membuang muka satu sama lain." Belum satu tahun aku pergi dan kamu sudah cengeng seperti ini. Memalukan. " Ujarnya dengan dingin, tapi dari sorot matanya tak bisa di bohongi, dia, terlihat bahagia.Sebelumnya. . . . Saat Tomie menusuknya dari belakang, Lipe begitu marah da
Sementara itu, Elios dan lainnya bersiap untuk menyerang monster itu dan setelah mengalahkannya mereka akan mencari keberadaan Tomi kembali.Menurut sang tetua, monster itu bukan berasal dari alam melainkan hasil penelitian dan eksperimen yang gagal ratusan tahun yang lalu. Seperti yang diketahui, dulu semua ras berlomba-lomba membangun pasukan yang kuat.Karena para Goblin tidak memiliki leluhur yang kuat seperti Noblesse, mereka memutuskan untuk membuat leluhur mereka sendiri dan menciptakan Era Goblin di mana merekalah yang akan berkuasa menguasai alam semesta ini.Tak peduli berapa ratus hewan yang menjadi bahan percobaan, semuanya gagak total, ada yang hanya bertahan tiga detik ada pula yang tidak bertahan sama sekali karena tak kuat menahan efek dari penggabungan tubuh dan darah dari jenis hewan yang berbeda.Kendati begitu, mereka tak menyerah begitu saja, hingga mereka akhirnya berhasil menciptakan monster yang kuat dan mengerikan, tubuh kulitnya sekeras baja beton yang berasa
" Carles! Dimana kamu?! " Terdengar suara teriakan seroang pria dari kejauhan. Sontak membuat Zaiden dan yang lainnya spontan menoleh ke arah suara itu berasal. Sedangkan anak laki-laki itu terlihat senang mendengar suara itu dan langsung berlari begitu saja.Tak lama kemudian, sesosok pria tinggi muncul dari balik semak-semak dengan seorang wanita di sampingnya, raut kedua orang itu terlihat sangat khawatir, tapi kekhawatiran itu berubah menjadi kelegaan ketika mereka menemukan apa yang mereka cari.Akan tetapi, di detik berikutnya tubuh mereka tertegun menatap sosok pria yang tak asing di mata mereka. Suasana pun berubah menjadi sangat canggung, ketiganya terdiam dan saling menatap satu sama lain. Hingga. . ." Teresa? Regas?! Apa ini benar kalian? " Kata-kata itu spontan keluar dari mulut Zaiden yang menganga, ia tak percaya dengan apa yang dilihat oleh kedua mata kepalanya sendiri, dua orang yang paling ia benci, kini berdiri tepat di depan matanya sendiri.Tunggu? Jika mereka b
Sementara itu Zaiden dan bala tentaranya malah mendapatkan masalah ketika mereka salah memilih jalan dan malah berujung tersesat di hutan belantara padahal mereka tengah buru-buru untuk menyelamatkan tuan putri mereka.Namun, insiden ini sungguh tidak terduga sama sekali lebih parahnya lagi tak ada satupun dari mereka yang mengenali tempat ini sama sekali.Zaiden pun merasa sangat frustasi sekaligus merasa sangat bersalah karena gagal melindungi putrinya, sekarang, apa yang harus ia lakukan? Jika terus seperti ini, takutnya hal buruk sudah menimpa putrinya. " Yang mulia!!! Ada hewan buas! Lari!! " Pekik salah satu seorang prajurit, pria itu berlari berlumuran darah dengan ekspresi ketakutan di wajahnya, tak berselang lama seekor beruang berukuran besar datang dan membunuh pria itu dengan cakarnya yang kuat.Sontak, hal ini pun membuat semua pasukan panik dan berlari berhamburan menyelamatkan diri dari terkaman hewan buas itu, kendati begitu ada banyak korban yang berjatuhan.Karena h
Setelah memikirkan banyak pertimbangan, akhirnya Enes Tikta memutuskan untuk membunuh monster itu sekaligus mencari keberadaan Tomi, dengan persiapan yang sudah matang, mereka memutuskan berpencar untuk menemukan titik lemah dari monster itu. Saat ini, monster itu tengah tertidur karena telah memakan banyak goblin, saking terlelapnya suara dengkuran monster itu terdengar begitu halus.Pertama, Enes Tikta mencoba mendekati monster itu secara diam-diam, ia yakin bahwa setiap makhluk hidup pasti memiliki kelemahan, termasuk monster ini. Elios sendiri mencari keberadaan Tomi sedangkan yang lainnya mencoba membantu serta mencari korban yang masih selamat, sekaligus mencari tahu asal usul monster itu. Ternyata masih ada banyak korban yang selamat. Elios memutuskan membuat posko untuk menangani mereka, meski awalnya mereka terlihat ragu dan juga merasa sedikit malu tapi mereka akhirnya mau menerimanya." Terima kasih, tapi kenapa kalian membantu kami setelah apa yang akan kami lakukan pada
" Lalu bagaimana keadaan di luar sekarang? " Tanya Elios dengan perasaan harap-harap cemas, raut wajahnya terlihat begitu tidak sabaran. Tanpa menutupi apapun dari cucunya, Enes Tikta bahwa keadaan diluar sangatlah gawat dan juga berbahaya, terlebih lagi mereka hafus terjebak di tempat sempit dan gelap ini sampai bala bantuan tiba atau mereka bisa mengalahkan monster itu, tapi melihat keadaan mereka saat ini sangat tidak mungkin mengalahkannya apalagi dengan kekuatan mereka sekarang, yang ada mereka hanya mengantar nyawa dan mengisi perut monster itu.Di tambah saat ini mereka tak bisa kembali ke kerajaan vampir karena Zaiden telah memasang penghalang kuat yang tidak bisa di masuki oleh siapapun termasuk monster itu, hal ini bertujuan agar monster itu tidak masuk dan membahayakan seluruh bangsa vampir. Jika ingin masuk ke dalam pelindung itu, mereka harus membawa identitas vampir mereka karena hanya vampir saja yang bisa masuk ke dalam pelindung itu. Meski terdengar kejam dan j
Sementara itu. . .Fako tertawa terbahak-bahak karena kini tujuannya kembali terwujud, kali ini dirinya sangat yakin dan percaya diri bahwa tak ada siapapun lagi yang menghalangi atau pun menghancurkan rencananya lagi karena semua hambatannya telah ia singkirkan, kecuali. . Ia menolehkan kepalanya, menatap Elios dengan tatapan yang sulit di artikan lalu menyunggingkan bibirnya, tangannya kemudian mencengkram leher Elios yang kini dalam keadaan leman karena telah kehilangan banyak darah.Kali ini ia harus menyingkirkan kemungkinan yang bisa menggagalkan rencananya.Elios meronta sambil mencoba melepaskan cengkraman tangan Fako dari lehernya, akan tetapi perbedaan kekuatan mereka saat ini begitu jauh membuatnya tak bisa berbuat banyak, perlahan tubuhnya mulai kehilangan tenaga dan juga kesadarannya.Sepintas, Elios bisa melihat wajah kedua orang tuanya yang ingin menjemputnya pergi bersama mereka membuatnya merasa senang, akhirnya mereka bertiga bisa berkumpul meski sejujurnya ia mera